Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Trauma Kepala
By:
Aulia Suci Maurinda
Maskur Ramadhan
Anggie Imaniah Sitompul
Achmad Rifqy Rupawan
Pembimbing:
dr. Wulan Fadinie, M.Ked (An), Sp.An
17 % Curah Jantung
Tr a u m a k e p a l a
a d a lah ke a d aa n
gangguan non
degeneratif dan non
kon g e n ita l te rh ad a p
ke p a la d ar i s er a n g a n
mekanikal eksternal,
dan dapat menyebabkan
gangguan kognitif baik
temporer maupun
permanen, gangguan
fi s i k , d a n f u n g s i
psikososial dan
berhubungan dengan
b e r ku r a n g d an a d a n ya
g a n g g u a n ke sa d ar a n
E T I O LO G I
28%
30% 20%
25% 19%
20% 11%
15%
10%
5% Persentase
0%
Klasifikasi
1. Berdasarkan mekanisme
Trauma kepala dengan penetrasi
Trauma kepala tumpul
2. Berdasarkan morfologi
Skull fracture
Lesi intrakranial
Trauma Kepala Primer
1. Difus
.Kontusio otak, Penurunan kesadaran < 6jam
.Cedera aksonal difus, koma traumatik berlangsung >6 jam
2. Fokal
.Kontusio otak berlawanan dari hasil tubrukan
.EDH
.SDH
.ICH
Cedera Sekunder
Cedera sekunder dapat terjadi dalam hitungan
menit, jam, ataupun hari.
Cedera sekunder dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
Disfungsi respirasi (hipoksemia, hiperkapnia)
Instabilitas kardiovaskular (hipotension cardiac output
yang rendah)
Peningkatan tekanan intrakranial
Gangguan biokimia
Patofisiologi
Cidera Cidera Cidera TIK - oedem
kepala otak otak Respon kompensasi - hematom
primer sekunder
Kerusakan hypoxemia
sel otak
Gangguan autoregulasi
Rangsangan simpatis stress
Gangguan napas
Hipoksemia, hiperkapnea
Diagnosis
Pemeriksaan kesadaran
Pemeriksaan pupil
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan scalp dan tengkorak
Pemeriksaan penunjang
Komplikasi
Peningkatan TIK
Infeksi
Lesi tingkat sel
Epilepsi pasca trauma kapitis
Aspirasi
Penatalaksanaan
1. Resusitasi kardiopulmoner
Airway
Breathing
Circulation
2. Terapi diuretik
Diuretik osmotik
Loop diuretik
3. Terapi barbiturat
4. Posisi kepala
Terapi Cairan
Pada
Perdarahan
Total Body Water
Distribusi Cairan Tubuh
Perubahan Cairan Terjadi
Saat:
Luka Bakar
Perdarahan
Puasa
Diare
Muntah
Dehidrasi
Preoperatif / Perioperatif
Pemberian Cairan
Cairan Cairan
Replacemen Maintenance
Cairan t
Defisit
Penilaian Derajat Dehidrasi
Penentuan Tipe Dehidrasi
Dehidrasi Isotonus osmolaritas serum 270-
300 mOsm/L, konsentrasi Na serum 130-150
mEq/L
Dehidrasi Hipotonus osmolaritas serum <
270 mOsm/L, konsentrasi Na serum < 130 mEq/L
Dehidrasi Hipertonus osmolaritas serum >
130 mOsm/L, konsentrasi Na serum >150
mEq/L)
Terapi Cairan Defisit
Rehidrasi Cepat
Pemberian Cairan
Cairan
Cairan Cairan
Replacemen
Defisit Maintenan t
ce
Kebutuhan Cairan Selama
24 Jam
Mengganti kehilangan normal (IWL,
Urine, Feses)
Support nutrisi
Pemberian Cairan
TIME SEQUENCE
Pukul 20.30 WIB
PRIMARY
SURVEY
Tanda dan Gejala Kesimpulan Penanganan Hasil
A (airway) Airway clear Triple airway maneuver (head Airway clear
Snoring (-) tilt, chin lift, jaw thrust)
Gargling (-)
Crowing (-)
B (breathing) Saturasi O2 baik Ventilasi dengan sungkup RR: 30x/i, SaO2 99%
SP/ST: vesicular/- rebreathing dengan Oksigen 4-
SaO2: 98% 6 L/menit
C (circulation ) Hemodinamik tidak Pasang IV line 18G TD: 100/60 mmHg, HR:
CRT >2" stabil Pemberian cairan R Sol 20gtt/i 116x/i, reg,
Akral hangat
t/v kuat/cukup
TD:100/60 mmHg
HR = 126x/i, reg
D (dissability) Kesadaran penuh Mempertahankan Sens:
Sens: Compos A-B-C tetap clear Compos
Mentis mentis GCS
GCS 15 (E4 M6 V5) 15 (E4 M6
Pupil isokor V5)
3mm/3mm, RC +/+
Bebaskan jalan napas, head tilt, chin lift, dan jaw thrust
Ventilasi rebreathing mask O2 4-6 Liter/menit
Pastikan IV line diameter besar terpasang + infus set +
three way terpasang baik
IVFD R Sol 20 gtt/menit pastikan lancar
Pastikan urin kateter terpasang baik untuk menilai
kecukupan volume
Penentuan derajat perdarahan
Class I Class II Class III Class IV
Mental status/CNS Slightly anxious Midly anxious Anxious and Confused and
confused lethargic
Derajat perdarahan: perdarahan kelas III
HI GCS 15 + Brain
Prolaps + Open
Fracture o/t (L)
Frontalis
Follow-Up Pasien di Instalasi
Gawat Darurat (16 Oktober 2015)
Pukul Nadi RR Tekanan Darah Temperatur SpO2
HEMATOLOGI
GINJAL
Ureum 17,40 mg/dL <50 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 125 mEq/L 135-155 mEq/L
HATI
METABOLISME KARBOHIDRAT
Kesimpulan:
Anemia + Leukositosis + Hipoalbuminemia +
Pemeriksaan Radiologi FotoToraks
(16 Oktober 2015)
KESIMPULAN :
Tidak tampak kelaian pada cor
dan pulmo
Foto Cervical Lateral
(16 Oktober 2015)
Kesimpulan :
Tidak tampak kelainan pada vertebra cervika
Foto Schedel AP/L
(16 Oktober 2015)
Kesimpulan :
Fraktur depressed pada os frontalis kiri
Head CT-Scan
(16 Oktober 2015)
Kesimpulan :
Herniasi / prolaps lobus frontalis kiri
Defek tulang di os frontalis kiri
Follow-up (PICU): 17-19 Oktober 2015
Hari/ S O A P
Tanggal
17/09/2015 - Airway clear Post op craniectomy
terintubasi terpasang debridement a/i open IVFD R-Sol 30cc/jam
ventilator modus fracture os frontal + brain Inj. Ceftriaxone
500mg/12j/iv
pressure control prolaps
IVFD Manitol 20%
Akral: H/M/K, 50cc/6j/iv
TD:90/50mmHg Inj. Phenytoin MD 25
HR:150x/I, RR: 30x/i mg/12j/iv dalam NaCl
Sens: pGCS 3, 0,9% 20cc.
Pupil : isokor, Inj. Gentamycin
3mm/3mm, 50mg/24j/iv
Inj Metronidazol
RC: +/+
75mg/12j/iv
UOP: (+) Inj. Fentanyl
Oedem: - 0,5mg/kg/mnt=25cc/j
Inj ranitidin 10mg/8 j/iv
18/09/2015 Demam Airway clear Post op craniectomy
(+) terintubasi terpasang debridement a/i open IVFD R-Sol 30cc/jam
ventilator modus fracture os frontal + brain Inj. Ceftriaxone
500mg/12j/iv
pressure control prolaps
IVFD Manitol 20%
Akral: H/M/K, 50cc/6j/iv
TD:90/50mmHg Inj. Phenytoin MD 25
HR:188x/I, RR: 30x/i mg/12j/iv dalam NaCl
Sens: pGCS 6, 0,9% 20cc.
Pupil : isokor, Inj. Gentamycin
3mm/3mm, 50mg/24j/iv
Inj Metronidazol
RC: +/+
75mg/12j/iv
UOP: (+) Inj. Fentanyl
Oedem: - 0,5mg/kg/mnt=25cc/j
Inj ranitidin 10mg/8j/iv
Temp: 40,1 Inj. Paracetamol 150mg/iv
19/09/2015 Demam Airway clear Post op craniectomy
(-) terintubasi terpasang debridement a/i open IVFD R-Sol 30cc/jam
ventilator modus fracture os frontal + brain Inj. Ceftriaxone
500mg/12j/iv
pressure control prolaps
IVFD Manitol 20%
Akral: H/M/K, 50cc/6j/iv
TD:100/50mmHg Inj. Phenytoin MD 25
HR:143x/I, RR: 30x/i mg/12j/iv dalam NaCl
Sens: pGCS 7, 0,9% 20cc.
Pupil : isokor, Inj. Gentamycin
3mm/3mm, 50mg/24j/iv
Inj Metronidazol
RC: +/+
75mg/12j/iv
UOP: (+) Inj. Fentanyl
Oedem: - 0,5mg/kg/mnt=25cc/j
Temp: 37,0 Inj ranitidin 10mg/8j/iv
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, hal pertama yang perlu kita nilai adalah kesadaran
pasien. Penilaian kesadaran pada setingan kasus emergensi atau
kegawatdaruratan dapat dilakukan dengan cara :
A : alert (sadar penuh)
V : verbal (respon bila dipanggil atau diajak bicara)
P : pain (respon bila diberikan rangsang nyeri)
U : unresponsive (tidak respon dengan rangsang apapun)
Pada pasien ini, kesadarannya yaitu A (Alert) karena pasien masih
dalam keadaan sadar penuh dan masih bisa diajak berkomunikasi.
No. Teori Kasus
1. Airway Airway
Manajemen jalan nafas dengan Head Tilt dan Chin Lift. Faktor utama yang membuat tidak Pada pasien ini, dibebaskan jalan nafasnya dengan
sadar adalah adanya sumbatan jalan nafas, seperti lidah, makanan ataupun benda asing triple airway manuever (head tilt, chin lift, jaw thrust).
lainnya. Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada pasien tidak
sadar karena pada kondisi ini lidah akan terjatuh ke belakang rongga mulut. Hal ini akan
mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Sebelum diberikan bantuan
pernapasan, jalan napas harus terbuka. Bila terdapat depresi pernapasan, diperlukan
tindakan intervensi terapeutik segera seperti pemasangan intubasi dan ventilator.
2. Breathing Breathing
Menjaga pernafasan berjalan baik sehingga pertukaran oksigen dan karbon dioksida Pasien juga diberikan terapi oksigen dengan
berlangsung dengan baik. Komponen paru, dinding dada, dan diafragma harus dievaluasi pemasangan sungkup rebreathing dengan oksigen
dengan cepat. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding dada yang sebanyak 4-6 liter/menit.
mungkin mengganggu pernapasan. Auskultasi dapat dilakukan untuk memastikan udara
masuk ke dalam paru. Breathing juga merupakan penilaian status pernapasan apakah
masih bernapas atau tidak. Teknik yang digunakan adalah LOOK, LISTEN dan FEEL (LLF).
LLF dilakukan tidak lebih dari 10 menit.
Jika pasien masih bernapas, tindakan yang dilakukan adalah pertahankan jalan napas agar
tetap terbuka. Jika pasien tidak bernapas, berikan 2x bantuan pernafasan dengan volume
yang cukup.
3. Circulation Circulation
Menilai volume darah, cardiac output dan Pasien datang ke IGD dengan akral Hangat/Merah/Kering.
perdarahan. Maka diperlukan penilaian yang Tekanan Darah: 100/60 mmHg, HR: 126x/i, RR: 30x/i reg T/V:
cepat untuk status hemodinamik pasien, ada kuat/cukup, temp: 36,5C, dilakukan pemasangan iv line
tiga penilaian klinis yang dalam hitungan ukuran 18G dengan cairan kristaloid yaitu ringer solution
detik yang memberikan informasi mengenai untuk mengganti cairan yang hilang akibat trauma.
keadaan hemodinamik pasien yaitu tingkat
Pada pasien ini diberikan resusitasi cepat dengan kristalloid
kesadaran, warna kulit dan nadi.
sebanyak 500 ml habis dalam 30-60 menit, selanjutnya
resusitasi lambat dengan kristalloid sebanyak 508 ml dalam
8 jam pertama dan 876 ml dalam 16 selanjutnya.
4. Disability Disability
Mengevaluasi keadaan neurologis secara cepat yang dinilai Pasien datang ke IGD dengan GCS 15
adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. GCS (E4 M6 V5) dan pupil isokor
merupakan sistem skoring sederhana yang dapat menilai 3mm/3mm dengan refleks cahaya +/
tingkat kesadaran pasien. +.
5. Exposure Exposure
Membuka seluruh pakaian pasien untuk memeriksa dan Membuka seluruh pakaian pasien dan
mengevaluasi keadaan pasien dan menjaga suhu tubuh pasien agar terdapat jejas pada kepala sebelah kiri
tidak hipotermi. pasien. Untuk mencegah hipotermi
pasien diselimuti.
KESIMPULAN
Trauma kepala adalah keadaan gangguan non degeneratif
dan non kongenital terhadap kepala dari serangan mekanikal
eksternal, dan dapat menyebabkan gangguan kognitif baik
temporer maupun permanen, gangguan fisik, dan fungsi
psikososial dan berhubungan dengan berkurang dan adanya
gangguan kesadaran.
Penyebab ditemukan bahwa anak remaja hingga dewasa
muda mengalami cedera kepala akibat terlibat dalam
kecelakaan lalu lintas dan akibat kekerasan sedangkan orang
yang lebih tua cenderung mengalami trauma kepala
disebabkan oleh terjatuh.
KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien dengan trauma kapitis yang
utama adalah dengan memperbaiki airway, membuat
oksigenasi adekuat, sehingga meningkatkan saturasi oksigen
serta menstabilkan breathing, circulation dan tingkat
kesadaran pasien ini.