Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

ARTRITIS REUMATROID

MOH. ARIS MAHFUD, S.KEP.NS


I. PENDAHULUAN

Artritis Reumatroid (AR) merupakan suatu penyakit


yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok
ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu
penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya
sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama
mengenai jaringan persendian.
Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit
kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan
menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan
deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan
disabilitas bahkan kematian dini.
II. ETIOLOGI

Faktor penyebab maupun patogenesi AR yang


sebenarnya hingga kini tetap belum diketahui
dengan pasti, faktor genetik seperti produk
kompleks histokom-patibilitas utama kelas II (HLA-
DR) dan beberapa faktor lingkungan telah lama
diduga berperanan dalam timbulnya penyakit ini.
a. Kompleks Histokompatibilitas Utama
Kelas II
AR lebih sering dijumpai pada kembar
monozygotic dibandingkan dari kembar
dizygotic. AR memiliki predisposisi genetik
diketahui dari terdapatnya hubungan antara
produk kompleks Histokompatibilitas utama
kelas II (MHC Class II determinants),
khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
Molekul antigen MHC Class II dapat dideteksi
secara serologis, baik dengan cara
mencampurkan limfosit pasien dengan
antibodi humoral terhadap HLA tertentu atau
dengan melakukan mixed lymphocyte culture
(MLC)
b. Hubungan Hormon Seks dengan Artrifis
Reumatoid
Hormon sex merupakan salah satu faktor
predisposisi penyakit ini. Prevalensi AR
diketahui 3 kali lebih banyak diderita kaum
wanita dibandingkan dari kaum pria.
c. Faktor Infeksi Sebagai Penyebab Artrifis
Reumatoid
Tercetusnya suatu proses autoimun oleh suatu
antigen tunggal atau beberapa antigen tertentu
saja. Agen infeksus yang diduga merupakan
penyebab AR antara lain adalah bakteri,
mycoplasma atau virus. Gejala Artritis dapat
pula dijumpai pada pasien hepatitis virus B tau
demam reumatik.
III. PATOGENESIS

AR dimulai dengan terdapatnya suatu antigen


yang berada pada membran sinovial. Antigen
tersebut akan diproses oleh antigen presenting
cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel
seperti sel synoviocyte A, sel denritik atau
makrofag.
Antigen yang telah diproses oleh APC selanjutnya
dilekatkan pada CD4+ sehingga terjadi aktivasi sel
tersebut. Proses aktivasi CD4+ ini juga dibantu
oleh interleukin-1(IL-1) yang disekresi oleh
monosit atau makrofag.
Hyaluronic acid
Hyaluronic acid

Bone

Cartilage
HA
Capsule
Chondrocytes

HA

Synovial

lining Osteoblast Osteoclast

Bone

Synthesis: Synoviocyte, chondrocyte


Produksi antibodi oleh sel B ini juga dibantu oleh IL-1, IL-2
dan IL-4 yang disekresi oleh sel CD4+ yang telah
teraktivasi. Antibodi yang dihasilkan akan membentuk
kompleks imun pada membran sinoval akan menyebabkan
aktivasi sistem komplemen dan membebaskan komplemen
C5a.
Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain
meningkatkan permeabilitas vaskular juga menarik lebih
banyak sel PMN yang memfagositir kompleks imun
tersebut sehingga mengakibatkan degranulasi mast cells
dan pembebasan radikal oksigen, leukotriene, enzim
lisosomal, prostaglandin, collagenase dan stromelysin yang
semuanya bertanggungjawab atas terjadinya inflamasi dan
keruskan jaringan seperti erosi rawan sendi dan tulang.
Pada AR, antigen atau komponennya umumnya
akan menetap pada struktur persendian sehingga
proses destruksi sendi akan berlangsung terus.
Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi
terhadap epitope fraksi Fc IgG yang dijumpai
pada 70 sampai 90% pasien AR. Faktor
reumatoid juga dapat berikatan dengan
komplemen atau mengalami aggregasi sendiri,
sehingga proses peradangan akan berlanjut
terus.
IV. GEJALA KLINIS
Gejala klinis utama AR adalah poliartritis yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan
sendi dan tulang di sekitarnya. Kerusakan ini
terutama mengenai sendi perifier pada tangan dan
kaki yang umumnya bersifat simetris.
V. KRITERIA DIAGNOSIS ARTRITIS REUMATOID

Kriteria diagnostik AR disusun untuk pertama kalinya oleh


suatu komite khusus dari American Rheumatism Association
(ARA)
Kriteria klasifikasi reumatoid artritis dalam format tradisional
yang baru adalah sebagai berikut ::
- kaku pagi
- artritis pada 3 daerah persendian atau lebih
- artritis pada persendian tangan
- artritis simetris
- nodul reumatoid
- faktor reumatoid serum positif
- Perubahan gambaran radiologis
Pasien dikatakan menderita AR jika memenuhi sekurang-
kurangnya kriteria 1 sampai 4 yang diderita sekurang-
kurangnya 6 minggu.
Tabel 1. Kriteria American Rheumatism Association
untuk Artritis Reumatoid, Revisi Tahun 1987

No Kriteria
1 Kaku pagi hari
2 Artritis pada 3 daerah persendian atau lebih
3 Artritis pada persendian tangan
4 Artritis simetris
5 Nodul reumatoid
6 Faktor reumatoid serum positif
7 Perubahan gambaran radiologis
NORMAL SYNOVIUM vs AR

Normal Rheumatoid synovitis


bursitis cartilage

bone Hyperplasia
of Lyning cell
tendinitis pannus

Polimorf
exudation
synovitis Mononuclear
infiltration
fibrosis

monocyte ACRFP
VI. EVALUASI DIAGNOSTIK
Faktor dapat turut memberikan kontribusinya pada
penegakan diagnostis artritis reumatoid, yaitu: nodul
reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat
palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.
Laju endap darah (LED) akan meningkat secara
bermakna pada artritis reumatoid. Jumlah sel darah
merah dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C-
reaktif protein (CRP) dan antibodi antinukleus (ANA)
dapat menunjukkan hasil yang positif. Artrosentesis akan
memperlihatkan cairan sinovial yang keruh.
Foto ronsen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas
dan penyempitan rongga sendi.
VII. KONSEP PENGOBATAN AR

Walaupun hingga kini belum berhasil suatu cara


pencegahan dan pengobatan AR yang sempurna, saat ini
pengobatan pada pasien AR ditujukan untuk:
- Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik
lokal maupun sistemik
- Mencegah terjadinya destruksi jaringan
- Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi
persendian agar tetap dalam keadaan baik
- Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persendian
yang terlibat agar sedapat mungkin menjadi normal
kembali.
VIII. PROSES KEPERAWATAN
Kedalaman dan fokus pengkajian keperawatan
tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor ini
mencakup lingkungan pelayanan kesehatan dan peranan
perawat.
Anamnesis riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
harus difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang
pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah,
nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala
tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
Status psikologis serta mental pasien dan sistem
dukungan sosial juga harus dikaji sebagaimana pula
kemampuan pasien untuk turut serta dalam aktivitas
sehari-hari, melaksanakan program pengobatannya dan
mengelola perawatan mandiri.
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan


peningkatan aktivitas penyakit, keadaan mudah lelah serta
keterbatasan mobilitas.
Keletihan yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas
penyakit, rasa nyeri, tidur/istirahat yang tidak memadai,
dekonsioning, nutrisi yang tidak memadai, stres
emosional/depresi.
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada
gerakan, keterbatasan ketahanan fisik, kurangnya atau
tidak tepatnya penggunaan alat-alat ambulatori.
Kurang perawatan diri yang berhubungan
dengan kontraktur, keletihan atau gangguan
gerak
Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan
perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau
terapi
Koping tidak efektif yang berhubungan dengan
gaya hidup atau perubahan peranan yang aktual
atau yang dirasakan
X. EVALUASI

1. Mengalami peredaan rasa nyeri atau perbaikan


tingkat kenyaman
2. Mengalami pengurangan tingkat kelemahan
3. Meningkatkan atau mempertahankan tingkat
mobilitas
4. Mempertahankan aktivitas perawatan mandiri
5. Mengalami perbaikan citra tubuh
6. Mengalami tidak adanya komplikasi

Anda mungkin juga menyukai