Bab I
pendahulu
an
LATAR BELAKANG
MANFAAT ILMIAH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aging atau penuaan secara praktis
dapat dilihat sebagai suatu
penurunan fungsi biologik dari usia
kronologik. Aging tidak dapat
dihindarkan dan berjalan dengan
kecepatan berbeda, tergantung dari
susunan genetik seseorang,
lingkungan dan gaya hidup, sehingga
aging dapat terjadi lebih dini atau
lebih lambat tergantung kesehatan
BAB II
Definisi aging menurut A4M
(American Academy of Anti Aging
Medicine) adalah kelemahan dan
kegagalan fisik dan mental yang
berhubungan engan aging yang
normal disebabkan karena disfungsi
fisiologik, dalam banyak kasus dapat
diubah dengan intervensi kedokteran
yang tepat (Goldman and Klatz,
2003).
TeoriW
Program
ear
Glikosilasi
Terbatasnya
Radikal
Kerusakan
Proses
& Tear
(Pangkahila, 2007)
FAKTOR YANG MEMPERCEPAT
PROSES PENUAAN
DIET / MAKANAN
LINGKUNGAN
ORGANIK
PSIKIS
GENETIK
(Pangkahila, 2007)
TRANSISI
35 45 THN
>45 thn
+ DHEA, progest
Massa otot 1kg
25-35 thn per 3 bulan
GH, T, estro mulai Lemak, BB
turun 35-45 thn Penyakit kronis,
Gejala belum aktivitas terhambat
Hormon 25%
tampak
Massa otot, energi,
kekuatan
Komposisi lemak
Mulai tjd resistensi
insulin
SUBKLINIK Resiko CVD,
25 -35 THN obesitas
Gejala: penglihatan,
pendengaran,
Klinik
elastisitas kulit,
dorongan dan
bangkitan seksual
, rambut memutih
(Pangkahila, 2007)
RADIKAL BEBAS
Adalah Molekul reaktif dengan satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan pada orbit terluar tidak
stabil berinteraksi dengan molekul yang
berdekatan, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan
asam nukleat chain reaction baru akan berhenti
setelah diredam oleh senyawa yang bersifat
antioksidan
TAHAP TERBENTUKNYA RADIKAL
BEBAS
1. TAHAP INISIASI
2. TAHAP PROPAGASI
3. TAHAP TERMINASI
Tahap Inisiasi: menjadikan senyawa non radikal
menjadi radikal
Tahap Propagasi:
Pembentukan
pemanjangan rantai radikal /
chain reaction
Radikal Bebas
Tahap Terminasi: pembentukan non radikal dari
radikal bebas
RADIKAL BEBAS
Akibat ketidak seimbangan antara jumlah
antioksidan dan senyawa radikal bebas akan
mengakibatkan kerusakan stres oksidatif (Arief,
2010)
Senyawa radikal mengoksidasi dan menyerang
komponen lipid membran, senyawa ini merusak
tiga jenis senyawa yang penting untuk
mempertahankan integritas sel seperti asam
lemak tak jenuh yang menyusun membran sel
(fosfolipid), DNA (perangkat genetik) dan protein
(enzim, reseptor, antibodi) (Fouad, 2007).
ROKOK
Rokok merupakan hasil olahan tembakau
terbungkus termasuk cerutu atau bahan
lainnya yang dihasilkan dari tanaman
Nicotina tabacum, Nicotina rustica dan
spesies lainnya atau sintesisnya yang
mengandung nikotin dan tar
Rokok dibentuk dari unsur karbon (C),
hydrogen (H), Oksigen (O), nitrogen(N)
dan sulfur (S),
ROKOK
Asap rokok utama (mainstream cigarette
smoke) terdiri dari 8% fase tar dan 92% fase
gas. Asap rokok fase tar ini mengandung
nikotin, tar dan lebih dari 1017 radikal bebas di
dalamnya.
Radikal bebas menyebabkan kerusakan
oksidatif pada lipid, protein, dan asam
nukleat. Ketidakseimbangan antara
antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif
( Pangkahila,2007)
ROKOK
Dua reaksi yang mungkin terjadi dalam
proses merokok adalah:
Pertama, reaksi rokok dengan oksigen
membentuk senyawa-senyawa seperti
CO2, H2O, SOx, dan CO.
Reaksi yang kedua adalah reaksi
pemecahan struktur kimia rokok
menjadi senyawa kimia lainnya. Reaksi
ini lebih dikenal dengan pirolisa
ROKOK
Radikal aldehid dalam rokok menyebabkan sekresi
dari sitokin proinflamasi oleh sel-sel saluran
alveolar dan merangsang aktivasi sel radang akut
seperti neutrofil dan eosinofil (Toorn et al., 2013).
Radikal karbonmonoksida menyebabkan kerusakan
jaringan dilihat dari peningkatan produk
peroksidasi lipid dan degradasi protein matrik
ekstraseluler (Vaart et al., 2004).
Radikal dalam fase tar dapat mengikat molekul
DNA dan mengakibatkan mutasi yang berujung
pada pathogenesis penyakit kanker (Martin, 2008).
Asap rokok yang mengandung radikal bebas
L ARGININE
L-Arginine merupakan salah satu substansi
yang meregulasi sintesis Nitric Oxide (NO),
produksi antibodi dan perkembangan sel B,
ekspresi reseptor sel T yang menyebabkan L-
Arginine penting dalam sistem kekebalan
bawaan (innate immune system) dan sistem
kekebalan dapatan (adaptive immune
system).
L-Arginine merupakan prekursor dalam
sintesis NO yang dilakukan oleh nitrit oksida
sintase (Nitric Oxide Synthase/ NOS).
L ARGININE
NO merupakan molekul pengirim
sinyal terhadap setiap jenis sel yang
meregulasi jalur metabolisme,
sehingga perlu dilakukan penelitian
terhadap nutrisi arginin.
Kekurangan L-Arginine dalam diet
akan menyebabkan gangguan sistesis
NO pada mamalia (Wu et al., 2009;
Lewis and Langkamp-Henken, 2000).
BAB III
KERANGKA BERFIKIR
OKSIDAT
IF
STRESS
L ARGININE
BAB III
KERANGKA BERFIKIR
L-ARGININ
meregulasi
sintesis nitric
PEMBERIAN L- oxide, L-ARGININ
ARGININE signaling ke dioksidasi oleh
otot polos radikal,
ORAL menghasilkan
pembuluh darah
radikal yang
untuk lebih stabil dan
vasodilatasi kurang
pembuluh reaktif
darah, menstabilkan
senyawa oksigen
reaktif dengan
bereaksi dengan
antioksidan
susunan
endogen
reaktif dari
radikal tersebut
KERANGKA KONSEP
Jumlah endotel
aorta
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1.Pemberian L-Arginine oral dapat
mencegah penurunan kadar Nitric Oxide
(NO) pada tikus (Rattus norvegicus) jantan
jalur Wistar yang diinduksi paparan asap
rokok.
2. Pemberian L-Arginine oral dapat
mencegah penurunan jumlah endotel aorta
pada tikus (Rattus norvegicus) jantan jalur
Wistar yang diinduksi paparan asap rokok.
BAB IV
METODE
PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIAN
LOKASI DAN WAKTU
Populasi dan Sampel
POPULASI
Populasi target dalam penelitian
eksperimental ini adalah seluruh
tikus strain Wistar jantan. Populasi
terjangkau adalah tikus yang
berumur 2,5 - 3 bulan dengan berat
badan 200 gram.
KRITERIA SAMPLE
BESAR SAMPLE
Besar sampel yang digunakan diambil dan dihitung
dengan menggunakan rumus Federer (2008)
(n-1) (t-1) > 15
Keterangan :
n = jumlah sampel
t = jumlah kelompok perlakuan
Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok perlakuan ( t=2
), maka jumlahsample yang diperlakukan :
( n 1 ) ( 2 1 ) > 15
( n 1 ) 1 > 15
n > 15 + 1
n = 16
Besar sample (lanj)
Berdasarkan hasil tersebut, jumlah sampel
yang digunakan untuk setiap perlakuan
adalah 16 ekor. Pada penelitian ini
terdapat 2 kelompok perlakuan, sehingga
diperlukan sampel sebanyak 32 ekor tikus.
Untuk mengantisipasi terjadinya drop out
pada sampel, maka dalam penelitian
jumlah sampel ditambah 10%. Dengan
demikian jumlah sampel masing-masing
kelompok adalah 36 ekor tikus.
Teknik pengambilan
sample
L ARGININE ORAL
Kadar Nitric Jenis tikus yang
digunakan, umur tikus,
Oxide (NO) berat badan tikus, jenis
kelamin tikus, nutrisi,
serum, jumlah kondisi lingkungan
endotel aorta (suhu, kelembaban,
cahaya), kesehatan
tikus, makanan dan
minuman, paparan
asap rokok
HUBUNGAN ANTAR
VARIABEL
Variabel Tergantung
Variabel Bebas
KADAR N0 SERUM
L ARGININE ORAL Jumlah endotel
aorta
Variabel Kendali
SETELAH 14
HARI
DILAKUKAN
PEMERIKSAAN
KADAR NO ,
jumlah endotel
aorta
paparan
asap rokok
18 EKOR
+L
ARGININE
PROSEDUR PENGAMBILAN
DARAH
Pengambilan sample darah dilakukan melalui
canthus medialis sinus orbitalis sebanyak 3cc
dengan spuit 3cc , sebelumnya dilakukan
desinfeksi pada tempat pengambilan, darah di
tampung dalam vacutainer, disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit ,
didapatkan serum sebanyak 1cc ,
PROSEDUR PEMERIKSAAN
N0
Serum atau plasma sebanyak 50 ul ditambahkan 50 ul
larutan Sulfanilamide (1% sulfanilamide dalam 5% phosphoric
Acid), kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang
(lindungi dari cahaya). Selanjutnya masukkan larutan NED
(0.1% N-1-napthylethylenediamine dihydrochloride in water)
sebanyak 50 ul dan inkubasi selama 10 menit pada suhu
ruang. Kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang
532 nm dalam 30 menit (setelah 30 menit warna yang
terbentuk akan memudar). Larutan standar menggunakan
larutan nitrite (0,1 M sodium nitrite dalam air) dan
perhitungan konsentrasi NO dalam sampel dengan cara
menggunakan perhitungan dari absorbance kurva standard
menggunakan larutan nitrit.
Prosedur pemriksaan
endotel
Pembuatan sediaan histologis dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap fiksasi,
dehidrasi, clearing dan embeding. Jaringan kulit hasil biopsi kulit mencit masing-
masing dengan diameter 5 mm dan ke dalaman sampai sub kutan diperlakukan
mengikuti tahapan tersebut. Tahap fiksasi artinya kulit hasil biopsi direndam
dalam formalin bufer fospat 10% selama 24 jam kemudian dilakukan triming
bagian jaringan yang akan diambil. Selanjutnya jaringan tersebut direndam
dengan alkohol bertingkat (tahap dehidrasi) direndam berturut turut 50%, 70%,
90%, 96% dan 100% masing masing 2 kali selama 2 jam. Selanjutnya masuk ke
tahap clearing dengan memasukkan jaringan ke clearing agent (xylene) selama
24 jam sampai transparan. Tahap embeding diawali dengan proses infiltrasi
sebanyak 2 kali selama masing-masing 1 jam dengan parafin murni (Histoplast)
cair (suhu 60o C) kemudian jaringan ditanam ke dalam parafin cair dan dibiarkan
membentuk blok yang memakan waktu selama satu hari gar mudah diiris
dengan mikrotom. Pemotongan menggunakan mikrotom rotari (Jung Histocut
Leica 820), tebal 5 mikro meter untuk selanjutnya dilakukan penempelan pada
gelas obyek, lalu diinkubasi pada suhu 60 o C selama 2 jam. Khusus untuk slide
yang dicat dengan immunohistokimia, menggunakan object glass yang sudah
dilapisi daya rekat seperti Poly-Lysine atau yang sejenis.
Pewarnaan dengan hematoxylin
eosin
Sebelum dilakukan pengecatan, slide melalui proses
deparafinisasi dan rehidrasi meliputi perendaman dalam
larutan xylene 2 x 5 menit, etanol 100% selama 2 menit,
etanol 96% 2 x 2 menit, etanol 70% selama 2 menit dan
aquadest selama 2 menit. Dilakukan pewarnaan dengan
Hematoxylin Gill selama selama 5 menit. Tahap selanjutnya
dilakukan perendaman dengan air kran selama 5 menit.
Selanjutnya sediaan direndam dalam larutan Eosin 1%
selama 15 detik kemudian direndam dalam Aquabidest
selama 15 detik. Dehidrasi dalam etanol 70% selama 10
detik, etanol 96% 2x 10 detik, etanol 100% selama 10
detik dan xylene 2 x 2 menit, keringkan selama 2 jam
dalam suhu ruang, lalu mounting pada medium berbasis
xylene (DPX).
Analisis Pewarnaan Hematoxylin Eosin
P0 P1
Paparan asap Paparan asap
rokok + rokok + L
aquabides arginine
Perlakuan 14
hari
18 0,529 Normal
Kelompok P0
18 0,365 Normal
Kelompok P1
Tabel 5.4
Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Sel Endotel Antar Kelompok
18 0,655 Normal
Kelompok P0
18 0,645 Normal
Kelompok P1
Rerata Kadar
Kelompok Subjek n SB t p
Nitric Oxide (M)
Tabel 5.7
ata Kadar Nitric Oxide antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata Jumlah Sel Endotel SB t P
Kelompok P0 18 3,3889 1,57675
-11,809 0,000
Kelompok P1 18 8,8506 1,16810