Anda di halaman 1dari 55

PROSES POLIMERISASI

DRA Harlia,MSi
Prodi Kimia
FMIPA UNTAN ,2015
Prinsip Dasar
ReaksiPolimerisasi,
Pembentukan Polimer, Adisi, Radikal
Bebas, Ion, Kondensasi Kimia
Carothers,pakar kimia USA
menggolongkan mekanisme
polimerisasi ke dalam dua golongan,
yaitu
1. polimerisasi adisi dan
2. polimerisasi kondensasi.
Polimerisasi adisimelibatkanreaksi rantai.
Penyebab reaksi rantai dapat berupa
radikal bebas atau ion.
Polimerisasi adisi terjadi pada senyawa
yang memiliki ikatan rangkap, seperti
etena.

Polimerisasi kondensasi adalah reaksi dua


molekul bergugus fungsi lebih dari satu
menghasilkan molekul besar dengan gugus
fungsi yang juga lebih dari satu diikuti
penyingkiran molekul kecil.
A. Polimerisasi Adisi

Polimerisasi adisi terjadi dalam tiga tahap,


yaitu :
Inisiasi ( pemicu )
perambatan, dan
pengakhiran.
Oleh karena pembawa rantai dapat berupa
ion atau radikal bebas maka polimerisasi
adisi digolongkan ke dalam polimerisasi
radikal bebas dan polimerisasi ion.
Polimerisasi Radikal Bebas
Radikal Bebas
Radikal bebas biasanyadibentukmelaluipenguraianzat
kurangstabildenganenergitertentu.
Radikal bebas menjadipemicu(inisiator)pada
polimerisasi.
Zat pemicu ( inisiator ) berupasenyawaperoksida,
sepertidibenzoilperoksidadanazodiisobutironitril.
Jenis Inisiator
1. Senyawaperoksida
2. SenyawaAzo
3. Inisiatorredoks
4. InisiatorTermal
5. Fotoinisiator
Cotoh inisiator ( Pemicu )
Nama Struktur
1. Senyawa O O
Peroksida O

a) Dibenzoil
peroksida C O O C 2
C O
b )Diasetil O O
peroksida O


CH3 C O O C CH3 2CH3 C O

2. Senyawa CN CN
CN
Azo
l
(CH3 )2 CN=NC(CH3)22(CH3 )2
Azodiisobutiro C
3. Inisiator Redoks

Pembentukanradikal-radikalbebasolehreaksitransfersatu
elektronteristimewapentingdalam inisiasi polimerisasi suhu
rendah dan polimerisasi emulsi.
CH3 CH3

COOH + Fe+2 C O + OH + Fe+3

CH3 CH3

HOOH + Fe+2 HO + OH + Fe+3


O3S OOSO3 + S2 O3 2 SO4 + SO4- 2 + S2 O3
4. FotoInisiator
Keuntungan utama dari Fotoinisiasi adalah
bahwareaksinyasecaraesensial:
tidakbergantungpadasuhu
pengontrolanpolimerisasimudahdilakukan,karena
pita-pitapanjanggelombang()sempitdapat
digunakanuntukmemulaipenguraian.
Reaksinyabisadihentikandenganmudahdengan
mematikansumbercahaya
Beberapajenissenyawauntukfotoinisiasi(bersifat
fotolabil=labilterhadapcahaya):yaitudisulfida,
Benzoindanbenzil
h
RSSR 2 RS
disulfida
O O O O

h
C CH C + CH
benzoin

O O O
h

CC 2 C
benzil
POLIMERISASI RADIKAL BEBAS (PEMBENTUKAN POLIMETHYL ACRYLAT)

Salah satu pemanfaatan polimerisasi radikal


bebas adalah dalam metode pembuatan
polimethyl acrylat.
Berikut adalah mekanisme pembentukan
polimethyl acrylat dengan menggunakan benzoil
peroksida sebagai insiator.
1. Tahapan Insiasi
2. Tahap propagasi

3. Tahap Terminasi
Terminasi

Kegunaan dari polimer ini yaitu,


Plastik, Tekstil, Penebalan Agen, Menyebar
Agen, Surfaktan, Chelating Agen, Perekat, Air-
berbasis pelapisan, Pengolahan Air.
5. Polimerisasi termal

Beberapamonomerberpolomerisaidenganlambatmelalui
pemanasantanpahadirnyainisiatortambahan.
Dalamkasus-kasusdemikian.Radikalbebasyang
menginisiasispesiesdihasilkansecarain situ oleh
mekanismeyangdalambanyakkasuskurangdimengerti.
Stirenamerupakanmonomervinilyangpalingcepat
mengalamipolimerisasitermal.
HasilpenelitianterakhirmenunjukanbahwasuatudimerDiels
Alder(10)awalakanterbentuk(6.20)yangmemindahkan
atomhidrogenkemonomer(6.21)untukmenghasilkansuatu
stirilinisiator(11)danradikalbenzilik(12).
Inimerupakancontohdarihomolisis terinduksi molekul
adalahpembentukanradikal-radikaldengancepatmelalui
reaksispesiesnonradikal.
2 CH2 = CH 6.20
H
10


10 + CH2 = CH CH3 CH +
6.21

11
10 : dimer Diels - Alder 12
11 : radikal stiril inisiator
12 : radikal benzilik
catatan

Reaksi Diels Alder


Reaksi Diena terkonjugasi dengan
Alkena
Jenis reaksi antara diena terkonjugasi
dan alkena tersubstitusi (umumnya
dinamakan sebagaidienofil),
membentuksikloheksena
Reaksi Diels-Alder hanyalah satu contoh dari suatu
kelompok besar reaksi yang disebut reaksi perisiklik.

Dimerisasi Diels- Alder


Total Synthesis of the Quinone Epoxide Dimer
(+)-Torreyanic Acid: Application of a
Biomimetic Oxidation/Electrocyclization/
DielsAlder Dimerization Cascade1
Teknik-teknik polimerisasi radikal bebas
Metode Kelebihan Kekurangan
Badan (polimer ) Sederhana , tidak ditambah Reaksi eksoterm, sulit
kontaminan dikontrol , viskositas tinggi
Suspensi Panas cepat Diperlukan pencucian dan
terdispersi,vislositas rendah, pengringan , bisa terjadi
polimer di dapat dalam bentuk aglomerasi, kontaminasi oleh
butiran dan bisa dipakai bahan penstabil
langsung
Larutan Panas cepat terdispersi, Biaya tambahan untuk pelarut,
viskositas rendah, bisa dipakai pelarut sulit dihilangkan, terjadi
langsung sebagai larutan reaksi tranfer rantai yang
mungkin dengan pelarut,
polusi lingkungan
Emulsi Panas cepat terdispersi, Kontaminasi oleh pengemulsi
viskositas rendah, bisa didapat dan bahan-bahan lainnya,
berat molekul tinggi, bisa pentransfer rantai sering
dipakai langsung sebagai diperlukan untuk mengontrol
emulsi, bisa bekerja baik DP, diperlukan pencucian dan
dengan polimer-polimer pengeringan untuk polimer
1. Teknik Badan ( Polimer )
Polimerisasi badan merupakan jenis paling
sederhana dilihat dari segi formulasi dan peralatan.
Permasalahan yang membatasai pemakaian teknik
ini dalam produksi komersial adalah :
paling sulit dikontrol, teristimewa ketika reaksi
polimerisasi sangat eksotermik.
Problem transfer panas ketika larutan monomer-
monomer naik viskositasnya, meskipun akhir-
akhir ini telah dikembangkan metode-metode
yang lebih efisien
Pemakaian komersial utama dari polimerisasi vinil
badan adalah polimer polimer berat molekul
rendah seperti perekat, pemlastis, bahan pelengket
(tackifires ) dan bahan tambahan pelumas
2. Teknik suspensi
Polimerisasi suspensi melibatkan dispersi monomer
secara mekanis dalam suatu cairan nonkompatibel
seperti :
air dan polimerisasi tetsan-tetesan kecil monomer
yang terjadi dengan menggunakan inisiator yang bisa
larut dalam monomer.
Monomer disimpan dalam suspensi melalui agitasi yang
kontinyu dari pemakaian bahan-bahan penstabil seperti

poli ( vinil alkohol ) atau metil selulosa.


Jika proses ini dikontrol dengan baik , polimer akan
diperoleh dalam bentuk butiran, yang mudah ditangani dan
bisa diperoleh dengan filtrasi atau dengan
menyemprotkannya dalam suatu wadah yang dipanaskan
( pengeringan semprot ).
Kelebian utamanya adalah bahwa transfer panasnya
sangat efisien dan oleh karena itu reaksinya mudah
dikontrol.
Polimerisasi suspensi tidak bisa dipakai untuk polimer-
polimer yang lengket seperti karet karena partikel-
partikel polimernya cenderung beraglomerasi.
Dari sudut pandang kinetika dan mekanisme
polimerisasi suspensi identik dengan polimerisasi
badan
Metode suspensi ini digunakan untuk membuat polimer-
polimer butiran, termasuk polistiren, poli (vinil klorida )
dan poli (metil metakrilat )

3. Teknik larutan
Polimerisasi larutan memungkinkan transfer
panas yang efisien
Pelarut harus dipilih hati-hati , jika tidak reaksi
transfer rantai akan terjadi dan akan
membatasi Berat molekul
Karena adanya problem dalam penghilangan
sempurna pelarut polimer yang terbentuk,
4. Teknik Emulsi

Teknik emulsi ini dikembangkan di Perusahaan Ban dan


Karet Goodyear pada tahun 1920-an
Polimerisasi emulsi menyerupai suspensi dalam hal
menggunakan air sebagai medium dispersi dan transfer
panasnya sangat efisien.
Monomer didispersikan dalam fasa air oleh suatu bahan
pengemulsi seperti sabun dan deterjen.
Radikal-radikal inisiator, biasanya type redoks,
dihasilkan dalam fasa air dan berdifusi kedalam misel-
misel sabun yang tergembung dengan molekul-molekul
monomer.
Ketika monomer dipakai dalam polimerisasi maka akan
lebih banyak lagi monomer yang berpindah ke dalam
misel-misel maka reaksipun berlanjut.
Penghentian polimerisasi terjadi melalui kombinasi
radikal ketika radikal baru berdifusi kedalam misel
tersebut.
Karena hanya ada satu radikal hadir dalam misel
sebelum terminasi, maka polimer dengan berat
molekul tinggi bisa diperoleh, yang pada umumnya
terlalu tinggi untuk ukuran layak jika zat transfer
rantai yang mengontrol derajat polimerisasi tidak
ditambahkan.
Polimerisasi emulsi banyak dipakai dalam industri
produksi-produksi berskala besar, dan teristimewa
bermanfaat untuk pembuatan cat-cat (lateks) air ,
atau bahan perekat dimana produk yang
teremulsikan digunakan langsung.
Polimer emulsi juga cocok membuat polimer-
polimer lengket karena partikel-partikelnya yang
sangat kecil cukup stabil dan tahan terhadap
penggumpalan.
Pada tabel berikut akan diberikan dua resep
polimerisasi emulsi yang khas
Tabel 6.3 : Resep-reser
polimerisasi yang khas
Kopolimer Lateks
Bahan , kondisi Stirena - Poliakrila
butadiena t
Bahan :
Air 190 133
Butadiena 70 -
Stirena 30 -
Etil akrilat - 93
2-kloroetil vinil eter - 5
p-divinil benzena - 2
Sabun 5 3
Kalium persulfat 0,3 1
n dodekil 0,5 -
merkaptan - 0,7
Natrium pirofosfat
Lanjutan Tabel 6.3

Kopolimer Lateks
Bahan , Stirena - Poliakrilat
kondisi butadiena
Kondisi
kondisi : 12 jam 8 jam
Waktu 15o C 60o C
Suhu 65 % 100 %
rendemen
Kinetika dan Mekanisme Polimerisasi
Radikal Bebas

TAHAP-TAHAP INISIASI
1. Disosiasi homolitik inisiator (I) yang
menghasilkan sepasang radikal R
kd (1)
I 2 R
. Dengan kd adalah konstanta laju reaksi
dekomposisi inisiator pada temperatur tertentu.
. Nilai kd biasanya berkisar antara 10-4 sampai 10-
6 s-1.

. Karena berasal dari inisiator, maka R disebut


sebagai radikal inisiator atau radikal primer.
2. Adisi radikal R pada molekul
monomer:
ki
R + M RM
(2)
dengan RM adalah monomer-ended
radical yang terdiri dari satu unit monomer
R sebagai gugus ujung
Untuk monomer vinyl, tahap kedua ini
meliputi pembukaan ikatan untuk
H
membentuk radikal bebas: H
R +H C C
2 R CH C (3)
2

X X
Karena setiap molekul inisiator I terdekomposisi
menjadi 2 radikal R, maka laju pembentukan
radikal (pers. 1):

dR
2kd I (4
dt )
Setiap R dengan cepat akan menyerang molekul
mono-mer M menghasilkan satu rantai radikal
RM.
Dekomposisi inisiator (reaksi 1) jauh lebih
lambat dari-pada reaksi inisiasi (reaksi 2),
sehingga langkah ini merupakan langkah yang
Jika semua radikal
mengontrol primer
laju reaksi (R)controling
(rate bereaksi dengan
step).
monomer, maka laju reaksi inisiasi rantai, Ri,
sama dengan laju
dM
Ri

pembentukan rad ikal:


ki R M 2kd I
(5 (5
dt i )
Tidak semua radikal primer bereaksi dengan
monomer.
Ada beberap reaksi yang mungkin terjadi; salah
satu contoh adalah sbb.:

Jika hanya sebagian dari inisiator yang


bereaksi dengan monomer, maka pers. (5)

Ri

dimodifikasi menjadi:
dM 2f kd I (6
dt
i )
Jika hanya sebagian dari inisiator yang
bereaksi dengan monomer, maka pers.
(5) dimodifikasi menjadi:
Ri

dM
2f kd I (6
dt i )
dengan f adalah efisiensi inisiator atau
efesiensi inisiasi yang menyatakan fraksi dari
radikal primer R, yang sebenarnya
berkontribusi terhadap inisiasi rantai.
PROPAGASI RANTAI
kp
RM + M

RM2
kp kp
RM2 + M

RM3 RM
n-1

+ M RMn

RM3 + M RM3

H H H H
R CH2 C+ H2C C R CH2 C CH2 C
X X X X
Diasumsikan bahwa reaktivitas radikal tidak
tergantung pada panjang rantai, sehingga
semua tahap propagasi dapat dikarakterisasi
dengan menggunakan konstanta laju reaksi
yang sama, yaitu kp.

dengan:
Laju reaksi propagasi overall
Rp kp M M dapat dinyatakan
(7
)
engan [M] : konsentrasi monomer
[M] : konsentrasi radikal rantai dengan ukuran
RM dan yang lebih besar

TERMINASI RANTAI
Ada 2 mekanisme:
1. Terminasi dengan kombinasi/coupling yang
terjadi jika dua radikal bergabung membentuk
ikatan kovalen.
k
RMn + RMmtc

RM(n+m) R
(8
)

ktc disebut konstanta laju reaksi kombinasi


2. Terminasi dengan disproporsionasi yang terjadi
jika dua radikal bergabung membentuk dua
molekul baru.
ktd
RMn + RMm RMm (9
+ RMn )

ktd disebut konstanta laju reaksi disproporsionasi.


Reaksi terminasi juga dapat terjadi melalui
mekanisme gabungan antara coupling dan
disproporsionasi.
Karena kedua reaksi menghasilkan molekul polimer
mati (tanpa pusat radikal), maka langkah terminasi
kt
dapat dinyatakan dengan
Mn + Mm dead polymer
(10 laju terminasi overall:
dengan kt adalah konstanta
)
kt = ktc + ktd

Laju reaksi Terminasi (11


)
1. Menurut pers. (8): Rtc = 2 ktc [ M] 2
(12
2. Menurut pers. (9): Rtd = 2 ktd [M]
)2

3. Menurut pers. (10) : Rt = 2kt [M]2 = 2(ktc +


(1
ktd ) [M]2 3)
dengan [M] adalah konsentrasi total radikal
rantai.
Angka 2 muncul karena untuk setiap reaksi
terminasi ada 2 radikal yang hilang.
Nilai kt (baik ktc maupun ktd) biasanya
berkisar antara 106 108 L/mol.s.
LAJU REAKSI POLIMERISASI
Polimerisasi rantai radikal dimulai ketika
inisiator mulai terdekomposisi menurut pers.
(1) dan konsentrasi radikal, [M], yang semula
nol menjadi bertambah.
Laju terminasi atau penghilangan radikal yang
sebanding dengan [M]2, mula-mula = 0, dan
semakin lama semakin besar, hingga suatu
saat sama dengan laju pembentukan radikal.
Konsentrasi radikal di dalam sistem
menjadi konstan. Kondisi ini
digambarkan sebagai asumsi steady-
state:
(1
Ri = Rt dan d[M]/dt = 0 4)
Substitusi pers. (14) ke (13)
menghasilkan
(1
Ri = 2 kt [M]2 atau [M] = [ Ri / 2kt ]1/2 5)
Karena monomer bereaksi dalam reaksi
inisiasi (pers. 2) dan propagasi (pers. 7), maka
laju penghilangan monomer, yang sama
dengand M polimerisasi, dapat dinyatakan
laju

dengan: Ri Rp (1
dt 6)
Apabila polimer hasil memiliki
panjang rantai rata-rata yang besar,
maka jumlah molekul monomer yang
terpakai pada reaksi inisiasi jauh
lebih kecil daripada yang terpakai
pada reaksi propagasi
Untuk perhitungan, Ri dapat
diabaikan, sehingga laju polimerisasi
d dianggap
M
dapat

propagasi
sama
Rp kp M M
dt (long-chain
dengan
(1
laju
7)
approximation) :
Konsentrasi radikal sangat rendah ( 10-8 mol/L)
sehingga sulit diukur. Oleh karena itu [M]
dieliminasi dengan cara disubstitusi1dengan 2
pers. (15): d M Ri
Rp kp M (1
dt 2kt 8)

Jika inisiasi terjadi akibat dekomposisi termal


inisiator (pers. 1), maka substitusi pers. (6) ke
pers. (18) meng-hasilkan:
12
d M f kd I
Rp kp M (1
dt 2kt 9)

Pers. (18) dan (19) menunjukkan bahwa laju


polimerisasi tergantung pada konsentrasi
monomer dan akar dari laju inisiasi.
OVERALL EXTENT OF POLYMERIZATION
Jika reaksi dekomposisi inisiator merupakan
reaksi uni-molekular, maka reaksi dekomposisi
merupakan reaksi order satu:
d I
kd I ( 20
dt )
I d I t
kd dt
I 0 I 0

I
ln kd t
I 0

I I 0 e
kdt
( 21
)
Half life (waktu paruh) didefinisikan sebagai
waktu yang diperlukan bagi suatu senyawa
untuk bereaksi hingga jumlahnya tinggal
setengahnya.
Ini dapat diperoleh dengan cara
mengintegralkan pers. (20) antara [I]0 pada
t= I 002d
sampai
I t1[I] = [I]0/2 pada t = t1/2
2
I 0 2
kd dt ln kd t1 2
I 0 I 0 I 0
ln2
t1 2 ( 22
kd )

Karena Half life tidak tergantung pada


konsentrasi, maka t1/2 digunakan sebagai kriteria
aktivitas inisiator.
stitusi pers. (21) ke (19) menghasilkan:
12
d M
Rp
dt
kp
f kd
M I 10 2 ek t 2
d ( 23
kt )

(3) (2) (1)

kdt 2
(1) Rp e

Laju reaksi semakin lama semakin


turun secara eksponensial karena
inisiator semakin lama semakin
banyak yang digunakan.
(2)
Rp M I 0 12

Di awal reaksi, [I] [I]0.


Hasil eksperimen menunjukkan bahwa di awal
reaksi Rp bervariasi dan berbanding lurus dengan
[I]1/2 pada [M] konstan.
Jika [I] dan [M] bervariasi, maka plot antara R p vs.
[M] [I]1/2 akan berupa garis lurus.

Rp vs. [M] [I]1/2 untuk


polimerisasi yang
melibatkan methyl
methacrylate dan styrene
12
f kd kp
(3) Rp kp Rp
kt kt1 2
Polimerisasi radikal terhadap
ethylene pada 130C dan tekanan 1
bar, nilai dari kp/kt1/2 hanya 0,05
Hal ini berarti bahwa terminasi jauh
lebih cepat daripada propagasi
tidak akan diperoleh polimer.
Pada 200C dan tekanan 2500 bar,
kp/kt1/2 = 3 propagasi lebih cepat
daripada terminasi akan diperoleh
polimer.
rs. (23) dapat juga ditulis sebagai:

d M kp
1 2 f kd I 0 1 2 e k t 2 dt
d
(24)
M kt
Integrasi pers. (24) antara [M]0 pada t = 0
sampai [M] pada t: 12
M kp f I 0
ln 2 1 2
M 0 kt kd
1 ek t 2 d (25)

Extent of monomer conversion, p, atau


M M sebagai:
konversi didefinisikan
(26)
p 0
M
M
1 p (27)
M 0
Substitusi pers. (27) ke (25)
menghasilkan: 12
kp f I 0
ln 1 p 2 1 2
1 e kdt 2 (28)
kt kd
Pers. (28) dapat pula ditulis sebagai:
12
f
p 1 exp 2kp
I 10 2 1 e
kdt 2
(29)
kd kt
Untuk reaksi yang dilangsungkan dalam
reaktor batch, konversi maksimum dapat
diperoleh dengan mamasuk-kan t = pada
pers. (29) : 12
f 12
p 1 exp 2kp
I0 (30)
kd kt
Per. (30) menyatakan bahwa reaksi batch
selalu menyisa-kan monomer.

CONTOH 1
Dekomposisi benzoyl peroksida dikarakterisasi
dengan waktu paruh 7,3 jam pada 70C dan
energi aktivasi 29,7 kkal/mol. Berapa
konsentrasi (mol/L) peroksida yang diperlukan
untuk mengkonversi 50% dari jumlah mula-
mula monomer vinyl menjadi polimer dalam
waktu 6 jam pada 60C? (Data: f = 0,4; kp2/kt =
PENYELESAIAN
ln2 ln2 ln2
t1 2
kd kd 70 2,638 105 s
t1 2 7,3 3600
s

Ed RT Ed
kd Ad e lnkd lnAd
RT
kd 60 Ed 1 1
ln
kd 70 R 333 343

kd 60 29,7 103kalmol-1 1 1
ln 5 -1 -1

2,638 10 1,987kalmol K 333K 343K

kd 60 7,128 106 s-1


CONTOH 2
Konversi sebesar 50% untuk suatu monomer
baru yang mengalami polimerisasi dalam
larutan homogen dengan inisiator termal
dicapai dalam waktu 500 menit. Berapa waktu
yang diperlukan untuk mencapai konversi 50%
jika semua kondisi yang sama kecuali bahwa
konsentrasi inisiatornya 4 kali lipat?

ENYELESAIAN
Jika 1 e kdt 2 kdt 2 dijelaskan di belakang

maka pers. (28) menjadi


12
kp f I 0 kdt
ln 1 p 2 1 2
kt kd 2
12
f kd
ln 1 p kp I 10 2t
kt
temperatur sama, maka harga kp, kd, dan kt ko

ln 1 p K I 10 2t

ln 1 p1 K I 10,21t1 (a)

ln 1 p2 K I 10,22t2 (b)

p1 = 0,5 [I]0,1 t1 = 500 menit

p2 = 0,5 [I]0,2 = 4 [I]0,1 t2 = ?


pers. (a) dibandingkan dengan pers. (b):

ln 1 p1 I 12
0,1t1
12
ln 1 p2 I 0,2t2
12
I 0,1 t1 1 12
t1 t1
1
0,5
I
0,2 t2 4 t2 t2
t2 0,5t1 250menit
CONTO
H3
Jika larutan 5% monomer A yang mengandung 10 -4
mol/L peroksida P dipolimerisasi pada 70C, maka
konversi sebesar 40% akan dicapai dalam waktu 1 jam.
Berapa waktu yang diperlukan untuk mem-polimerisasi
90% dari monomer yang semula dimasukkan ke dalam
larutan dengan konsentrasi 10% dan mengandung
peroksida P sebanyak 10-2 mol/L?

PENYELESAIAN
Jika 1 e kdt 2 kdt 2
maka pers. (27) menjadi
12
f kd
ln 1 p kp I 10 2t
kt
temperatur sama, maka harga kp, kd, dan kt konstan.
ln 1 p K I 10 2t
ln 1 p1 I 12
0 1 t1

ln 1 p2 I 0 12 2t2

ln 1 p2 I 12
0 1 t1
t2
ln 1 p1 I 0 12 2

t2

ln 1 0,9 10 1
4 1 2
0,45jam
ln 1 0,4 102
1 2

Catatan
Laju polimerisasi dapat dikendalikan oleh
zat penghambat (inhibitor) dan
pelambat (retarder).
Penghambat bereaksi dengan radikal bebas ketika
radikal bebas terbentuk.
Polimerisasi tidak akan berlanjut sebelum seluruh
zat penghambat habis terpakai
Kuinon dapat bertindak sebagai zat penghambat
bagi banyak sistem polimerisasi sebab kuinon
bereaksi dengan radikal bebas menghasilkan
radikal yang mantap akibat resonansi.
Radikal bebas yang mantap ini tidak dapat
memicu polimerisasi lebih lanjut.
Zat pelambat yang biasa digunakan adalah
gas oksigen.
Gas oksigen ini kurang reaktif dibandingkan
dengan penghambat.
Cara kerja zat pelambat adalah melalui
persaingan dengan monomer untuk bereaksi
dengan radikal bebas sehingga laju
polimerisasi menurun.
Persamaannya:
RCH2 CHX + O2 RCH2 CH2X O O

Anda mungkin juga menyukai