Pembimbing: dr. Endang Tri Wahyuni, Sp.KK, M.Kes Pendahuluan Childhood granulomatous periorificial dermatitis (CGPD) juga dikenal sebagai facial Afro-Caribbean childhood eruption (FACE), Gianotti-type dermatitis perioral dan sarcoid-like granulomatous dermatitis. Walaupun kebanyakan terjadi pada ras kulit hitam ini juga bisa terjadi pada pasien ras kulit putih. Penyakit ini terjadi pada anak prepubertas yang sehat, mempengaruhi kedua jenis kelamin, dikarakteristikan dengan erupsi papul monomorfus di sekitar mulut, hidung dan mata. Karena banyak kasus yang dilaporkan maka peneliti melaporkan kasus CGPD pada anak laki-laki indiana berumur 6 tahun dengan keterlibatan ekstra facial. Case Report Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun diketahui menderita juvenile rheumatoid arthritis dalam pengobatan dengan prednisolon 10 mg/hari dab metrotrexate (10 mg/minggu selama 6 bulan dan 5 mg/minggu sejak 3 bulan terakhir) terdapat bintik merah multipel dan lesi kekuningan pada wajah, leher, punggung dan ektremitas atas sejak 1 bulan dengan gatal yang kadang-kadang muncul. Terdapat riwayat pengobatan tbc selama satu tahun dan selesai satu tahun yang lalu. Tidak riwayat alergi, fotosensitivitas atau iritan yang lain. Pada riwayat keluarga tidak ada yang mengalami hal seperti ini. Pada pemeriksaan terdapat multipel papul eritem bersisik denga ukuran sampai 5 mm di sekitar mulut, hidung dan area periorbital, leher, punggung dan ekstremitas atas dengan sedikit ekskoriasi. Pada pemeriksaan biopsi kulit terlihat hiperkeratosis sedang melewati epidermis dan granuloma dengan beberapa limfosit, histiosit, dan sel giant. Pasien diberikan terapi amoxicillin sirup, asam klavulanat sirup, klorpeniramin sirup dan pelembab. Lesi mereda setelah pengobatan selama 1 bulan. Diskusi Childhood granulomatous periorificial dermatitis adalah gangguan khas pada anak-anak sehat prepubertas. Etiologinya masih belum dapat diketahui. Keadaan ini relatif jarang dikarakteristikan dengan monomorfik, domeshaped, kulit menjadi papul erupsi kuning kecoklatan dengan mengenai area perioral, peri-ocular dan perinasal secara dominan. Peneliti memikirkan adanya JRA dan riwayat tbc sebelumnya pada penelitian ini adalah sebuah kebetulan. Secara histopatologi menunjukkan upper dermal noncaseating granuloma dengan predileksi untuk folikel dan perifolikular dermis dan bercampur dengan infiltrasi dari limfosit, histiosit dengan perubahan kulit seperti hiperkeratosis, akantosis, dan spongiosis. Pilihan pengobatan berdasarkan laporan adalah metronidazol topikal, tetrasiklin, eritromisin, klindamisin dengan atau tanpa antibiotik oral seperti makrolid, doksisiklin, tetrasiklin dan minosiklin. Penelitian ini mendemonstrasikan keterkaitannya wajah, sembuh dengan bekas luka atrofi berpigmen, kesembuhan cepat dengan amoxicilin dan kombinasi asam klavulanat dan tidak sengaja berhubungan dengan JRA. Pasien dalam pengawasan dan tidak lesi berulang yang terlihat. THANK YOU!