Anda di halaman 1dari 41

KONSEP, LANDASAN HUKUM DAN

REGULASI
AS U R AN S I I S LAM I

Oleh : WIRDYANINGSIH
KONSEP
ASURANSI SYARIAH
PENGERTIAN ASURANSI ISLAM
Secara Bahasa Arab -> at-tamin (amana): memberi perlindungan,
ketenangan, rasa aman, dan bebas dr rasa takut. QS. Quraisy
(106):4, yaitu Dialah Allah yg mengamankan dari rasa ketakutan.
Ensiklopedi Hukum Islam -> at-takaful al-ijtimai atau solidaritas yg
diartikan sbg sikap anggota masyarakat Islam yg saling memikirkan,
memperhatikan, dan membantu mengatasi kesulitan; anggota
masyarakat Islam yg satu merasakan penderitaan yg lain sbg
penderitaanya sendiri dan keberuntungannya adl juga keberuntungan
org lain.
Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001: Asuransi Syariah (tamin,
takaful atau tadhamun) adlh usaha saling melindungi dan tolong
menolong di antara sejumlah org/pihak melalui investasi dlm bentuk
aset dan/atau tabarru yg memberikan pola pengembalian utk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yg sesuai dgn
syariah.
Asuransi Islam menurut para ahli:

1. Mustafa Ahmad az-Zarqa -> suatu cara utk memelihara manusia dlm
menghindari resiko (ancaman) bahaya yg beragam yg akan terjadi dlm
hidupnya, dlm perjalanan kegiatan hidupnya atau dlm aktivitas ekonominya.
2. Moh. Masum Billah -> mutual guarantee provided by a group of people living
in the same society against a defained risk or castarophe befalling ones life,
property or any form of valuable things.
3. Muhammad Syakir Sula -> saling memikul risiko di antara sesama orang,
sehingga antara satu dgn yg lainnya menjadi penanggung atas risiko yg
lainnya.
4. Wahbah az-Zuhaili mendefinisikan asuransi dalam dua bentuk:
a. At-tamin at-taawuni (asuransi tolong menolong): kesepakatan sejumlah
orang utk membayar sejumlah uang sbg ganti rugi ketika salah seorang
di antara mereka mendapat kemudaratan.
b. At-tamin bi qist sabit (asuransi dgn pembagian tetap): akad yg
mewajibkan seseorang membayar sejumlah uang kpd pihak asuransi yg
terdiri atas beberapa pemegang saham dgn perjanjian apabila peserta
asuransi mendapat kecelakaan, ia diberi ganti rugi.
B. SEJARAH ASURANSI ISLAM
Dlm Islam, praktik asuransi dilakukan pd masa Nabi Yusuf as.
Yaitu pada masa kepemimpinan dari Raja Firaun, tafsiran yg
ia sampaikan adl bahwa Mesir akan mengalami masa 7 tahun
panen yg melimpah dan 7 tahun paceklik. Dan utk mengatasi
masa paceklik itu Nabi menyarankan utk menyisihkan
sebagian hasil panen pada masa tahun pertama, dan saran
ini diikuti sehingga masa paceklik dapat ditangani dgn baik.

Menurut AM. Hasan Ali, Pada masa Arab sendiri tdpt sistem
aqilah yaitu cara penutupan dari kel pembunuh thdp kelg
korban (yg terbunuh). Ketika terdapat seseorang terbunuh
oleh anggota suku lain, maka keluarga pembunuh harus
membayar diyat dlm bentuk uang darah.
FALSAFAH DASAR ASURANSI ISLAM

Falsafah Asuransi Islam: penghayatan terhadap semangat


saling bertanggungjawab, kerjasama dan perlindungan dalam
kegiatan2 masyarakat, demi tercapainya kesejahteraan umat
dan masyarakat pada umumnya.

Prinsip-prinsip Asuransi Islam:


1. Saling bertanggung Jawab
2. Saling Bekerja Sama untuk Bantu Membantu
3. Saling Melindungi dari Segala Kesusahan
Ad.1. Saling Bertanggung Jawab

Hadits Nabi Muhammad SAW Diriwayatkan oleh Al-Bukhari


dan Muslim, :

Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan org2 yg


beriman antara satu dgn lainnya spt satu tubuh, apabila salah
satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuh
lainnya ikut merasakannya.
Seorang Mukmin dgn mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan
yg tiap2 bagiannya saling menguatkan bagian yg lain.
Setiap org dari kamu adlh pemikul tanggung jawab, dan setiap
kamu bertanggung jawab atas org2 yg berada di bawah
tanggung jawabnya.
ad.2. Saling bekerja sama untuk bantu
membantu
a. Al-Quran
Qs. al-Maidah (5):2
Qs. al-Baqarah (2):177

b. Hadits Nabi Muhammad SAW yg diriwayatkan oleh al-


Bukhari, Muslim dan Abu Daud:

Barang siapa yg memenuhi kebutuhan saudaranya , Allah


akan memenuhi kebutuhannya.
Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia
menolong sesamanya.
ad.3. Saling Melindungi dari Segala Kesusahan
a. Al-Quran
Qs. Quraisy (106) : 4
Qs. al-Baqarah (2) : 126

b. Hadits Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ahmad, dan Al-
Bazzar
Sesungguhnya seseorang yg beriman itu ialah barangsiapa yg memberi
keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa raga manusia.
Demi diriku yg dalam kekuasaan Allah bahwasannya tiada seorangpun yg masuk
surga sebelum mereka memberi perlindungan kpd tetangganya yg berada dlm
kesempitan.
Tidaklah beriman seseorang itu selama ia dapat tidur nyenyak dgn perut kenyang
sdgkan tetangganya meratap karena kelaparan.
d. Perbandingan antara asuransi islam dan
asuransi konvesional
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1 Konsep Perjanjian antara dua pihak Sekumpulan orang yang saling


atau lebih, dimana pihak membantu, saling menjamin, dan bekerja
penanggung mengikatkan sama, dengan cara masing-masing
diri kepada tertanggung, mengeluarkan dana tabarru
dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan
pergantian kepada
tertanggung

2 Asal-usul Masyarakat Babilonia 4000- Dari Al Aqilah, kebiasaan suku Arab jauh
3000 SM yang dikenal sebelum Islam datang. Kemudian
dengan perjanjian Hamurabi. disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum
Dan tahun 1668 berdiri Lloyd Islam, bahkan telah tertuang dalam
of London sebagai cikal konstitusi pertama di dunia (konstitusi
bakal asuransi konvensional Madina) yang dibuat langsung Rasulullah
3 Sumber Bersumber dari pikiran Bersumber dari wahyu Ilahi. Sumber
hukum manusia dan kebudayaan. hukum dalam syariah Islam adalah Al
Berdasarkan hukum positif, Quran, Sunnah atau kebiasaan rasul,
hukum alami, dan contoh ijma, fatwa Sahabat, qiyas, istishan, urf
sebelumnya tradisi, dan marshalih mursalah
4 Maghrib Tidak selaras dengan Bersih dari praktek maisir, gharar, dan
(Maisir, Syariah Islam karena riba
gharar, adanya maisir, gharar, riba
riba)
5 Dewan Tidak ada. sehingga Ada, berfungsi mengawasi
Penga banyak prakteknya yang pelaksanaan operasional sehingga
was bertentangan dengan terbebas dari praktek yang
Syariah kaidah syara bertentangan dengan syara
(DPS)
6 Akad Akad jual beli Akad takaful, tabarru, dan akad ijarah

7 Jaminan/ Transfer of risk (transfer Sharing of risk (saling menanggung


risk resiko dari tertanggung antara satu peserta dengan peserta
(resiko) kepada penanggung) lainnya (taawun))

8 Penge- Tidak ada pemisahan dana Pada produk saving (life) terjadi
lolaan yang berakibat terjadinya pemisahan dana, yaitu dana tabarru,
dana dana hangus (untuk produk derma, dan dana peserta, sehingga
saving life) tidak mengenal istilah dana hangus.
Sedangkan untuk term insurance (life)
dan general insurance semuanya
bersifat tabarru
9 Investasi Bebas melakukan investasi dalam Dapat melakukan investasi sesuai
batas ketentuan perundang- perundang-undangan sepanjang tidak
undangan dan tidak terbatasi pada bertentangan dengan prinsip syariah,
halal dan haramnya objek atau bebas dari riba, dan tempat-tempat
sistem investasi yang digunakan investasi yang terlarang

10 Kepemilika Dana yang terkumpul dari premi Dana yang terkumpul dari peserta dalam
n dana peserta seluruhnya menjadi milik bentuk iuran atau kontribusi merupakan
perusahaan. Perusahaan bebas milik peserta. Asuransi syariah hanya
menggunakan dan sebagai pemegang amanah dalam
menginvestasikan kemana saja mengelola dana tersebut

11 Unsur Unsur premi terdiri dari tabel Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur
premi mortalita, bunga, dan biaya tabarru dan tabungan (yang tidak
asuransi mengandung unsur riba). Tabarru juga
dihitung dari tabel mortalita, tetapi tanpa
perhitungan bunga teknik

12 Loading Loading cukup besar dapat Loading sebagian asuransi syariah tidak
(komisi menyerap premi tahun pertama dan dibebankan pada peserta tapi dari dana
Agen) kedua. Karena itu, nilai tunai tahun pemegang saham. Namun sebagian
pertama dan kedua biasanya belum lainnya mengembalikan 20-30% dari
ada (hangus) premi tahun pertama. Dengan demikian
nilai premi tahun pertama sudah
terbentuk
13 Sumber Dari rekening perusahaan, sebagai Dari rekening tabarru, yaitu peserta
pemba- konsekuensi penanggung terhadap saling menanggung. Jika salah satu
yaran klaim tertanggung. Bisnis semata peserta mendapat musibah maka
peserta lainnya ikut menanggung
bersama resiko

14 Sistem Akuntansi accrual basis, yaitu proses Akuntansi cash basis, yaitu mengakui
akuntansi akuntansi yang mengakui terjadinya apa yang benar-benar telah ada.
peristiwa/keadaan non kas. Dan Sedangkan accrual basis dianggap
mengakui pendapatan, peningkatan bertentangan dengan syariah karena
aset, expenses, liabilities dalam mengakui adanya pendapatan, harta,
jumlah tertentu yang baru akan beban, atau utang yang akan terjadi di
diterima dalam waktu yang akan kemudian hari
datang

15 Keun- Diperoleh dari surplus underwriting, Diperoleh dari surplus underwriting,


tungan komisi reasuransi, dan hasil investasi komisi reasuransi, dan hasil investasi,
(profit) seluruhnya adalah keuntungan bukan seluruhnya milik perusahaan
perusahaan namun dilakukan dengan bagi hasil
dengan peserta

16 Misi Secara garis besar mempunyai misi Misi aqidah, ibadah (taawun), ekonomi,
ekonomi dan sosial dan pemberdayaan umat (sosial)
LANDASAN HUKUM
ASURANSI SYARIAH
LANDASAN HUKUM

LANDASAN HUKUM SYARIAH LANDASAN HUKUM POSITIF

AL QURAN KONSTITUSI

HADITS UNDANG-UNDANG

QIYAS PERATURAN PEMERINTAH

IJMA ULAMA PERATURAN MENTERI


LANDASAN HUKUM SYARIAH
Landasan Hukum Asuransi Syariah (1)
1. Al Quran:
Mempersiapkan masa depan: Al Hasyr:18 dan
Yusuf:47-49
Saling menolong dan bekerja sama: Al Maidah:2
dan Al Baqarah:185
Saling melindungi dalam keadaan susah: Al
Quraisy:4 dan Al Baqarah:126
Bertawakal dan optimis berusaha: Al
Taghaabun:11 dan Luqman:34
Penghargaan Allah terhadap perbuatan mulia
yang dilakukan manusia: Al Baqarah 261
pertemuan 9
Landasan Hukum Asuransi Syariah (2)

2. Sunnah Nabi Muhammad SAW


Hadits tentang aqilah (prinsip saling menanggung)
Hadits tentang menghilangkan kesulitan seseorang
Hadits tentang anjuran meninggalkan ahli waris yang
kaya (dengan cara mempersiapkan sejak dini)
Hadits tentang mengurus anak yatim
Hadits tentang menghindari resiko (harus selalu
bersikap waspada terlebih dahulu sebelum pada
akhirnya bersikap tawakal)
Hadits tentang Piagam Madina (keharusan
membayar tebusan tawanan dan uang darah pada
aqilah)
Hadis-hadis Nabi Shallahualaihi wasallam
tentang prinsip bermuamalah
HR, Muslim dan Abu Hurairah :

Barang siapa melepaskan dari seseorang muslim suatu kesulitan di


dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan
Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong
saudaranya .

HR. Muslim dan Muman bin Basyir :

Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi


dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian
menderita sakit maka bagian akan turut menderita .

HR. Muslim dari Abu Musa al Asyari :

Seorang mumin dengan mumin yang lain ibarat sebuah bangunan,


satu bagian menguatkan bagian yang lain .
Landasan Hukum Asuransi Syariah (3)
3. Ijtihad
Fatwa Sahabat: pada masa Khalifah Umar bin Khattab
dikenal adanya pembayaran diwan untuk pembayaran
hukuman (ganti rugi) atas pembunuhan (tidak sengaja)
yang dilakukan oleh salah seorang diantara mereka
Ijma: ijma tentang ittifaq (kesepakatan) dalam hal aqilah
yang dilakukan Khalifah Umar tidak dipertentangkan
oleh Sahabat lain. Dengan tidak dipertentangkan maka
dianggap telah terjadi ijma
Qiyas: kesiapan pembayaran kontribusi keuangan dalam
aqilah sama prinsipnya dengan asuransi syariah
Istihsan: kebiasaan aqilah pada suku Arab kuno
bertentangan dengan hukum namun dilakukan untuk
mencapai keadilan dan kepentingan sosial, yaitu
menghindari balas dendam berdarah yang berkelanjutan
Pendapat Ulama tentang Asuransi
Pendapat yang mengharamkan:
Asuransi mengandung unsur perjudian yang
dilarang di dalam Islam
Asuransi mengandung unsur ketidakpastian
Asuransi mengandung unsur riba
Asuransi termasuk jual beli atau tukar-menukar
mata uang tidak secara tunai
Asuransi objek bisnisnya digantungkan pada
hidup matinya seseorang (mendahului takdir
Allah)
Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang
bersifat menekan
Pendapat Ulama tentang Asuransi (2)
Pendapat yang membolehkan:
Tidak terdapat nash Al Quran atau Hadits yang
melarang asuransi
Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan
kerelaan antara kedua belah pihak
Asuransi menguntungkan kedua belah pihak
Asuransi mengandung kepentingan umum,
sebab premi yang terkumpul dapat
diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan
Asuransi termasuk akad mudharabah antara
pemegang polis dengan perusahaan asuransi
Asuransi termasuk syirkah at-taawuniyah
(usaha bersama yang didasarkan pada prinsip
tolong-menolong
Pendapat Ulama tentang Asuransi (3)

Dari kontroversi tersebut dilakukan


alternatif, yaitu dengan membentuk
asuransi berdasarkan prinsip syariah,
yaitu asuransi takaful
Indonesia telah melakukan asuransi
takaful sejak tahun 1994
Fatwa DSN-MUI tentang Asuransi

1. Fatwa No 21 tentang Pedoman Umum


Asuransi Syariah
2. Fatwa No 39 tentang Asuransi Haji
3. Fatwa No 51 tentang Mudharabah
Musyarakah pada Asuransi Syariah
4. Fatwa No 52 tentang Akad Wakalah bil-
Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi
Syariah
5. Fatwa No 53 tentang Akad Tabarru
pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
LANDASAN HUKUM POSITIF
Peraturan Perundang-undangan Asuransi
Undang undang No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perasuransian, sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1992
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 421/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
Bagi Direksi dan Komisaris Perusahaan Perasuransian;
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 422/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 423/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 424/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 426/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi.
Keputusan Menteri Keuangan Tahun 2003
yang berkenaan dengan penyelenggaraan usaha
asuransi dengan prinsip syariah
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 422/KMK.06/2003
tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;

Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 424/KMK.06/2003


tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;

Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 426/KMK.06/2003


tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Peraturan Baru
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2008:
Penyesuaian Permodalan
Istilah Unit Syariah

Peraturan Menteri Keuangan No. 124 Tahun 2008:


Asuransi Kredit dan Suretyship untuk usaha asuransi umum syariah
dilarang, dan akan diatur tersendiri

Peraturan Menteri Keuangan No. 158 Tahun 2008:


Penilaian surat utang negara;
Dana jaminan (minimum jumlah, perluasan jenis dan penempatan di
Kustodian)
Peraturan Ketua Bapepam LK No.Per-02/BL/2009 Tahun 2009:
Pemisahan pencatatan kelompok akun Dana Tabarru, Investasi Peserta
dan Dana Perusahaan;
Perhitungan Solvabilitas Dana Tabarru
PELAKSANAAN
ASURANSI SYARIAH
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH

Pertama : Ketentuan Umum


1. Asuransi Syariah (Tamin, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah
orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau
tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.
2. Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung
gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk
tujuan komersial.
4. Akad tabarru adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan
tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk
tujuan komersial.
5. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan
sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
6. Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib diberikan oleh
perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH

Kedua: Akad dalam Asuransi

1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri


atas akad tijarah dan / atau akad tabarru'.
2. Akad tijarah adalah mudharabah. Sedangkan akad tabarru adalah
hibah.
3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
a. hak & kewajiban peserta dan perusahaan;
b. cara dan waktu pembayaran premi;
c. jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru serta syarat-syarat
yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan

Ketiga: Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah & Tabarru

1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai


mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal
(pemegang polis);
2. Dalam akad tabarru (hibah), peserta memberikan hibah yang
akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola
dana hibah.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH

Keempat : Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru

1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad


tabarru' bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela
melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban
pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
2. Jenis akad tabarru' tidak dapat diubah menjadi jenis
akad tijarah.

Kelima : Jenis Asuransi dan Akadnya

1. Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas


asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut
adalah mudharabah dan hibah.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH
Keenam : Premi

1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad
tabarru'.
2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah
dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi
jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat
tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.
3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan
dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta.
4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru' dapat diinvestasikan.

Ketujuh : Klaim

1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal


perjanjian.
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang
dibayarkan.
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan
merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
4. Klaim atas akad tabarru', merupakan hak peserta dan merupakan
kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH

Kedelapan : Investasi

1. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan


investasi dari dana yang terkumpul.
2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.

Kesembilan : Reasuransi
Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada
perusahaan reasuransi yang berlandaskan prinsip syari'ah.

Kesepuluh : Pengelolaan

1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh


suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
2. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari
pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah
(mudharabah).
3. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari
pengelolaan dana akad tabarru (hibah).
Prinsip Operasional Asuransi Syariah

1. Menghindari gharar:
Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan
polis, yaitu dengan akad takaful. Dalam asuransi
konvensional menjadi gharar karena sudah tahu
berapa yang akan diterima tapi tidak tahu
berapa yang akan dibayarkan (premi)
Sumber dana pembayaran klaim dan
keabsahan syari penerima uang klaim itu
sendiri. Pembayaran pada takaful dibagi
menjadi dua, masuk ke rekening pemegang
polis dan rekening khusus peserta yang
diniatkan dengan tabarru
Prinsip Operasional Asuransi Syariah (2)

2. Menghindari maisir (gambling)


Jika peserta tidak mengalami musibah
maka ia tetap berhak mendapatkan premi
yang disetor kecuali dana yang
dimasukkan ke dalam dana tabarru

3. Menghindari unsur riba


dana premi yang terkumpul diinvestasikan
dengan prinsip bagi hasil, terutama
mudharabah dan musyarakah
JENIS TAKAFUL
1. Takaful keluarga
Dapat disebut dengan sistem pengelolaan dana
dengan unsur tabungan
Premi takaful akan dimasukkan ke dalam rekening
tabungan dan rekening khusus/tabarru
Hasil keuntungan akan dibagi menjadi keuntungan
perusahaan serta masuk ke rekening tabungan dan
rekening takaful
Keuntungan perusahaan akan digunakan untuk
membiayai operasional perusahaan
Jenis Takaful (1)

Keuntungan perusahaan

Biaya operasional

Hubungan Hasil
muamalah Investasi
investasi

Rekening Rekening Rekening


tabungan Bayar kpd peserta
tabungan tabungan
Premi Total
takaful dana

Rekening Rekening Rekening


khusus Bayar kpd peserta
khusus takaful
JENIS TAKAFUL
2. Takaful umum
Premi takaful yang diterima akan dimasukkan ke dalam rekening
khusus, yaitu rekening yang diniatkan untuk tabarru/derma dan
digunakan untuk membayar klaim kepada peserta apabila terjadi
musibah atas harta benda atau peserta itu sendiri
Premi peserta akan dikumpulkan dalam kumpulan dana peserta
kemudian diinvestasikan ke dalam pembiayaan.
Keuntungan investasi dimasukkan ke dalam kumpulan dana
peserta kemudian dikurangi beban asuransi (klaim, premi
asuransi). Jika ada kelebihan sisa akan dibagikan menurut prinsip
mudharabah.
Bagian keuntungan milik peserta akan dikembalikan kepada
peserta yang tidak mengalami musibah sesuai dengan
penyertaannya. Bagian keuntungan perusahaan akan digunakan
untuk membiayai operasional perusahaan
Jenis Takaful (2)
Keuntungan
perusahaan

Biaya
operasional

Hubung
Hasil
an Investasi
investasi
mudhara
bah

Bagian
perusahaan

Premi Total Total Beban Surplus


takaful dana dana asuransi operasi

Begian
peserta
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai