Anda di halaman 1dari 30

Perdarahan Post

Partum
FARRY ADITYA 030.12.100
TUTI NURCHOLIFAH YASIN 030.11.290
Pendahuluan
Perdarahan atau hilangnya darah sebanyak lebih dari
500 cc yang terjadi setelah bayi lahir baik sebelum,
selama, atau sesudah kelahiran plasenta
Insiden pada negara maju 5%
Insiden pada negara berkembang 28%
90% Atonia uteri
7% Robekan jalan lahir
Retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah
PRIMER
Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama persalinan
- Atonia Uteri
DEFINISI
Perdarahan -Robekan jalan lahir
yang melebihi
500ml setelah
bayi lahir pada SEKUNDER
persalinan Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pervaginam dan persalinan
lebih dari - Sisa plasenta
1000ml pada
sectio caesarea
PENYEBAB PERDARAHAN POST
PARTUM

TONE TISSUE

THROMBI
TRAUMA
N
ATONIA UTERI
keadaan lemahnya tonus/kontraksi Rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
TONE Merupakan penyebab terbanyak perdarahan
postpartum (80%). Pada pelepasan plasenta
sinus uterin yang terobek tidak dapat terjepit
dengan efektif karena kontraksi ysng tidak
bagus.
Atonia uteri dapat ditegakkan apabila bayi
dan plasenta lahir, perdarahan masih aktif dan
banyak, pada palpasi didapatkan kontraksi
uterus yang lembek.
Penyebab Atonia Uteri
Persalinan lama (12
Grande Multipara jam)
Overdistensi Uterus Anestesi
( multipara, hidramnion,
Inisiasi persalinan
bayi besar, lokasi
dengan oksitosin
implantasi plasenta yang
besar) Malformasi uterus
Anemia Fibroid uterus
Perdarahan antepartum Manajemen kala III yang
Plasenta akreta, inkreta, tidak benar
perkreta
TRAUMA
Robekan spontan perineum
ROBEKAN JALAN LAHIR DAPAT ROBEKAN YANG DAPAT TERJADI
DISEBABKAN OLEH Ringan (lecet, laserasi)
episiotomi Luka episiotomi

robekan spontan Pada dinding vagina


perineum Pada forniks uteri
trauma forceps Serviks

vakum ekstraksi Daerah sekitar klitoris dan


uretra
versi ekstraksi Ruptur uteri
Derajat laserasi perineum

Derajat I : robekan hanya mengenai mukosa vagina dan kulit perineum


Derajat II : robekan yang lebih dalam mencapai otot perineum tetapi
tidak mencapai otot sfingter ani
Derajat III : robekan sudah melibatkan otot sfingter ani
III a : robekan mengenai <50% ketebalan otot sfingter ani eksterna
III b : robekan mengenai >50% ketebalan otot sfingter ani eksterna
III c : robekan sampai mengenai otot sfingter ani interna
Derajat IV : robekan sampai ke mukosa anus
INVERSI UTERUS
Keadaan dimana lapisan dalam uterus turun dan keluar melalui ostium uteri
eksternum, yang bersifat inkomplit sampai komplit
Merupakan kegawatdaruratan pada kala III yang dapat menimbulkan
perdarahan

Faktor terjadinya inversi uterus


- atonia uteri
- serviks yang masih terbuka lebar
- kekuatan yang menark fundus ke bawah (plasenta akreta, inkreta,
perkreta)
- tekanan pada fundus uteri (manuver crede)
- tekanan intrabdominal yang keras dan tiba-tiba (batuk atau bersin)
Tanda Inversio Uteri
Syok karena kesakitan
Perdarahan banyak dan menggumpal
Pada vulva yampak endometrium terbalik dengan
atau tanpa plasenta yang masih melekat
Apabila baru terjadi, maka prognosis cukup baik
tetapi, bila kejadiannya sudah berlangsung cukup lama
maka jepitan serviks akan mengecil dan membuat
uterus mengalami iskemia, nekrosis dan infeksi.
TISSUES
Sisa plasenta dapat mengakibatkan perdarahan karena menyebabkan
kontraksi uterus yang tidak sempurna

Retensio Plasenta
Plasenta akreta inkreta atau perkreta
THROMBIN
Penyebab perdarahan postpartum karena gangguan
pembekuan darah dicurigai apabila penyebab yang lain dapat
disingkirkan apalagi pernah mengalami hal yang sama pada
persalinan sebelumnya.
Mudah terjadi perdarahan ketika dilakukan penjahitan
Timbul hematoma pada bekas jahitan dan suntikan
Perdarahan gusi, rongga hidung dan lain-lain
THROMBIN
Pemeriksaan Penunjang
Waktu perdarahan dan waktu pembekuan yang memanjang
Trombositopenia
Hipofibrinogenemia
Pemanjangan PT APTT
Pencegahan
ANTENATAL
Menjaga kesehatan ibu untuk menjaga kadar hemoglobin tetap
normal (>10 g/dL) agar pasien dapat bertahan ketika terjadi
perdarahan.
Pasien dengan resiko tinggi yang dapat mengalami perdarahan
postpartum (kembar, hidramnion, grande multipara, APH, riwayat
perdarahan postpartum sebelumnya, anemia severe) harus
dilakukan skrining dan dilakukan persalinan di rumah sakit dengan
fasilitas lengkap.
Pemeriksaan golongan darah agar tidak menghabiskan waktu
Pencegahan
ANTENATAL
Lokalisasi Plasenta harus dilakukan pada semua wanita yang
memiliki riwayat Sectio Cesarean sebelumnya dengan menggunakan
USG atau MRI untuk mendeteksi plasenta akreta, inkreta atau
perkreta.
Wanita dengan plasenta adherent memiliki resiko tinggi terjadinya
perdarahan postpartum, kasus seperti ini harus ditangani oleh dokter
obstetric senior. Ketersediaan darah harus dipastikan sebelum
dilakukan tindakan.
Pencegahan
INTRANATAL
Manajemen kala III
Persalinan yang diinduksi, infus dilanjutkan setidaknya 1 jam setelah melahirkan
Oksitosin 5 IU untuk mengurangi jumlah perdarahan yang hilang
Eksplorasi jalan lahir untuk memeriksa adanya trauma setelah dilakukan persalinan
Observasi, pastikan uterus berkontraksi dengan baik
Pada saat SC, melahirkan plasenta secara spontan dapat mengurangi kehilangan
darah sekitar 30%
Periksa apakah plasenta lengkap atau tidak
TATALAKSANA UMUM
Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan
Nilai sirkulasi, jalan napas, dan perpanapasan pasien
Berikan oksigen
Pasang infus dengan kanul ukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian
cairan kristaloid
Dilakukan pengambilan darah
Observasi tanda-tanda vital
Periksa kondisi abdomen : kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, nyeri perut
Periksa jalan lahir untuk melihat adanya laserasi
TATALAKSANA UMUM
Periksa kelengkapan plasenta
Pasang kateter untuk pantau volume urin bandingkan dengan cairan yang
masuk
Siapkan transfusi apabila Hb<8
Tentukan penyebab dari perdarahan lalu lakukan tatalaksana khusus
TATALAKSANA KHUSUS
ATONIA UTERI
lakukan pemijatan uterus
Pastikan plasenta lahir lengkap
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 larutan NaCl
0,9%/Ringerlaktat dengan kecepatan tetesan 60 tetes/menit
dan 10 unit I.M. lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam
1000ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan
40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
Jika perdarahan berlanjut, berikan 1g asam traneksamat IV (bolus selama
1menit dapat diulang setelah 30 menit)
Kompresi bimanual inteerna selama 5 menit
Kompresi aorta abdominalis
Pemasangan kondom kateter
Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan
operatif laparotomy dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan
uterus) atau melakukan histerektomi. Alternatifnya berupa:
Ligasi arteria uterina atau arteria ovarika
Operasi ransel B lynch
Histerektomi supravaginal
Histerektomi total abdominal
Robekan jalan lahir
Ruptura Perineum dan Robekan Dinding
Vagina
Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi
sumber perdarahan
Robekan Serviks

Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio.
dengan antiseptik
Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan

Hentikan sumber perdarahan dengan klem Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kemudian
kemudian ikat dengan benang yang dapat kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit

diserap Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1g asam traneksamat IV (bolus selama
1 menit, dapat diulang setelah 30menit) lalu rujuk pasien.
Lakukan penjahitan
Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1g
asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit,
dapat diulang setelah 30menit) lalu rujuk pasien.
Retensio Plasenta
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20
UNIT dalam 1000ml larutan NaCl 0,9%/ Ringer Laktat dengan kecepatan 40
tetes/menit hingga perdarahan berhenti
Lakukan tarikan tali pusat terkendali
Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual
secara hati-hati
Sisa Plasenta
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20
UNIT dalam 1000ml larutan NaCl 0,9%/ Ringer Laktat dengan kecepatan 40
tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah
dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui dengan instrumen, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan
kuretase.
Sisa Plasenta
Inversio Uteri
Segera reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak sulit, apalagi jika
inversion uteri telah terjadi cukup lama, bersiaplah untuk merujuk ibu.
Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1mg/KgBB (jangan melebihi 100mg)
IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/KgBB IM
Jika usaha reposisi tidak berhasil, lakukan laparotomy
Jika laparotomy tidak berhasil, lakukan histerektomi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai