Anda di halaman 1dari 82

SEMINAR HASIL PENELITIAN

PEMBERIAN L-ARGININE ORAL MENCEGAH


PENURUNAN NITRIC OXIDE DAN MENCEGAH
PENURUNAN JUMLAH ENDOTEL AORTA PADA
TIKUS( RATTUS NORVEGICUS) JANTAN YANG
DIPAPAR ASAP ROKOK
juriah
BAB I PENDHULUAN

Bab I
pendahulu
an
LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu Anti-Aging Medicine telah membawa


harapan baru untuk memperpanjang umur manusia dengan
memperlambat proses penuaan dan menjaga fungsi tubuh tetap
optimal. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh para dokter klinisi
maupun peneliti untuk mengidentifikasi dan mencegah penyebab-
penyebab penuaan. Diharapkan proses penuaan dapat dicegah,
diperlambat atau bahkan dihentikan sama sekali dengan upaya-
upaya mencegah faktor penyebab terjadinya penuaan tersebut,
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
BAB I
Teori radikal bebas mengenai proses penuaan
menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-
sel tubuh manusia (Goldman and Klatz, 2007).
Radikal bebas adalah senyawa atau atom yang
memiliki elektron tidak berpasangan pada
orbit luarnya sehingga bersifat amat reaktif
terhadap sel atau komponen sel sekitarnya.
Pembentukan radikal bebas berlangsung terus
menerus di dalam sel sebagai konsekuensi dari
reaksi enzimatik dan non enzimatik (Droge,
2002)
BAB I
Dengan menghirup asap rokok yang
merupakan sumber radikal bebas,
akan terjadi kerusakan oksidatif yang
berujung pada kerusakan berbagai
makromolekul dalam sel yang
berperan dalam pathogenesis
penyakit degeneratif (Winarsi, 2007).
BAB I
Nitric Oxide (NO), sebuah molekul kecil
reaktif, merupakan bioregulator penting
dalam tubuh mamalia.

NO adalah salah satu faktor relaksasi


tergantung endotel yang berperan dalam
relaksasi sel otot polos pembuluh darah.
Penurunan bioavailabilitas NO diakibatkan
oleh disfungsi endotel pada pembuluh darah
(Tousoulis et al., 2012).
BAB I
Nitric oxide dibentuk dari oksidasi L-
Arginin bersama kofaktor NADPH dan
oksigen dengan katalisis enzim NOS.
L-Arginin disebut sebagai asam
amino semi esensial karena tubuh
bisa memproduksi asam amino ini
dalam jumlah yang mencukupi
(Appleton, 2002).
BAB I
Telah dilaporkan bahwa asap rokok
mengandung banyak sekali radikal
bebas seperti nitrogen oksida,
hidrogen peroksida, hidrogen sianida,
yang secara langsung
mempengaruhi ekspresi eNOS
(Bindar, 2000; Guo et al., 2006; Arief,
2007).
Indonesia adalah negara ke 3 dengan
jumlah perokok terbesar di Dunia
BAB I
meskipun teori mengenai
suplementasi L-Arginine yang dapat
meningkatkan vasodilatasi pembuluh
darah akibat peningkatan produksi
NO telah diterima secara luas,
mekanisme yang mendasari
peningkatan produksi NO ini belum
banyak diketahui (Alvares et al.,
2011).
BAB I
Berdasarkan latar belakang diatas,
perlu dilakukan penelitian untuk
melihat dampak pemberian L-
Arginine oral terhadap kadar NO
serum pada tikus yang diberi
paparan asap rokok.
RUMUSAN MASALAH

Apakah pemberian L-Arginine


oral dapat mencegah penurunan
kadar Nitric Oxide (NO) Dan
mencegah penurunan jumlah
endotel aorta pada tikus (Rattus
norvegicus) jantan galur Wistar
yang dipapar asap rokok?
TUJUAN PENELITIAN
untuk mebuktikan
apakah pemberian L-
Arginine oral dapat
mencegah penurunan
kadar Nitric Oxide (NO)
Dan mencegah penurunan
jumlah endotel aorta pada
tikus (Rattus norvegicus)
jantan galur Wistar yang
dipapar asap rokok
MANFAAT PENELITIAN

MANFAAT ILMIAH

menambah wawasan dalam bidang


pengobatan penyakit terkait pembuluh darah
yang diakibatkan oleh paparan asap rokok
khususnya dengan menggunakan L-Arginine
.
MANFAAT PRAKTIS

Jika hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan


bahwa pemberian L-Arginine oral dapat
mencegah penurunan kadar Nitric Oxide (NO) Dan
mencegah penurunan jumlah endotel aorta pada tikus
(Rattus norvegicus) jantan galur Wistar yang
dipapar asap rokok, dan setelah dilakukan clinical
trial maka dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pengobatan penyakit terkait pembuluh
darah yang diakibatkan oleh paparan asap rokok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aging atau penuaan secara praktis
dapat dilihat sebagai suatu
penurunan fungsi biologik dari usia
kronologik. Aging tidak dapat
dihindarkan dan berjalan dengan
kecepatan berbeda, tergantung dari
susunan genetik seseorang,
lingkungan dan gaya hidup, sehingga
aging dapat terjadi lebih dini atau
lebih lambat tergantung kesehatan
BAB II
Definisi aging menurut A4M
(American Academy of Anti Aging
Medicine) adalah kelemahan dan
kegagalan fisik dan mental yang
berhubungan engan aging yang
normal disebabkan karena disfungsi
fisiologik, dalam banyak kasus dapat
diubah dengan intervensi kedokteran
yang tepat (Goldman and Klatz,
2003).
TeoriW
Program
ear
Glikosilasi
Terbatasnya
Radikal
Kerusakan
Proses
& Tear

(Pangkahila, 2007)
FAKTOR YANG MEMPERCEPAT
PROSES PENUAAN
DIET / MAKANAN
LINGKUNGAN
ORGANIK
PSIKIS
GENETIK

(Pangkahila, 2007)
TRANSISI
35 45 THN

>45 thn
+ DHEA, progest
Massa otot 1kg
25-35 thn per 3 bulan
GH, T, estro mulai Lemak, BB
turun 35-45 thn Penyakit kronis,
Gejala belum aktivitas terhambat
Hormon 25%
tampak
Massa otot, energi,
kekuatan
Komposisi lemak
Mulai tjd resistensi
insulin
SUBKLINIK Resiko CVD,
25 -35 THN obesitas
Gejala: penglihatan,
pendengaran,
Klinik
elastisitas kulit,
dorongan dan
bangkitan seksual
, rambut memutih

(Pangkahila, 2007)
RADIKAL BEBAS
Adalah Molekul reaktif dengan satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan pada orbit terluar tidak
stabil berinteraksi dengan molekul yang
berdekatan, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan
asam nukleat chain reaction baru akan berhenti
setelah diredam oleh senyawa yang bersifat
antioksidan
TAHAP TERBENTUKNYA RADIKAL
BEBAS
1. TAHAP INISIASI
2. TAHAP PROPAGASI
3. TAHAP TERMINASI
Tahap Inisiasi: menjadikan senyawa non radikal
menjadi radikal

Tahap Propagasi:
Pembentukan
pemanjangan rantai radikal /
chain reaction

Radikal Bebas
Tahap Terminasi: pembentukan non radikal dari
radikal bebas
RADIKAL BEBAS
Akibat ketidak seimbangan antara jumlah
antioksidan dan senyawa radikal bebas akan
mengakibatkan kerusakan stres oksidatif (Arief,
2010)
Senyawa radikal mengoksidasi dan menyerang
komponen lipid membran, senyawa ini merusak
tiga jenis senyawa yang penting untuk
mempertahankan integritas sel seperti asam
lemak tak jenuh yang menyusun membran sel
(fosfolipid), DNA (perangkat genetik) dan protein
(enzim, reseptor, antibodi) (Fouad, 2007).
ROKOK
Rokok merupakan hasil olahan tembakau
terbungkus termasuk cerutu atau bahan
lainnya yang dihasilkan dari tanaman
Nicotina tabacum, Nicotina rustica dan
spesies lainnya atau sintesisnya yang
mengandung nikotin dan tar
Rokok dibentuk dari unsur karbon (C),
hydrogen (H), Oksigen (O), nitrogen(N)
dan sulfur (S),
ROKOK
Asap rokok utama (mainstream cigarette
smoke) terdiri dari 8% fase tar dan 92% fase
gas. Asap rokok fase tar ini mengandung
nikotin, tar dan lebih dari 1017 radikal bebas di
dalamnya.
Radikal bebas menyebabkan kerusakan
oksidatif pada lipid, protein, dan asam
nukleat. Ketidakseimbangan antara
antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif
( Pangkahila,2007)
ROKOK
Dua reaksi yang mungkin terjadi dalam
proses merokok adalah:
Pertama, reaksi rokok dengan oksigen
membentuk senyawa-senyawa seperti
CO2, H2O, SOx, dan CO.
Reaksi yang kedua adalah reaksi
pemecahan struktur kimia rokok
menjadi senyawa kimia lainnya. Reaksi
ini lebih dikenal dengan pirolisa
ROKOK
Radikal aldehid dalam rokok menyebabkan sekresi
dari sitokin proinflamasi oleh sel-sel saluran
alveolar dan merangsang aktivasi sel radang akut
seperti neutrofil dan eosinofil (Toorn et al., 2013).
Radikal karbonmonoksida menyebabkan kerusakan
jaringan dilihat dari peningkatan produk
peroksidasi lipid dan degradasi protein matrik
ekstraseluler (Vaart et al., 2004).
Radikal dalam fase tar dapat mengikat molekul
DNA dan mengakibatkan mutasi yang berujung
pada pathogenesis penyakit kanker (Martin, 2008).
Asap rokok yang mengandung radikal bebas

Masuk ke saluran pernapasan

Dibawa kealiran darah jantung dan seluruh tubuh

Menyerang membran plasma ( lipid & protein)

Mengalami peroksidasi ( menarik atom H dari rantai PUFA

Terbentuk nya radikal karbon

Bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksil

Menyerang rantai PUFA kembali & terbentuk radikal baru


Radikal bebas merusak protein

Fungsi protein sbgai kana ion, pompa ion,


reseptor enzim terganggu

Teroksidasi sehingga terjadi degradasi


protein, protein menjadi kaku, mudah
putus,

Radikal bebas masuk ke dalam sel

Merusak komponen intraseluler


Nitric oxide
Nitric oxide (NO) adalah
suatu radikal bebas yang
merupakan mediator
penting pada proses
fisiologi dan patologi tubuh.
Nitric oxide merupakan
endothelium-derived
relaxing factor (EDRF),
untuk relaksasi otot polos
pembuluh darah,
mengakibatkan vasodilatasi
dan meningkatkan aliran
Struktur kimia Nitric oxide darah (Cerielo, 2008).
(NO) digambarkan pada
Gambar 2.1.
Nitric oxide disintesis oleh NOS yang merubah
L-Arginine menjadi L-Citrulline dan NO
Nitric oxide
NO dibentuk oleh L-arginine oleh enzim
endothelial nitric oxide synthase (eNOS) dengan
kofaktor NADPH, oksigen (O2), dan
tetrahydrobiopterin (BH4) menghasilkan L-citrulline
serta nitrat dan nitrit sebagai metabolit antara
(R&D Systems, 2000; Lundberg dan Weitzberg,
2005).
NO yang tidak digunakan akan dioksidasi menjadi
nitrit. Apabila NO diperlukan kembali, nitrit dalam
jaringan akan direduksi menjadi NO dikatalisis oleh
enzim xanthine oxidase (XO) (Lundberg dan
Weitzberg, 2005).
Nitric oxide
Dalam serum, waktu paruh NO sangat
singkat karena cepat dipakai oleh sel
endotel pembuluh darah sebagai
vasodilator.
Waktu paruh nitrit lebih pendek
daripada nitrat karena nitrat dapat
direduksi menjadi nitrit kemudian
cepat direduksi menjadi NO pada
keadaan hipoksia.
Nitric oxide
Kadar nitrat, nitrit dan NO dalam serum
berbanding lurus dengan waktu paruhnya. NO
yang disekresi oleh sel endotel dengan cepat
dioksidasi membentuk nitrit, kemudian
berikatan dengan hemoglobin membentuk
nitrat.
Kadar nitrat dan nitrit relatif stabil di dalam
darah, sehingga total kadar nitrit dan nitrat
serum (NOx) dipakai sebagai indikator sintesis
NO tubuh (Lundberg dan Weitzberg, 2005).
Pemeriksaan Nitric oxide
Pemeriksaan kadar NO secara langsung sangat
sulit dilakukan, karena senyawa NO berupa
gas, bersifat polar, dan memiliki waktu paruh
yang sangat singkat.
Senyawa nitrat dan nitrit merupakan metabolit
antara NO yang memiliki waktu paruh yang
lebih lama sehingga relatif stabil.
Beberapa metoda pemeriksaan kadar NO yang
sering dilakukan antara lain metoda oksidasi
hemoglobin, chemiluminescent, reaksi Griess,
dan konversi arginin-sitrulin.
Gambar 2.3 Mekanisme Vasodilatasi NO di dalam Pembuluh
Darah
(Aldmiz-Echevarra and Andrade, 2012)
No mempunyai peran juga sebagai
neurotransmiter non adrenergik dan non
kolinergik pada sistem saraf parasimpatis
postganglionik, menginervasi berbagai otot
polos termasuk corpus cavernosum penis,

Vasodilatasi pembuluh darah yang


mensuplai corpus cavernosum
berakibat pada meningkatnya
aliran darah dan fungsi ereksi
( cartledge et al.,2001)
Nitric oxide
Apabila bioaktivitas NO dalam sel endotel
pembuluh darah menurun akibat rendahnya
bioavailabilitas NO, menimbulkan gangguan
endothelium dependent vasorelaxation sebagai
disfungsi endotel. Rendahnya bioavailabilitas NO
disebabkan berkurangnya pembentukan enzim
eNOS, XO dan oksigen serta rendahnya asupan
nitrat anorganik. Walaupun sintesis NO normal,
namun bioaktivitasnya dapat berkurang akibat
tingginya oksidasi NO oleh radikal superoksida
yang berakibat menurunnya efek vasodilator
endogen (Deanfield et al., 2007).
Nitric oxide
menurunnya pembentukan NO tubuh
berhubungan dengan rendahnya
asupan bahan makanan sumber NO.
Bahan makanan sumber NO
mengandung antioksidan yang dapat
meredam efek radikal bebas,
sehingga bioavailabilitas NO dapat
dipertahankan (Lundberg dan
Weitzberg, 2005).
Gambar 2.4 Interaksi antara Reactive Oxygen Species (ROS) dan
Nitric Oxide (De Silva and Faraci, 2013)

L ARGININE
L Arginine (2-amino-
5-guanidinovaleric
acid)merupakan
salah satu jenis
asam amino yang
dikelompokkan
bersama histidine
dan lisin secara
biokimiawi. L-Arginine banyak terdapat
dalam seafood, jus semangka,
kacang-kacangan, biji, alga,
daging, konsentrat proteinasi,
dan isolaso protein kedelai
Gambar 2.6 Metabolisme
L-Arginine (Ricciardolo
et al., 2004)


L ARGININE
L-Arginine merupakan salah satu substansi
yang meregulasi sintesis Nitric Oxide (NO),
produksi antibodi dan perkembangan sel B,
ekspresi reseptor sel T yang menyebabkan L-
Arginine penting dalam sistem kekebalan
bawaan (innate immune system) dan sistem
kekebalan dapatan (adaptive immune
system).
L-Arginine merupakan prekursor dalam
sintesis NO yang dilakukan oleh nitrit oksida
sintase (Nitric Oxide Synthase/ NOS).
L ARGININE
NO merupakan molekul pengirim
sinyal terhadap setiap jenis sel yang
meregulasi jalur metabolisme,
sehingga perlu dilakukan penelitian
terhadap nutrisi arginin.
Kekurangan L-Arginine dalam diet
akan menyebabkan gangguan sistesis
NO pada mamalia (Wu et al., 2009;
Lewis and Langkamp-Henken, 2000).
BAB III
KERANGKA BERFIKIR

OKSIDAT
IF
STRESS

L ARGININE
BAB III
KERANGKA BERFIKIR
L-ARGININ
meregulasi
sintesis nitric
PEMBERIAN L- oxide, L-ARGININ
ARGININE signaling ke dioksidasi oleh
otot polos radikal,
ORAL menghasilkan
pembuluh darah
radikal yang
untuk lebih stabil dan
vasodilatasi kurang
pembuluh reaktif
darah, menstabilkan
senyawa oksigen
reaktif dengan
bereaksi dengan
antioksidan
susunan
endogen
reaktif dari
radikal tersebut
KERANGKA KONSEP

Jumlah endotel
aorta
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1.Pemberian L-Arginine oral dapat
mencegah penurunan kadar Nitric Oxide
(NO) pada tikus (Rattus norvegicus) jantan
jalur Wistar yang diinduksi paparan asap
rokok.
2. Pemberian L-Arginine oral dapat
mencegah penurunan jumlah endotel aorta
pada tikus (Rattus norvegicus) jantan jalur
Wistar yang diinduksi paparan asap rokok.
BAB IV
METODE
PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIAN
LOKASI DAN WAKTU
Populasi dan Sampel
POPULASI
Populasi target dalam penelitian
eksperimental ini adalah seluruh
tikus strain Wistar jantan. Populasi
terjangkau adalah tikus yang
berumur 2,5 - 3 bulan dengan berat
badan 200 gram.
KRITERIA SAMPLE
BESAR SAMPLE
Besar sampel yang digunakan diambil dan dihitung
dengan menggunakan rumus Federer (2008)
(n-1) (t-1) > 15
Keterangan :
n = jumlah sampel
t = jumlah kelompok perlakuan
Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok perlakuan ( t=2
), maka jumlahsample yang diperlakukan :
( n 1 ) ( 2 1 ) > 15
( n 1 ) 1 > 15
n > 15 + 1
n = 16
Besar sample (lanj)
Berdasarkan hasil tersebut, jumlah sampel
yang digunakan untuk setiap perlakuan
adalah 16 ekor. Pada penelitian ini
terdapat 2 kelompok perlakuan, sehingga
diperlukan sampel sebanyak 32 ekor tikus.
Untuk mengantisipasi terjadinya drop out
pada sampel, maka dalam penelitian
jumlah sampel ditambah 10%. Dengan
demikian jumlah sampel masing-masing
kelompok adalah 36 ekor tikus.
Teknik pengambilan
sample

Dari sampel yang telah


dipilih kemudian dibagi
menjadi 2 kelompok
Dari jumlah sampel secara random yaitu
yang telah kelompok kontrol (P0),
memenuhi syarat, kelompok perlakuan 1
diambil secara
(P1), masing-masing
random untuk
mendapatkan
kelompok dengan jumlah
Dari populasi jumlah sampel sampel yaitu 18 ekor
tikus putih galur tikus.
wistar diadakan
pemilihan
sampel
berdasarkan
kriteria inklusi.
Variabel penelitian
Variabel Bebas Variabel Tergantung Variabel Kendali

L ARGININE ORAL
Kadar Nitric Jenis tikus yang
digunakan, umur tikus,
Oxide (NO) berat badan tikus, jenis
kelamin tikus, nutrisi,
serum, jumlah kondisi lingkungan
endotel aorta (suhu, kelembaban,
cahaya), kesehatan
tikus, makanan dan
minuman, paparan
asap rokok
HUBUNGAN ANTAR
VARIABEL
Variabel Tergantung
Variabel Bebas
KADAR N0 SERUM
L ARGININE ORAL Jumlah endotel
aorta

Variabel Kendali

Jenis tikus yang


digunakan, umur tikus,
berat badan tikus, jenis
kelamin tikus, nutrisi,
kondisi lingkungan
(suhu, kelembaban,
cahaya), makanan dan
minuman,Paparan
asap rokok
DEFINISI OPERASIONAL
Paparan asap rokok diberikan dengan
menggunakan pompa dalam
kandang yang tertutup berukuran
70x40x30 cm dengan ventilasi
berukuran 20x10 cm, sebanyak 1
batang rokok kretek (rokok
Djisamsoe) tanpa filter dalam waktu
30 menit setiap hari selama 14 hari.
DEFINISI OPERASIONAL
L-Arginine adalah sediaan asam amino
dalam bentuk serbuk yang diberikan
satu kali sehari dengan dosis
9mmol/kg berat badan tikus yang
dilarutkan dalam 0,25 ml aquabidest
steril secara oral.
DEFINISI OPERASIONAL
Nitric oxide adalah endothelial derived relaxing
factor (EDRF) yang disintesa dan dilepaskan oleh
sel endotel, merupakan vasodilator kuat, dimana
pelepasannya dirangsang oleh bradikinin. Dalam
jumlah yang kecil dikeluarkan secara alamiah dari
pembuluh darah untuk kontriksi ( Cantor,2005).
Kadar NO diukur dengan metode Elisa,
menggunakan reagen Griess I dan II (Assay
Design) Total Nitric Oxide Assay Kit. dan satuan NO
dinyatakan dalam mmole/L. Pemeriksaan
dikerjakan di UPT Laboratorium Analitik Universitas
Udayana.
DEFINISI OPERASIONAL
Jenis tikus yang dipergunakan adalah
strain Wistar dan sehat.
Tikus Berumur 2,5 - 3 bulan.
Berat badan tikus adalah 200 gram
per ekor.
Jenis kelamin yang digunakan adalah
tikus jantan.
BAHAN PENELITIAN DAN HEWAN COBA
BAHANPENELITIAN
UJI KEMURNIAN L ARGININ
DI UPT LAB ANALITIK UNIV.UDAYANA
PROSEDUR PENELITIAN
Pemilihan dan pemeliharaan
hewan uji paparan asap
rokok +
18 EKOR
aquabidest
36 EKOR

SETELAH 14
HARI
DILAKUKAN
PEMERIKSAAN
KADAR NO ,
jumlah endotel
aorta
paparan
asap rokok
18 EKOR
+L
ARGININE
PROSEDUR PENGAMBILAN
DARAH
Pengambilan sample darah dilakukan melalui
canthus medialis sinus orbitalis sebanyak 3cc
dengan spuit 3cc , sebelumnya dilakukan
desinfeksi pada tempat pengambilan, darah di
tampung dalam vacutainer, disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit ,
didapatkan serum sebanyak 1cc ,
PROSEDUR PEMERIKSAAN
N0
Serum atau plasma sebanyak 50 ul ditambahkan 50 ul
larutan Sulfanilamide (1% sulfanilamide dalam 5% phosphoric
Acid), kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang
(lindungi dari cahaya). Selanjutnya masukkan larutan NED
(0.1% N-1-napthylethylenediamine dihydrochloride in water)
sebanyak 50 ul dan inkubasi selama 10 menit pada suhu
ruang. Kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang
532 nm dalam 30 menit (setelah 30 menit warna yang
terbentuk akan memudar). Larutan standar menggunakan
larutan nitrite (0,1 M sodium nitrite dalam air) dan
perhitungan konsentrasi NO dalam sampel dengan cara
menggunakan perhitungan dari absorbance kurva standard
menggunakan larutan nitrit.

Prosedur pemriksaan
endotel
Pembuatan sediaan histologis dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap fiksasi,
dehidrasi, clearing dan embeding. Jaringan kulit hasil biopsi kulit mencit masing-
masing dengan diameter 5 mm dan ke dalaman sampai sub kutan diperlakukan
mengikuti tahapan tersebut. Tahap fiksasi artinya kulit hasil biopsi direndam
dalam formalin bufer fospat 10% selama 24 jam kemudian dilakukan triming
bagian jaringan yang akan diambil. Selanjutnya jaringan tersebut direndam
dengan alkohol bertingkat (tahap dehidrasi) direndam berturut turut 50%, 70%,
90%, 96% dan 100% masing masing 2 kali selama 2 jam. Selanjutnya masuk ke
tahap clearing dengan memasukkan jaringan ke clearing agent (xylene) selama
24 jam sampai transparan. Tahap embeding diawali dengan proses infiltrasi
sebanyak 2 kali selama masing-masing 1 jam dengan parafin murni (Histoplast)
cair (suhu 60o C) kemudian jaringan ditanam ke dalam parafin cair dan dibiarkan
membentuk blok yang memakan waktu selama satu hari gar mudah diiris
dengan mikrotom. Pemotongan menggunakan mikrotom rotari (Jung Histocut
Leica 820), tebal 5 mikro meter untuk selanjutnya dilakukan penempelan pada
gelas obyek, lalu diinkubasi pada suhu 60 o C selama 2 jam. Khusus untuk slide
yang dicat dengan immunohistokimia, menggunakan object glass yang sudah
dilapisi daya rekat seperti Poly-Lysine atau yang sejenis.
Pewarnaan dengan hematoxylin
eosin
Sebelum dilakukan pengecatan, slide melalui proses
deparafinisasi dan rehidrasi meliputi perendaman dalam
larutan xylene 2 x 5 menit, etanol 100% selama 2 menit,
etanol 96% 2 x 2 menit, etanol 70% selama 2 menit dan
aquadest selama 2 menit. Dilakukan pewarnaan dengan
Hematoxylin Gill selama selama 5 menit. Tahap selanjutnya
dilakukan perendaman dengan air kran selama 5 menit.
Selanjutnya sediaan direndam dalam larutan Eosin 1%
selama 15 detik kemudian direndam dalam Aquabidest
selama 15 detik. Dehidrasi dalam etanol 70% selama 10
detik, etanol 96% 2x 10 detik, etanol 100% selama 10
detik dan xylene 2 x 2 menit, keringkan selama 2 jam
dalam suhu ruang, lalu mounting pada medium berbasis
xylene (DPX).
Analisis Pewarnaan Hematoxylin Eosin

Pengamatan dilakukan dengan metode


analisis digital. Sediaan dengan
pembesaran 400 kali menggunakan
mikroskop Olympus CX41 (Japan), difoto
dengan kamera Optilab Pro (Miconos,
Indonesia). Masing masing preparat
difoto sebanyak 3 kali dengan
menggunakan format JPEG menggunakan
perangkat lunak Optilab Viewer 1.0
(Miconos, Indonesia).
ALUR PENEITIAN

36 ekor tikus jantan sehat


diadaptasi selama tujuh hari

Dibagi menjadi 2 kelompok


perlakuan

P0 P1
Paparan asap Paparan asap
rokok + rokok + L
aquabides arginine

Perlakuan 14
hari

Pemeriksaan kadar NO post


test dan jumlah endotel aorta
ANALISIS DATA
Analisis deskriptif. Semua data dianalisis secara
deskriptif untuk mengetahui karakteristik data yang
dimiliki. Analisis ini menggunakan program SPSS.
Uji normalitas data dengan Shapiro-wilk Test
karena jumlah sampel <30 perkelompok, data
berdistribusi normal bila p>0,05.
Uji homogenitas data dengan Lavenes Test.
Varian data homogen bila p>0,05.
Uji komparasi bila data berdistribusi normal maka
digunakann Independent Sample T-Test
HASIL PENELITIAN
ANALISIS DEPKRIPTIF
Tabel 5.1
Hasil Analisis Depkriptif Data Nitric Oxide
Kelompok Rerata (M) SB Median Min Maks
Kelompok P0 822,4639 119,47448 795,8050 623,61 1035,75

Kelompok P1 1233,0322 128,01963 1258,7500 984,93 1430,95


HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Tabel 5.2
Hasil Analilis Deskriptip Data Jumlah
Sel Endotel
Kelompok Rerata SB Median Min Maks

Kelompok P0 3,3889 1,57675 3,3300 0,67 6,33

Kelompok P1 8,8506 1,16810 8,6650 7,00 11,00


Hasil Penelitian
Uji Normalitas Data
Tabel 5.3
Hasil Uji Normalitas Data Kadar Nitric Oxide Antar Kelompok
Kelompok Subjek n p Keterangan

18 0,529 Normal
Kelompok P0

18 0,365 Normal
Kelompok P1

n = jumlah sampel, p = signifikansi



Hasil Penelitian
Uji Normalitas Data

Tabel 5.4
Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Sel Endotel Antar Kelompok

Kelompok Subjek n p Keterangan

18 0,655 Normal
Kelompok P0

18 0,645 Normal
Kelompok P1

n = jumlah sampel, p = signifikansi


Hasil Penelitian
Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Tabel 5.5
Hasil Uji Homogenitas Variabel Penelitian Antar Kelompok

Variabel Penelitian n p Keterangan

Kadar Nitric Oxide 36 0,945 Homogen

Jumlah sel Endotel 36 0,443 Homogen

n = jumlah sampel, p = signifikansi


Hasil Penelitian
Uji Komparabilitas
Tabel 5.6
Rerata Kadar Nitric Oxide antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakua

Rerata Kadar
Kelompok Subjek n SB t p
Nitric Oxide (M)

Kelompok P0 18 822,4639 119,47448


-9,947 0,000
Kelompok P1 18 1233,0322 128,01963

n = jumlah sampel; SB = Simpangan Baku; t = distribusi t hitung; p = signifik


Hasil Penelitian
Uji komparabilitas Jumlah Sel Endotel

Tabel 5.7
ata Kadar Nitric Oxide antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata Jumlah Sel Endotel SB t P
Kelompok P0 18 3,3889 1,57675

-11,809 0,000
Kelompok P1 18 8,8506 1,16810

n = jumlah sampel; SB = Simpangan Baku; t = distribusi t hitung; p = signifikans


Hasil Histologi Endotel Aorta

Gambar 5.1 dinding aorta


Gambar 5.1 dinding aorta Kelompok perlakuan ( Arginine + as.roko
Kelompok kontrol (aquabides
+asap rokok)
PEMBAHASAN
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai