Spinalis
Aprilia
Definisi
Kerusakan pada medulla spinalis yang
menyebabkan perubahan fungsional,
baik secara sementara maupun
permanen, pada fungsi motorik, sensorik,
atau otonom.
Epidemiologi
Amerika Serikat 40 kasus baru per 1 juta
penduduk/tahun (12.000 kasus baru/tahun)
Mortalitas saat kondisi kecelakaan awal 50%
mortalitas pasien yang masih bertahan hidup dan
dilarikan ke rumah sakit 16%
Pria dewasa muda 28 tahun (antara 16-30
tahun)
Rasio Pria : Wanita = 4 : 1
Anatomi Kolumna
Vertebralis
Anatomi
Ligamentum pada Kolumna
Vertebralis
Anatomi Medulla Spinalis
Medulla spinalis terbagi atas 8 segmen cervical, 12
segmen torakal, 5 segmen lumbar, 5 segmen sakral, dan
1 segmen koksigeal. Nervus spinalis keluar dari setiap
segmen medulla spinalis tersebut (berjumlah 31 pasang
nervus spinalis) dan terdiri dari motor atau anterior roots
(radiks) dan sensory atau posterior root.
Medulla spinalis terdiri dari dua substansia, antara lain
substansia kelabu (gray matter) yang terletak internal
dan substansia alba (white matter) yang terletak secara
eksternal. Secara umum, substansia alba terdiri dari
traktus ascending (sensorik) dan descending (motorik),
sedangkan substansia kelabu dapat dibagi menjadi 10
lamina atau 3 bagian (kornu anterior, posterior, dan
lateral) yang tersusun dari nukleus-nukleus yang
berperan dalam potensi aksi neuron-neuron.
Anatomi Medulla Spinalis
Traktus Medulla Spinalis
Traktus sensorik (ascending tracts) dari medulla spinalis
mencakup, antara lain traktus spinotalamik lateral yang
membawa sensorik untuk nyeri dan temperatur, anterior
spinotalamik untuk perabaan (kasar/ crude touch) dan
tekanan , traktus kolumna dorsalis (posterior white column)
untuk raba halus (two-point discrimination), fungsi
proprioseptif dan getaran.
Traktus motorik dari medulla spinalis mencakup, antara lain
traktus kortikospinal (anterior dan lateral) untuk gerakan
otot volunter dan yang membutuhkan ketepatan (Gambar
11), rubrospinal untuk fasilitasi aktivitas otot-otot fleksor
dan menghambat otot ekstensor (atau otot antigravitasi),
vestibulospinal untuk fasilitasi otot-otot ekstensor dan
menghambat otot fleksor terutama untuk tujuan menjaga
postur dan keseimbangan, dan olivospinal (fungsi belum
diketahui).
Traktus Spinothalamicus
Traktus Kortikospinal
Arteri Medulla Spinalis
Arteri spinalis anterior memberikan suplai darah
2/3 bagian anterior dari medulla spinalis
Arteri spinalis posterior secara utama
memberikan suplai darah untuk kolumna dorsalis
dan substansia kelabu bagian posterior. Kedua
arteri tersebut muncul dari arteri vertebralis
Arteri Medulla Spinalis
Etiologi
Non Traumatik
- Vaskuler
- Autoimun
- Degeneratif
- Infeksi
- Lesi onkogenik
Frekuensi Traumatic
Spinal Cord Injury (TSCI)
Mekanisme Cedera
Cedera fleksi
Mekanisme Cedera
Cedera Anterofleksi
Mekanisme Cedera
Cedera hiperekstensi
Mekanisme Cedera
Cedera hiperekstensi
Mekanisme Cedera
4 jenis mekanisme cedera primer pada medulla
spinalis, antara lain :
Benturan dengan kompresi persisten terutama
terjadi pada burst fracture dengan retropulsi dari
fragmen tulang yang memberikan kompresi pada
medulla spinalis (tear drop fracture), fraktur-
dislokasi, dan ruptur diskus akut.
Benturan dengan kompresi sementara terjadi
pada cedera hiperekstensi di individu dengan
penyakit degenerasi servikal.
Distraksi yang terjadi pada medulla spinalis akibat
gaya fleksi, ekstensi, rotasi atau dislokasi
Laserasi/transection disebabkan oleh cedera
karena roket, luka karena senapan api, dislokasi dari
fragmen tulang yang tajam, dan distraksi hebat
Mekanisme Cedera
Medula spinalis dan radiks dapat rusak melalui 4
mekanisme berikut:
Kompresi oleh tulang, ligamen, herniasi diskus
intervertebralis, dan hematoma.
Regangan jaringan berlebihan, biasanya terjadi
pada hiperfleksi.
Edema medula spinalis yang timbul segera
setelah trauma mengganggu aliran darah kapiler
dan vena.
Gangguan sirkulasi atau sistem arteri spinalis
anterior dan posterior akibat kompresi tulang.
Sindrom Medulla Spinalis
Sindrom Medulla Spinalis
Central Cord Syndrome
Merupakan salah satu sindrom lesi inkomplit dari
medulla spinalis yang paling umum dan terjadi
akibat cedera hiperekstensi pada daerah servikal
dengan kompresi medulla spinalis oleh
osteophyte secara anterior dan ligamentum
flavum secara posterior.
Sindrom ini merupakan akibat dari proses patologi
yang terjadi di dalam dan sekitar kanal sentralis.
Sindrom Medulla Spinalis
Anterior Cord Syndrome atau Anterior Spinal
Artery Syndrome
Merupakan sindroma klinis pada cedera medulla
spinalis akibat retropulsi dari tulang atau diskus
yang mengakibatkan kompresi dan mengganggu
perfusi dari medulla spinalis anterior (anterior
spinal artery).
Sindrom Medulla Spinalis
Posterior cord syndrome
merupakan cedera pada daerah posterior medulla
spinalis yang menyebabkan hilangnya fungsi
proprioseptif, getaran, dan twopoint
discrimination. Sindrom ini jarang terjadi pada
TSCI, dan seringnya terasosiasi dengan multiple
sclerosis. Adanya tanda Romberg yang positif,
gaya jalan ataksik (atau stomping), dan tanda
Lhermitte yang positif merupakan tanda utama
dari sindrom ini.
Sindrom Medulla Spinalis
Brown-Squards syndrome (BSS)
terjadi karena hemisection dari medulla spinalis
akibat trauma tembus (baik karena pisau maupun
luka tembak) atau fraktur tulang belakang.
Kondisi ini jarang terjadi, dan umumnya datang
dengan presentasi berupa parase motorik
ipsilateral dibawah lesi, hilangnya fungsi sensorik
untuk nyeri, temperatur, dan raba pada
kontralateral dari lesi, dan hilangnya fungsi
proprioseptif ipsilateral dari lesi.
Sindrom Medulla Spinalis
Conus medullaris syndrome melibatkan level
T11-L1.
Sindrom ini terjadi akibat cedera pada
thorakolumbal yang menyebabkan fragmen
tulang atau diskus mengkompresi daerah medulla
spinalis. Adanya disfungsi miksi dini dan
saddletype anesthesia, kelemahan flaccid
ekstremitas bawah yang simetris, nyeri minimal
(bila dibandingkan dengan nyeri hebat pada
cauda equina syndrome) membedakan sindrom
ini dengan cauda equina syndrome.
Pemeriksaan
Pemeriksaan klinis neurologis lengkap dan detil
(fungsi motorik, sensorik, dan fungsi sfingter)
diperlukan untuk melihat perjalanan klinis dari
CMS.
Survei sekunder
Fokus terhadap gejala dan tanda klinis CMS (nyeri
di leher atau punggung, nyeri tekan pada tulang
belakang, paraplegia/tetraplegia, paraesthesia,
inkontinensia, priapism, peningkatan temperatur
dari kulit atau eritema).
Penatalaksanaan
Penanganan di rumah sakit
Penanganan di rumah sakit mencakup seluruh
sistem yang mungkin mengalami komplikasi dari
CMS, yaitu mulai dari sistem respiratorik,
kardiovaskular, urologi, gastrointestinal, kulit,
sampai tindakan reduksi baik non-operatif
maupun operatif.
Penatalaksanaan
Penanganan spesifik untuk komplikasi-komplikasi
CMS
Sistem respiratorik
Pasien dengan lesi diatas C5 sebaiknya diintubasi
dan menggunakan ventilasi mekanik karena
penurunan fungsi respirasi secara gradual dapat
terjadi.
Fungsi respirasi harus dimonitor secara ketat
dengan memeriksa saturasi oksigen, kapasitas
vital paru, dan analisa gas darah berkala.
Chest physiotherapy, assisted cough dan latihan
nafas secara reguler dapat mencegah atelektasis
dan infeksi paru.
Penatalaksanaan
Sistem kardiovaskuler
Komplikasi utama yang pada sistem
kardiovaskuler akibat CMS adalah syok
neurogenik akibat dari syok spinal. Pada
umumnya syok neurogenik terjadi pada lesi diatas
T6 akibat hilangnya dari tonus simpatis.
Syok pada CMS harus dibedakan antara
hipovolemik dan neurogenik
Insiden emboli paru paling tinggi terjadi pada
minggu ke-3 setelah cedera dan merupakan
penyebab kematian paling umum pada pasien
CMS yang berhasil selamat setelah tejadinya
trauma.
Penatalaksanaan
Sistem urologi
Setelah terjadinya CMS berat, buli-buli tidak dapat
mengeluarkan urin secara spontan, dan pasien
yang tidak ditangani lebih lanjut akan
menyebabkan retensio urin yang berlanjut pada
refluks urin dan gagal ginjal.
Waktu pulihnya refleks berkemih bervariasi,
umumnya 6-8 minggu, tetapi bisa sampai 1
tahun.
Komplikasi CMS pada saluran kemih adalah
terjadinya infeksi saluran kemih (ISK). .
Penatalaksanaan
Sistem gastrointestinal
Pasien dengan CMS setidaknya harus menerima
cairan secara intravena selama 48 jam karena
umumnya terjadi ileus paralitik pada CMS berat.
Evaluasi fungsi defekasi harus dilakukan sejak dini
dan penatalaksanaan dimulai secara agresif
segera setelah timbul bising usus dan motilitas
usus normal.
Penatalaksanaan
Kulit
Ulkus dikubitus akan selalu menjadi komplikasi
CMS, oleh karena itu pencegahan perlu dilakukan
sejak dini. Pada fase akut, pasien diposisikan miring
kiri-miring kanan setiap 2 jam untuk mencegah
ulkus. Penggunaan matras busa atau air bisa
membantu mengurangi tekanan pada tonjolan
tulang, namun posisi pasien harus tetap diubah tiap
2 jam.
Penatalaksanaan
Penggunaan kortikosteroid
Studi yang dilaksanakan oleh NASCIS 2 (National
Acute Spinal Cord Injury Study) menunjukan
pemberian metilprednisolon dosis tinggi (bolus 30
mg/kgBB dalam 15 menit kemudian dilanjutkan 5,4
mg/kgBB dalam 23 jam) yang dimulai dalam 8 jam
setelah CMS tertutup meningkatkan prognosis
neurologis pasien. Studi NASCIS 3 kemudian
menambahkan bahwa terapi metilprednisolon yang
dimulai dalam 3 jam setelah trauma harus
dilanjutkan selama 24 jam, sedangkan yang dimulai
antara 3-8 jam pasca trauma harus dilanjutkan
selama 48 jam
Penatalaksanaan
Terapi reduksi non-operatif dan operatif
HEMATOLOGI PAKET
KIMIA KLINIK
Ureum 64 mg / dl 15 39