Anda di halaman 1dari 17

SEBUAH PANDANGAN BERIMBANG MENGENAI

CAIRAN SEIMBANG
BERTAND GUIDET, NEIL SONI, GIORGIO DELLA ROCCA,
SYBILLE KOZEK, BENOIT VALLET, DJILLALI ANNANE,
DAN MIKE JAMES
Oleh : Achmad Yusuf Toba
Pembimbing : dr. Yuditya Afif
Supervisor : Dr. dr. Syamsul Hilal Salam
Sp.An
Pendahuluan
Larutan garam normal telah digunakan selama lebih dari
50 tahun pada berbagai situasi klinis seperti penggunaan
intraoperatif, resusitasi, dan terapi cairan pemeliharaan.
Bagaimana pun juga larutan garam baik yang normal
maupun yang fisiologis masih menjadi patokan dibanding
cairan lainnya yang telah diketahui. Banyak perhatian yang
diberikan pada istilah yang sekarang ini dikenal sebagai
cairan seimbang seperti ringer laktat, dan berbagai
turunannya. Preparat koloid pada cairan dengan elektrolit
seimbang juga telah dikembangkan, disamping adanya
koloid dengan komposisi garam fisiologis yang isotonik.
Perbedaan pendapat dan bukti-bukti penelitian yang
sudah ada mndasari pembahasan pada jurnal ini untuk
membuktikan apakah pemberian larutan garam fisiologis
normal memberikan efek samping yang berbahaya pada
pasien atau tidak, dan apakah larutan tersebut
memberikan keuntungan yang sebanding dengan efek
samping nya
Keseimbangan asam-basa: Persamaan Henderson-Hasselbalch
dibandingkan dengan Persamaan Stewart

Sangat penting untuk menentukan mekanisme terjadinya


sebuah gangguan keseimbangan asam-basa pada pasien
kritis dengan tujuan untuk memberikan pengobatan yang
tepat. Persamaan Henderson-Hasselbalch masih menjadi
metode standar untuk menafsirkan keseimbangan asam
basa pada praktek klinis [5]:
pH = pK1 log + [HCO3-] / (S x PCO2)
Pendekatan Stewart
Sebuah pendekatan yang berbeda (pendekatan ion kuat)
mengenai keseimbangan asam-basa dikembangkan pada
tahun 1983 oleh Stewart untuk menghitung fluktuasi variabel-
variabel yang mengatur pH plasma secara bebas [6]. Stewart
menyatakan bahwa pH plasma dipengaruhi oleh 3 faktor
bebas, yaitu PCO2: perbedaan ion kuat (PIK) / strong ion
difference (SID), yang merupakan perbedaan muatan antara
kation kuat plasma (natrium, kalium, magnesium, dan
kalsium) dan anion kuat (klorida, sulfat, laktat, dan lain
sebagainya); dan jumlah keseluruhan muatan anionik dari
asam lemah plasma (Atot), yang merupakan total konsentrasi
dari larutan penyangga yang tidak mudah menguap dalam
plasma (albumin, globulin, fosfat).
Perbandingan Pendekatan Henderson-Hasselbalch
dan Stewart
Dua pendekatan kesembangan asam-basa tersebut
secara matematis setara tetapi benar-benar berbeda dari
sudut pandang konseptual. Keduanya merupakan hal
yang patut untuk dikritisi. Pendekatan Stewart telah
dikritik karena menggabungkan bikarbonat sebagai
variabel dependen sebagai hasil dari proses kalkulasi,
sementara itu diketahui secara jelas bahwa secara
fisiologis bikarbonat memainkan peran sentral dan diatur
utamanya oleh ginal. Sebaliknya, pendekatan Henderson-
Hasselbalch berpusat pada bikarbonat, yang dapat
mencerminkan realitas fisiologis yang lebih baik
Sediaan Cairan Kristaloid
Koloid
Efek kuantitatif dari infus cairan garam fisiologis
isotonik pada keseimbangan asam basa
Penelitian dari Rehm dan Finsterer, Boldt dan rekan-rekannya, serta
ODell dan rekan rekannya secara keseluruhan menunjukkan
bahwa larutan garam fisiologis akan meningkatkan konsentrasi
klorida dan menurunkan kelebihan basa dengan cara bergantung
pada dosis dengan efek puncak terjadi beberapa jam setelah
pemberian infus. Efek ini bersifat sementara, dan kadarnya secara
umum akan kembali menjadi normal dalam waktu 1 atau 2 hari.
Ketika terapi cairan didasarkan pada koloid dalam bentuk larutan
garam fisiologis isotonik, disertai dengan pemberian kristaloid
seimbang seperti ringer laktat, efeknya terhadap keseimbangan
asam basa terlihat mengalami keterbatasan. Karena kurangnya
pengalaman klinis yang terpublikasi, maka masih harus terus
diperhatikan apakah pasien pasien dengan keadaan asidosis
metabolik yang telah ada lebih diakibatkan oleh karena penurunan
kapasitas larutan penyangga atau tidak.
Apakah asidosis hiperkloremik-dilusional
relevan secara klinis?
Meskipun telah jelas bahwa asidosis hiperkloremik-
dilusional itu benar adanya, sangat penting untuk
memeriksa apakah keadaan tersebut memiliki efek pada
fungsi organ. Ginjal, saluran gastrointestinal, dan sistem
koagulasi sering disebutkan sebagai organ target.
Efek asidosis hiperkloremik-dilusional pada
fungsi ginjal
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa klorida
mungkin memiliki efek pada ginjal termasuk vasokontriksi
pada ginal, peningkatan resistensi vaskuler ginjal, dan
penurunan laju filtrasi glomerulus serta penurunan
aktifitas reninNamun, pada konsentrasi normal dan sediki
tinggi efek yang ditimbulkan masih terbilang kecil.
Efek Asidosis Dilutional-Hiperkloremik Pada
Koagulasi Dan Perdarahan
Data dari penelitian in vitro menunjukkan bahwa larutan
yang seimbang mungkin memiliki efek negatif lebih sedikit
pada parameter koagulasi. Para penulis mengakui
masalah inheren tersebut pada penelitian in vitro,
bagaimanapun, yang mencakup efek hemodilusi, dilusi
kalsium dan tidak adanya komponen fisiologis seperti
endothelium. Karena keterbatasan ini, tidak ada
kesimpulan yang relevan yang secara klinis dapat diambil
dari studi in vitro ini.
Insiden dan Derajat keparahan Komplikasi Post-
Operasi
Penulis menyimpulkan bahwa resusitasi cairan intraoperatif
dengan koloid, dibandingkan dengan kristaloid,
meningkatkan pemulihan pasca operasi berkenaan dengan
gejala mual dan muntah pasca-operasi. Hasil-hasil ini
menunjukkan bahwa volume cairan mungkin lebih penting
daripada komposisi didalamnya. Beberapa penelitian lain
menunjukkan bahwa pembatasan kristaloid intraoperatif
mungkin dikaitkan dengan peningkatan fungsi pencernaan
dan penurunan komplikasi pasca operasi [39-41].
Kesimpulannya, tidak ada bukti memadai dari literatur yang
tersedia yang menunjukkan bahwa asidosis dilutional-
hiperkloremik memiliki efek klinis yang relevan terhadap
difungsi pencernaan. Beberapa derajat pembatasan
kristaloid intraoperatif dan penggunaan koloid mungkin,
bagaimanapun, berkaitan dengan peningkatan fungsi
gastrointestinal dan outcome-nya.
Efek Asidosis Dilutional-Hiperkloremik Terhadap Mortalitas

Asidosis metabolik sering dikaitkan dengan outcome yang


buruk; Namun, penting untuk membedakan antara efek
asidosis itu sendiri dan kondisi yang menyebabkannya.
Dalam pengaturan klinis, asidosis metabolik timbul dari
penyebab yang berbeda-beda, di mana hiperkloremia
mungkin memainkan peran. Setelah kejadian trauma,
misalnya, asidosis metabolik telah dilaporkan dalam
kaitannya dengan hipovolemia berat, hipoksia jaringan
dan syok. Di dalam kondisi ini, sangat sulit untuk
menentukan peran spesifik pemberian saline isotonik dan
dampak potensial mekanisme lain terhadap outcome
pasien
Kesimpulan
Pengkajian terbaru telah memperlihatkan suatu analisis
ekstensif terhadap seluruh studi yang menggunakan
larutan seimbang. Kami menyimpulkan bahwa asidosis
dilusional-hiperkloremik adalah efek samping, yang
banyak diamati setelah pemberian isotonik saline, dalam
hal ini kristaloid, dalam jumlah besar. Namun demikian,
pada sebagian pengaturan ini, efeknya masih moderat
dan relatif transien (24-48jam), dan diminimalisasi dengan
penggunaan koloid, dengan apapun larutan kariernya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai