Anda di halaman 1dari 33

PERAN PERAWAT DALAM

PATIENT SAFETY
OLEH:
MUSTRIWI, M.Kep
PENDEKATAN PENANGANAN
KTD/ ERROR
Ada dua pendekatan dalam
penanganan error atau KTD:

1. Pendekatan Personal.
2. Pendekatan sistem
PENDEKATAN PERSONAL

Pendekatan ini memfokuskan pada


tindakan yang tidak aman, melakukan
pelanggaran prosedur, dari orang-
orang yang menjadi ujung tombak
pelayanan kesehatan (dokter, perawat,
ahli bedah, ahli anestesi, farmasis dll).
Tindakan tidak aman ini dianggap
berasal dari proses mental yang
menyimpang seperti mudah lupa,
kurang perhatian, motivasi yang buruk,
tidak hati-hati, dan sembrono.
Sehingga bila terjadi suatu KTD akan
dicari siapa yang berbuat salah.
PENDEKATAN SISTEM
Manusia dapat berbuat salah dan
karenanya dapat terjadi kesalahan.
Kesalahan dianggap lebih sebagai
konsekwensi daripada sebagai penyebab.
Dalam pendekatan ini diasumsikan
bahwa kita tidak akan dapat mengubah
sifat alamiah manusia ini, tetapi kita
harus mengubah kondisi dimana manusia
itu bekerja.
Terjadinya KTD dapat dicegah atau
diminimalis dg cara pengembangan:
* kebijakan,
* prosedur,
* profesionalisme,
* tim, individu,
* lingkungan dan peralatan
Penyebab utama terjadinya
errors
1. Communication problems
2. Inadequate information flow
3. Human problems
4. Patient-related issues
5. Organizational transfer of knowledge
6. Staffing patterns/work flow
7. Technical failures
8. Inadequate policies and procedures

(AHRQ Publication No. 04-RG005,


December 2003) Agency for Healthcare
Research and Quality
PENGEMBANGAN BUDAYA
PATIENT SAFETY
1. Put the focus back on safety
* patient safety ini harus menjadi
prioritas strategis dari rumah sakit
atau unit pelayanan kesehatan
lainnya.
2. Think small and make
the right thing easy to do
Memberikan pelayanan kesehatan
yang aman bagi pasien membutuhkan
langkah-langkah yang agak kompleks.
Kompleksitas tsb perlu dipecah dg
membuat langkah-langkah yang lebih
mudah shg akan memberikan
peningkatan yang lebih nyata.
3. Encourage open reporting

Koordinator patient safety dan manajer


RS harus membuat budaya yang
mendorong pelaporan.
Mencatat tindakan-tindakan yang
membahayakan pasien = mencatat
tindakan-tindakan yang menyelamatkan
pasien.
Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden
yang terjadi bisa menjadi pembelajaran
bagi semua staf.
4. Make data capture a priority

Dibutuhkan sistem pencatatan data


yang lebih baik : data mortalitas.
Dengan perubahan data mortalitas dari
tahun ke tahun, klinisi dan manajer
bisa melihat bagaimana manfaat dari
penerapan patient safety.
5. Use systems-wide
approaches
Keselamatan pasien tidak bisa menjadi
tanggung jawab individual.
Pengembangan hanya bisa terjadi jika
ada sistem pendukung yang adekuat.
Staf juga harus dilatih dan didorong
untuk melakukan peningkatan kualitas
pelayanan dan keselamatan terhadap
pasien.
6. Build implementation
knowledge
Staf membutuhkan motivasi dan
dukungan untuk mengembangkan
metodologi, sistem berfikir, dan
implementasi program.
Pemimpin sebagai pengarah jalannya
program memegang peranan kunci.
7. Involve patients in
safety efforts
Keterlibatan pasien dalam
pengembangan patient safety terbukti
dapat memberikan pengaruh yang
positif.
8. Develop top-class patient safety leaders

Diperlukan kepemimpinan yang kuat,


tim yang kompak, serta dedikasi dan
komitmen yang tinggi untuk
tercapainya tujuan pengembangan
budaya patient safety.
Seringkali RS harus bekerja dengan
konsultan leadership untuk
mengembangkan kerjasama tim dan
keterampilan komunikasi staf.
Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit

1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan


Ucapan Mirip/LASA (Look-Alike, Sound-
Alike).
- Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip
(NORUM), yang membingungkan staf
pelaksana adalah salah satu penyebab
yang paling sering dalam kesalahan
obat (medication error)
2. Pastikan Identifikasi
Pasien.
Kegagalan dalam mengidentifikasi
pasien sering mengarah kepada
kesalahan pengobatan, transfusi
maupun pemeriksaan; pelaksanaan
prosedur yang keliru orang;
penyerahan bayi kepada bukan
keluarganya, dsb.
Identifikasi pasien

Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas


dari minimal tiga identitas
1. nama pasien ( e KTP)
2. tanggal lahir atau
3. nomor rekam medis

. !!!! dilarang identifikasi dg nomor kamar


pasien atau lokasi
. Bila ada kekecualian, RS harus membuat SPO
khusus
Warna Gelang Pasien

Gelang Identitas
Biru: Laki Laki
Pink: Perempuan
Gelang Penanda:
Merah: Alergi
Kuning: Risiko Jatuh
Ungu : Do Not Resucitate
Kebijakan Identifikasi
pasien
Petugas melakukan identifikasi pasien minimal
dua dari tiga identitas diatas
Identifikasi dengan cara verbal
(menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien) dan
visual (melihat gelang pasien)
Semua pasien harus di identifikasi secara benar
sebelum dilakukan pemberian obat,
tranfusi/produk darah, pengobatan, prosedur
/tindakan, diambil sample darah, urin atau cairan
tubuh lainnya
Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang
identitas pasien kecuali telah ditetapkan lain oleh
RS,misalnya ruang haemodialisa, endoskopi
3. Komunikasi Secara Benar saat
Serah Terima/Pengoperan Pasien
Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan
Terjadi pada saat:
Perintah diberikan secara lisan
Perintah diberikan melalui telpon
Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.
Kesenjangan dalam komunikasi saat
serah terima/ pengoperan pasien
antara unit-unit pelayanan, dan antar
tim pelayanan, bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan,
pengobatan yang tidak tepat, dan
potensial dapat mengakibatkan cedera
terhadap pasien.
4. Pastikan Tindakan yang benar
pada Sisi Tubuh yang benar.
Penandaan okasi Operasi
1. Penandaan dilakukan pada semua
kasus termasuk sisi (laterality),
multipel struktur (jari tangan, jari
kaki, lesi), atau multipel level
(tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena
air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. Dibuat oleh operator /orang yang
akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga
dan sadar jika memungkinkan, dan
harus terlihat sampai saat akan
disayat
PANDUAN
Sebelum Induksi Anestesi
1. Identifikasi pasien, prosedur, informed
concent sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau
aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml
PANDUAN
Sebelum Insisi Kulit (Time-out):Apakah

1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)


2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi
incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60
menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood
lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang
PANDUAN
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN
KAMAR OPERASI
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal,
bersama dr dan anestesid
a. Nama prosedur,
b. Instrumen, gas verband, jarum dihitung harus
lengkap
c. Speciment telah di beri label dengan PID tepat
d. Apa ada masalah peralatan yang harus
ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang
harus diperhatikan dalam recovery dan
manajemen pasien
5. Kendalikan Cairan Elektrolit
Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics,
vaksin dan media kontras memiliki profil
risiko
cairan elektrolit pekat yang digunakan
untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat
standardisasi dari dosis, unit ukuran dan
istilah tentang cairan elektrolit pekat
yang spesifik.
6. Pastikan Akurasi Pemberian
Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada
saat transisi/pengalihan.
Rekomendasi : membuat daftar yang
lengkap dan akurat seluruh obat yang
diterima pasien, sebagai perbandingan
dengan daftar saat admisi, penyerahan
dan/atau perintah pemulangan bilamana
menuliskan perintah medikasi;
Komunikasikan daftar tsb kepada petugas
layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau.
7. Hindari Salah Kateter dan
Salah Sambung Slang (Tube)
Utk menghindari KTD: Rekomendasinya
-> perlunya perhatian ketika
melakukan pemberian obat serta
pemberian makan (misalnya slang
yang benar), dan bilamana
menyambung alat-alat kepada pasien
(misalnya menggunakan sambungan &
slang yang benar).
8. Gunakan Alat Injeksi
Sekali Pakai
Penyebaran HIV, HBV, dan HCV salah
satunya diakibatkan oleh pemakaian ulang
(reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasi: melarang pemakaian ulang
jarum; pelatihan periodik para petugas di
layanan kesehatan khususnya tentang
prinsip-pninsip pengendalian infeksi, edukasi
terhadap pasien dan keluarga mengenai
penularan infeksi melalui darah;dan praktek
jarum sekali pakai yang aman.
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan
(Hand hygiene) untuk Pencegahan
lnfeksi Nosokomial
Lima saat/ five moments cuci tangan:
1. Sebelum masuk ke lingkungan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Sesudah kontak dengan pasien
4. Sesudah melaksanakn tindakan
aseptik
5. Sesudah kontak dengan cairan tubuh
pasien
Cuci tangan -- 6 langkah

Anda mungkin juga menyukai