Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEI 2016 UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DIARE DEHIDRASI

DISUSUN OLEH :
MUH.ALIF ADHANI (111 2015 2296)

PEMBIMBING :
dr. HERRY D NAWING Sp. A(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Di seluruh dunia, diare merupakan masalah kesehatan utama,
lebih dari 4 juta orang meninggal karena diare setiap tahunnya. Di
negara berkembang, diare diperkirakan merenggut nyawa 10.000
anak usia di bawah 5 tahun setiap harinya. Anak balita mengalami
rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun, di beberapa tempat
terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir15-20%
waktu hidup anak dihabiskan untuk diare. Di Indonesia, diare adalah
penyebab kematian balita nomor dua setelah ISPA (infeksi saluran
pernapasan akut). Disebabkan karena angka kesakitan diare masih
tinggi sehingga menimbulkan banyak kematian terutama pada
balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun
cenderung meningkat. Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara
150-430 per seribu penduduk setahunnya.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
DEFINISI

Diare adalah buang air besar yang terjadi


pada bayi atau anak yang sebelumnya
nampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau
lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi
cair, dengan atau tanpa lendir dan darah
EPIDEMIOLOGI

Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap


tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian
tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai
gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh
diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskes 2007
diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab
kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibandingkan
pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab
kematian karena diare 25,2% dibandingkan 15,5%.8
Cara penularan dan faktor risiko

Cara penularan diare yaitu melalui makanan atau


minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau
kontak langsung tangan dengan penderita, atau barang-
barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak
langsung melalui lalat.

Faktro risiko yang dapat meningkatkan penularan


enteropatogen antara lain : tidak memberikan ASI
secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi,
tidak memadainya persediaan air bersih, pencemaran
air oleh tinja , kurangnnya sarana kebersihan,
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk,
penyiapan dan peyimpanan makanan yang tidak
higienis.
ETIOLOGI
Penyebab diare infeksi
Golongan bakteri :
Aeromonas hiprophilia, Bacillus cereus,
Campylobacter jejuni , Clostridium perfringens,
Clostridium defficile, Escherichia coli,
Salmonella spp.,Shigella spp.,Staphylococcus
aureus, Vibrio cholera
Golongan virus :
Astrovirus, Enteric adenoviruS,Coronavirus,
Rotavirus
Golongan parasit :
Balantidium coli, Balstocystis homonis,
Entamoeba histolityca, Giardia lamblia,
ETIOLOGI

Penyebab diare non infeksi


Kesulitan makan
Defek Anatomis : Penyakit hischprung, Short
bowel syndrom
Malabsorpsi : Defisiensi disakarida
Keracunan makanan : Logam berat
Lain-lain : Alergi susu sapi, Penyakit Cronh,
Defisiensi imun
PATOGENESIS
Virus masuk kedalam traktus digestivus bersama makanan
dan atau minuman, kemudian berkembang biak di dalam usus
setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan
menyebabkan kerusakan bagian apikal vili usus halus. Sel
epitel usus halus bagian apikal akan diganti oleh sel bagian
kripta yang belum matang. Bentuk kuboid atau gepeng.
Akibatnya sel-sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk
menyerap air dan makanan. Sebagai akibat lebih lanjut akan
teradi diare osmotik. Vili usus kemudian akan memendek
sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna
makanan akan berkurang pada saat inilah biasanya diare
mulai timbul, setelah itu sel retikulum akan melebar, dan
kemudian akan terjadi infeksi sel limfoid dari lamina propria,
untuk mengatasi infeksi sampai terkadi penyembuhan
PATOGENESIS
FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan


kemampuan penyerapannya sampai 4400 liter sehari, bila
terjadi sekresi cairan yang berlebihan dari usus halus
(ileosekal) bila cairan melebihi 4400 mL, maka usus besar
tidak mampu menyerap seluruhnya lagi, selebihnya akan
dikeluarkan bersama tinja maka terjadilah diare. Diare dapat
juga terjadi karena terbatasnya kemampuan penyerapan usus
besar pada keadaan sakit, misalnya kolitis, atau terdapat
penambahan ekskresi cairan pada penyakit usus besar,
misalnya karena virus, disentri basiler, ulkus, tumor, dsb
dengan demikian dapat dimengeri bahwa setiap perubahan
mekanisme normal absrobsi dan sekresi di dalam usus halus
ataupun usus besar (kolon), dapat menyebabkan diare,
kehilangan cairan, elektrolit, dan akhirnya dehidrasi.7
Makanan yang tidak diserap atau dicerna,
misalnya laktosa (dari susu) merupakan
makanan yang baik bagi bakteri. Di dalam
usus besar, laktosa ini akan difermentasikan
oleh bakteri anaerob menjadi molekul lebih
kecil, misalnya H2, CO2, H2O, dsb, dan
menyebabkan tekanan osmotik di dalam
lumen usus meningkat. Keadaan dalam lumen
usus yang hiperosmoler ini kemudian akan
menyerap air dari intraseluler, diikuti
peningkatan peristaltik usus (hyperperistaltik),
sehingga terjadi diare.
DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
Tanyakan : lama diare, frekuensi, volume,
konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir
dan darah. Bila disertai muntah : volume dan
vrekuensinya. Kencing : biasa, berkurang,
jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam
terakhir. Makanan dan minuman yang
diberikan selama diare. Adakah panas atau
penyakit lain yang menyertai seperti : batuk,
pilek, otitis media, campak. Tidakan yang telah
dilakukan ibu selama anak diare : memberi
oralit, membawa berobat kepuskesmas atau
Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan
serta riwayat imunnya.
PEMERIKSAAN FISIS
Perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan
serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun
besar cekung, atau tidak. Mata : cowong atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir,
mukosa mulut, dan lidah kering atau basah.8
Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR
2003
Simptom Minimal atau tanpa Dehidrasi Ringan-sedang Dehidrasi Berat
dehidrasi kehilangan BB Kehilangan BB 3-9% Kehilangan BB > 9%
< 3%

Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, Apathis, letargi, tidak sadar


irritable
Denyut jantung Normal Normal-meningkat Takikardi, bradikardia pada
kasus berat
Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil tidak teraba

Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam


Mata Normal Sedikit corong Sangat corong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan Lidah Basah Kering Sangat kering

Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik
Capitally refil Normal Memanjang Memanjang minimal

Extremitas Hangat Dingin Dingin, Mottled, sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal


Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai, atau tidak
sadar
Mata
Air mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Mulut dan lidah Ada Tidak ada Kering


Rasa haus Basah Kering
Minum biasa tidak haus *Haus, ingin minum *Malas minum atau tidak
banyak bisa minum

Periksa : turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat


Bila ada 1 tanda Bila ada 1 tanda
*ditambah 1 atau lebih *ditambah 1 atau lebih
tanda lain tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C


Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan sistem
pengangkaan Maurice King (1974)
Bagian tubuh yang Angka untuk gejala yang ditemukan
harus diperiksa 0 1 2

Keadaan Umum Sehat Gelisah, lekas Mengigau,


marah atau koma atau
apatis syok
mengantuk
(lunglai)
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat
Kurang
Mata Normal Sedikit kurang Sangat
kurang
Ubun-ubun Normal Sedikit cekung Sangat
cekung
Mulut Normal Kering Kering &
membiru
Denyut nadi Nomral 120-140 Lebih dari
140
LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang


diperlukan pada diare :
1. Darah
2. Urine
3. Tinja
PENATALAKSANAAN
Terapi
Medikamentosa
1. Antibiotik
2. Obat anti diare
3. Obat-obatan lain : Anti muntah,
cardiac stimulan
KOMPLIKASI

Emfisema

Atelektasis

Bronkiektasis

Bronchopneumonia
PENCEGAHAN
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab
diare.
.Pemberian ASI yang benar.
.Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan
makanan pendamping ASI.
.Penggunaan air bersih yang cukup.
.Membudidayakan kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun sehabis buang air besar den
sebelum makan
.Penggunaan jamban yangb bersih dan higienis
oleh seluruh anggota keluarga.
.Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host).
Cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh anak dan
dapat mengurangi risiko diare antara lain
Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 th.
Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping
ASI dan memberi makanan dalam jumlah yang
cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
Imunisasi campak.
PROGNOSIS

Dengan penggantian cairan yang adekuat,


perawatan yang mendukung dan terapi
antimicrobial jika diindikasikan, prognosisi
diare hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal.
BAB III
KESIMPULAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab
utama morbiditas dan mortalitas anak di negara
yang sedang berkembang termasuk di Indonesia.
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang
terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya
nampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau lebih
per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair,
dengan atau tanpa lendir dan darah. Sebagian
besar disebabkan oleh rotavirus. Bila ada tanda dan
gejala diare karena infeksi bakteri dapat diberikan
terapi antimikrobial secara empirik, yang kemudian
dapat dilanjutkan dengan terapi spesifik. Prognosis
diare infeksi bakteri baik, dengan morbiditas dan
mortalitas yang minimal.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman Yusuf dkk. Gambaran Derajat Dehidrasi dan Gangguan Fungsi Ginjal pada
Diare Akut. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala/RSUD Zainoel Abidin, Band Aceh
Yusuf, Sulaiman, dkk. 2011. Gambaran Derajat Dehidrasi dan Gangguan Fungsi
Ginjal pada Diare Akut. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala/RSUD Zainoel Abidin, Banda Aceh
Iskandar, William Jayadi, dan Sukardi. 2015. Manifestasi Klinis Diare Akut pada Anak
di RSU Provinsi NTB Mataram serta Korelasinya dengan Derajat Dehidrasi. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak RSU Provinsi NTB, Mataram, Indonesia.
Perangin-angin, HMJ. 2014. Acute Diarrhea With Mild to Moderate Dehydration e.c
Viral Infection. Faculty of Medicine, Universitas Lampung.
Dewantara, Easy Orient. Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi
Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan. Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung.
Yusuf, Sulaiman. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Syiah/Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh.
Tjokronegoro, Arjatmo, dkk. 2002.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Juffrie, Mohammad, dkk. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1,
Cetakan Ketiga IDAI. Jakarta.
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman bagi RS Rujukan
Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. 2009.

Anda mungkin juga menyukai