Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

FISTULA ANI

RASITA ZAHRINA 406151027

PEMBIMBING
Dr. Sjaiful Bachri, Sp.B-KBD
Anatomi Kanalis Analis
(1). Rektum dilapisi mukosa usus
(2). Lapisan otot sirkuler dinding rectum
(3). Lapisan otot longitudinal dinding rektum
(4). Tulang panggul
(5). m.obturator internus
(6). m.levator anus
(7). m.pubo-rektal
(8). m.sfingter internus
(9). m.sfingter externus
(10). Garis atas-sfingter (dari hilton ) merupakan perbatasan antara sfingter intern dan
ekstern yang dapat diraba
(11). Tonjolan rektum atau kolumna morgagni dengan muara kelenjar rektum
diantaranya di dalam kripta
(12). Garis mokokuktan atau linea pektinata merupakan perbatasan antara selaput
lendir (=mukosa) rektum dan kutis (=kulit) anus
(13). Kanalis analis dengan epitel gepeng
Anatomi
Normalnya, kelenjar rektum yang terdapat di kripta
antar kolumna rektum berfungsi sebagai barrier
terhadap lewatnya mikroorganisme penyebab infeksi
yang berasal dari lumen usus ke daerah perirektal.
Kelenjar ini mengeluarkan semacam lendir, berguna
sebagai pelicin/ lubrikasi. Saluran ini memiliki klep
satu arah agar produksi bisa keluar tapi feses tidak
bisa masuk.
Terhalangnya jalan keluar produksi dari kelenjar ini
akibat stasis menyebabkan kuman dan cairan feses
masuk ke dalam kelenjar. Feses yang banyak
kumannya berkembang biak ke dalam kelenjar,
membentuk peradangan yang jadi abses.
Abses akan mencari jalan keluar dan membentuk
semacam pipa yang menembus kulit. Akibatnya, kulit
jadi tampak seperti bisul lalu pecah. Pecahan ini
tidak bisa menutup karena nanah selalu keluar dan
tidak bisa kering karena berhubungan dengan feses.
Definisi

Fistula ani merupakan sebuah hubungan yang abnormal

antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari kulit


perianal.
Fistula ani adalah bentuk kronik dari abses anorektal yang

tidak sembuh yang membentuk traktus akibat inflamasi.


Insiden & Epidemiologi

Fistula perianal sering terjadi pada laki laki berumur 20

40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang. Sebagian


besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua
abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses
akan terbentuk fistula.
Etiologi
Nonspecific :
Cryptoglandular in origin.

Specific :
Crohns
Ulcerative colitis
TB
Actinomycosis
Carcinoma
Trauma
Radiation
Foreign body
Lymphoma
Pelvic inflammation
Leukemia
Patofisiologi

Hipotesa kriptoglandular menyatakan bahwa infeksi yang


pada awalnya masuk melalui kelenjar anal akan menyebar
ke dinding otot sphingter anal menyebabkan abses
anorektal. Abses yang pecah spontan, akhirnya
meninggalkan bekas berupa jaringan granulasi di
sepanjang saluran, sehingga menyebabkan gejala yang
berulang.
Letak Fistel
Kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di
perbatasan anus dan rectum
Hukum Goodsall
Untuk membantu memperkirakan arah saluran dan kemungkinan
lokasi dari muara interna
Pasien dalam posisi litotomi
Muara eksterna terletak anterior dari garis imajiner yang ditarik
horozontal dari kanalis ani, fistula biasanya berjalan langsung menuju
anal kanal
Muara eksterna terletak sebelah posterior dari garis, fistula biasanya
membentuk lengkungan terhadap garis tengah kanalis ani
Fistel dengan lobang kripta di sebelah anterior umumnya berbentuk
lurus. Fistel dengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal
umumnya tidak lurus, tetapi bengkok ke depan karena radang dan pus
terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan dapat membentuk
satu lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai hukum
Goodsall.
Klasifikasi Fistula Ani
Menurut Klasifikasi Parks(4):
Interspingterika merupakan bentuk fistula yang sering terjadi.
Saluran fistel berada di daerah intersphingterika.
Transphingterika, biasanya disebabkan oleh abses isiorektal.
Fistula menghubungkan intersphingtrerika dengan fosa
isiorektal oleh adanya perforasi di sphingter eksternal dan
kemudian ke kulit.
Suprapshingterika, biasanya merupakan hasil dari abses
supralevator. Seperti Transphingterika tapi saluran berada di
atas sphingter eksternal dan ada perforasi di muskulus levator
ani.
Ekstrasphingterika. Saluran melewati rektum ke lapisan kulit
perineum, fossa isiorektal melalui m. levator ani dan akhirnya
ke dalam anus.
Intersphincteric fistula
Transsphincteric fistula
Suprasphincteric fistula
Extrasphincteric fistula
Gejala Klinis
Fistula dicurigai apabila
discharge persisten pada tempat drainase abses
ditemukan organisme usus dari hasil kultur
abses terjadi rekuren
terdeteksi adanya indurasi baik secara klinis atau dalam
anestesi
Riwayat abses ani yang berulang
Muara eksterna biasanya terlihat sebagai titik berwarna
merah, mengalami inflamasi, mengeluarkan nanah yang
bercampur darah, tinja. Muara kulit secara khas agak
meninggi, papila abu-abu merah muda dari jaringan
granulasi
Penegakan Diagnosis
Anamnesis:
Gejala berulang dengan selang waktu diantaranya mengeluarkan nanah
sedikit-sedikit
Nyeri pada saat bergerak, defekasi dan batuk
Ulkus
Keluar cairan purulen
Benjolan (Massa fluktuasi)
Pruritus ani
Demam
Kemerahan dan iritasi kulit di sekitar anus
Fistula kompleks adalah sebagai berikut:
Radang usus
Divertikulitis
Sebelumnya terapi radiasi untuk kanker prostat atau dubur
Tuberkulosis
Terapi steroid
Infeksi HIV
Pemerikasaan Fisik:
Pada pemeriksaan fisik di daerah anus (dengan
pemeriksaan digital/rectal toucher) ditemukan satu atau
lebih eksternal opening fistula atau teraba adanya fistula
di bawah permukaan kulit.
Eksternal opening fistula tampak sebagai bisul (bila abses
belum pecah) atau tampak sebagai saluran yang
dikelilingi oleh jaringan granulasi.
Internal opening fistula dapat dirasakan sebagai daerah
indurasi/ nodul di dinding anus setinggi garis dentata.
Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat hampir
selalu hanya satu internal opening.
Pemeriksaan Penunjang

Fistula probe
Anoscope
Diluted methylene blue dye
Fistulography
MRI
Flexible sigmoidoscopy
Colonoscopy
Penatalaksanaan

Tujuan : menyembuhkan fistula dengan sesedikit


mungkin pengaruh pada otot sfingter
Operasi bertujuan menginsisi di atas saluran fistula,
meninggalkan insisi tesebut terbuka untuk bergranulasi
nantinya.
Biasanya dicapai dengan menempatkan sonde melalui
kedua muara fistula dan memotong di atas sonde.
Jika fistula mengikuti perjalanan yang mengharuskan
pemotongan sfingter, maka insisi harus memotong
serabut otot tegak lurus dan hanya pada satu tingkat.
Bila timbul inkontinensia, jika otot terpotong lebih dari
satu tempat
Terapi Pembedahan
Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit,
dibiarkan terbuka,sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat
mungkin dilakukan fistulotomi.
Fistulektomi:Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk
menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah
membiarkannya terbuka.
Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua
macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual
untuk memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana
benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan
ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi
keberhasilannya tidak terlalu besar.
Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke
dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh
tubuh. Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana,
tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi,
hanya 16%.
Setons in the Management of Difficult Fistulas
Pasca operasi

Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit


darah ataupun cairan dari luka operasi untuk
beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar.
Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath
(merendam daerah pantat dengan cairan
antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin.
Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan
antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif.
Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan
pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari.
Komplikasi

Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :


Retensi urin
Pendarahan
Impaksi tinja
Thrombosed wasir
Komplikasi tertunda pascaoperasi, sebagai berikut :
Kambuh
Inkontinensia
stenosis Anal: Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis dari
lubang anus. Bulking agen untuk membantu mencegah bangku
sempit.
Prognosis

Fistel dapat kambuh bila lobang dalam tidak turut dibuka


atau dikeluarkan, cabang fistel tidak turut dibuka, atau
kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi
mencapai permukaan.
Kegagalan penyembuhan secara optimal mungkin akibat :
Terapi inisial yang tidak adekuat
Penyebab spesifik (namun tidak terdiagnosa), misalnya :
penyakit crohn
Kondisi nutrisi yang tidak baik
Perawatan luka yang tidak baik, misalnya : jembatan epitel
Proliferasi jaringan granulasi yang mencegah epitelisasi

Anda mungkin juga menyukai