Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 4

NUR LAILASARI
NUR PADILA
ST. ERNA MARTIWI
TIARA SALSABILA
M. RAMADANI
- MASA KOLONIALISME, MASA
PERGERAKAN DAN PERSIAPA
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
- PELAKU EKONOMI BADAN USAHA,
KOPERASI DAN PASAR
MASA KOLONIAL DI INDINESIA
Perkembangan Kolonialisme Dan Imperialisme Barat Di
Indonesia
Latar belakang masuknya bangsa eropa ke Indonesia

Pada akhir abad ke-15 permulaan abad ke-16, pelaut bangsa Eropa
berhasil menjelajahi samedera yang luas sampai ke negeri baru
seperti Amerika, Afrika, Asia Timur termasuk Indonesia.
Faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa mengadakan
penjelajahan samudera pada akhir abad ke-16 diantaranya:
Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan penguasa Turki Usmani
tahun 1453.
Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia Timur.
Penemuan Copernicus yang di dukung oleh Galileo yang
menyatakan bahwa bumi itu bulat.
Penemuan kompas.
Semangat Reconquesta,yaitu semangat pembalasan dendam
terhadap kekuasaan Islam di mana pun.
Penjelajah dari Spanyol
Christopher Columbus, tahun 1492 sampai ke Bahama di
Laut Karibia (Amerika) yang diyakini sebagai
India,sehingga penduduk aslinya disebut Indian
Cortez, tahun 1519 berhasil menduduki Mexico setelah
menaklukan kerajann Aztec dan suku Maya
Pizzaro, tahun 1530 berhasil menguasai Peru setelah
menaklukan kerajaan Inca
Ferdinand Magelhaens, tahun 1520 sampai di wilayah
Filipina
Sebastian dElcano, tahun 1521 sampai di wilayah Maluku,
namun di Maluku telah berkuasa bangsa Portugis.
Penjelajah dari Portugis
Bartholomeus Diaz, tahun 1496 sampai ke ujung Afrika
yang di beri nama Tanjung Haeapan ( cape of good hope )
Vasco da Gama, tahun 1498 sampai ke Kalkuta,India
Alfonso dAlbuquerque, tahun 1511 berhasil sampai ke
Malaka, tahun 1512 sampai ke Maluku.
Perkembangan kekuasaan bangsa Eropa di Indonesia
Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia ( 1511-1641)
Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh bangsa Portugis
dibawah pimpinan Alfonso dAlbuquerque,dengan demikian
bangsa Portugis dapat mengadakan perdagangan langsung
dengan daerah-daerah di Indonesia seperti Ternate, Ambon,
Banda, dan Timor. Bangsa Portugis berusaha menanamkan
kekuasaannya di daerah Maluku dengan tujuan agar dapat
memonopoli perdagangan rempah-rempah. Tindakan Portugis
yang sewenang-wenang dan bertindak kejam menimbulkan
pertentangan antara rakyat Maluku dengan bangsa
Portugis.Kekuasaan Portugia yang berlangsung dari tahun 1511-
1641 meninggalkan peninggalan-peninggalan kebudayaan
seperti bahasa, kesenian ( seni musik keroncong), penggunaan
nama-nama yang meniru nama-nama orang Portugis, dan juga
benda-benda peninggalan berupa meriam-meriam yang diberi
nama Nyai Setomi (Solo), si Jagur ( Jakarta ), dan Ki Amuk
(Banten). Selain itu bangsa Portugis menyebarkan agama Katolik
oleh seorang Missionaria bernama Fransiscus Xaverius.
Kekuasaan VOC ( Kompeni Belanda ) di
Indonesia
Bangsa Belanda memulai pelayarannya pada
tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de
Houtman dan sampai di wilayah Banten
dengan tujuan untuk berdagang. Dari Bandar
Banten, pelaut Belanda melanjutkan
pelayarannya kea rah timur dan berhasil
membawa rempah-rempah dalam jumlah
yang cukup banyak.Sejak keberhaslannya itu,
para pedagang Belanda semakin ramai dating
ke Indonesia yang menyebabkan timbulnya
persaingan diantara para pedagang Belanda.
Untuk mengatasinya, pemerintah Belanda
membentuk kongsi dagang yang diberi nama
VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)
Tujuan dibentuknya VOC adalah :
menghindari persaingan antarpedagang
Belanda
memperkuat kedudukan Belanda dalam
menghadapi Portugis dan Spanyol
mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Hak istimewa VOC :
hak monopoli perdagangan
hak octrooi, yaitu hak untuk mencetak dan
mengedarkan uang sendiri
hak ekstirpasi, yaitu hak untuk mengurangi
hasil produksi rempah-rempah
hak mengadakan perjanjian, memungut
pajak, memiliki angkatan perang, mendirikan
benteng, dan hak untuk menjajah.
Pada awalnya VOC berpusat di Banten, tahun 1618 Jan
Pieterzoon Coen mendirikan benteng di Jayakarta, tahun
1619 Jan Pieterzoon Coen mendirikan kota baru yaitu
Batavia setelah Jayakarta di baker, dan Batavia dijadikan
sebagai pusat kekuasaan Belanda di Indonesia.
Pada awal abad ke-18, VOC mengalami
kemunduran yang disebabkan oleh:
Banyak pegawai VOC yang korupsi.
Persaingan dagang dangan prancis dan inggris.
Perdagangan gelap yang meraja lela.
Hutang VOC yang semakin besar.
Penduduk Indonesia banyak yang miskin.
Anggaran belanja yang besar untuk gaji pegawai.
Tanggal 31 Desember 1799 pemerintah Belanda
membubarkan VOC.
Indonesia di bawah pemerintahan kerajaan
Belanda
Setelah di bubarkan,segala hak dan kewajiban diambil alih
oleh pemerintah Republik Bataafshe sampai th 1807,tahun
1807 diganti menjadi kerajaan Holland oleh Kaisar Napoleon
Bonaparte ( Perancis) dan menunjuk adiknya Raja Louis
Napoleon untuk memerintah Kerajaan Holland. Raja Louis
Napoleon mengangkat Hernan Willen Daendels sebagai
Gubernur Jendral di wilayah Indonesia, tugasnya adalaj
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Tindakan
yang dilakukan Daendels adalah:
Membangun ketentaraan dan mendirikan pabrik
senjata.
Membangun jalan pos dari Anyer sampai Panarukan.
Membangun pelabuhan laut di Merak dan Ujung Kulon.
Bupati seluruh Jawa dijadkan pegawai negeri.
Perbaikan gaji dan pemberantasan korupsi.
Dibidang ekonomi, untuk mengisi kas Negara
yang kosong, di lakukan beberapa cara, yaitu:
Kewajiban menanam kopi
Pelaksanaan kerja rodi
Penjualan tanah kepada pengusaha swasta
( tanah partikelir )
Menetapkan contingenten: pajak penyerahan
hasil bumi
Zaman Pendudukan Jepang Di Indonesia
Masuknya Jepang ke wilayah Indonesia
Sebagai negara fasis-militerisme di Asia, Jepang sangat
kuat, sehingga meresahkan kaum pergerakan nasional di
Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia II, Jepang
terjun dalam kancah peperangan itu. Di samping itu,
terdapat dugaan bahwa suatu saat akan terjadi
peperangan di Lautan Pasifik. Hal ini didasarkan pada
suatu analisis politik. Adapun sikap pergerakan politik
bangsa Indonesia dengan tegas menentang dan menolak
bahwa fasisme sedang mengancam dari arah utara. Sikap
ini dinyatakan dengan jelas oleh Gabungan Politik
Indonesia (GAPI). Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah
perang di Lautan Pasifik yang melibatkan Jepang. Melihat
keadaan yang semakin gawat di Asia, maka penjajah
Belanda harus dapat menentukan sikap dalam
menghadapi bahaya kuning dari Jepang.
Secara kronologis serangan-serangan pasukan
Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut: diawali
dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942),
kemu-dian.Minahasa, Sulawesi, Balikpapan, dan
Arnbon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942
pasukan Jepang menduduki Pontianak, Makasar,
Banjarmasin, Palembang, dan Bali. Angkatan
perang Jepang begitu kuat, sehingga Hindia
Belanda yang merupakan benteng kebanggaan
Inggris di daerah Asia Tenggara akhirnya jatuh ke
tangan pasukan Jepang.
Penjajahan Jepang di Indonesia
Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi
pemerintahan militer pada masa pemerintahan
Jepang. Menurut UUD No. 1 (7 Maret 1942),
Pembesar Bala Tentara Nippon memegang
kekuasaan militer dan segala 'kekuasaan yang dulu
dipegang oleh Gubernur Jenderal (pada masa
kekuasaan Belanda).
Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini,
kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh
dua angkatan perang yaitu angkatan darat
(Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun). Masing-
masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan.
Dalam hal ini Indonesia dibagi menjadi tiga
wilayah kekuasaan yaitu:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya
Batavia berada di bawah kekuasaan Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah
Melayu dengan pusatnya Singapura berada di
bawah kekuasaan Rikugun. Daera Sumatera
dipisahkan pada tahun 1943, tapi masih berada di
bawah kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara,
Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
Organisasi bentukan Jepang
Pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat memikat hati rakyat
Indonesia. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar bangsa Indonesia
memberi bantuan kepada pasukan Jepang. Untuk menarik simpati
bangsa Indonesia maka dibentuklah orgunisasi resmi seperti
Gerakan Tiga A, Putera, dan PETA.
Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia,
Nippon Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin oleh Syamsuddin SH.
Namun dalam perkembangan selanjutnya gerakan ini tidak dapat
menarik simpati rakyat, sehingga pada tahun 1943 Gerakan Tiga
A dibubarkan dan diganti dengan Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Organisasi ini dibentuk pada tahun
1943 di bawah pimpinan "Empat Serangkai", yaitu Bung Karno,
Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kiyai Haji Mas Mansyur.
Gerakan Putera ini pun diharapkan dapat menarik perhatian
bangsa Indonesia agar membantu pasukan Jepang dalam setiap
peperangan yang dilakukannya. Akan tetapi gerakan Putera yang
merupakan bentukan Jepang ini ternyata menjadi bume-rang bagi
Jepang. Hal ini disebabkan oleh anggota-anggota dari Putera
yang memiliki sifat nasionalisme yang tinggi.
Beberapa golongan yang terorganisir rapi dan menjalin
hubungan rahasia dengan Bung Karno dan Bung Hatta.
Golongan-golongan itu di antaranya:
Golongan Amir Syarifuddin.
Amir Syarifuddin adalah seorang tokoh yang sangat anti
fasisme. Hal ini sudah diketahui oleh Jepang, sehingga
pada tahun 1943 ia ditangkap dan diputuskan untuk
menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Namun, atas
perjuangan diplomasi Bung Karno terhadap para
pemimpin Jepang, Amir Syarifuddin tidak jadi dijatuhi
hukuman mati, melainkan hukuman seumur hidup.
Golongan Sutan Syahrir.
Golongan ini mendapatkan dukungan dari kaum
terpelajar dari berbagai kota yang ada di Indonesia.
Cabang-cabang yang telah dimiliki oleh golongan Sutan
Syahrir ini seperti di Jakarta, Garut, Cirebon, Surabaya
dan lain sebagainya.
Golongan Sukarni.
Golongan ini mempunyai peranan yang sangat
besar menjelang proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Pengikut golongan ini seperti Adam
Malik, Pandu Kerta Wiguna, Khairul Saleh, Maruto
Nitimiharjo.
Golongan Kaigun.
Golongan ini dipimpin oleh Ahmad Subardjo
dengan anggota-anggotanya terdiri atas A.A.
Maramis, SH., Dr. Samsi, Dr. Buntaran Gatot, SH.,
dan lain-lain. Golongan ini juga mendirikan asrama
yang bernama Asrama Indonesia Merdeka dengan
ketuanya Wikana. Para pengajarnya antara lain
Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir dan lain-
lain.
Perlawanan rakyat terhadap Jepang
Buruknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya
perlawanan-perlawanan rakyat di beberapa
tempat seperti:
Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun
1942 terjadi pemberontakan di Cot Plieng, Lhok
Seumawe di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil.
Pemberontakan ini dapat dipadamkan, dan dua
tahun kemudian, yaitu pada tahun 1944 muncul
lagi pemberontakan di Meureu di bawah
pimpinan Teuku Hamid yang juga dapat
dipadamkan oleh pasukan Jepang.
Karang Ampel, Sindang (Kabupaten Indramayu)
tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah itu
kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji
Madriyan dan kawan-kawannya, namun
perlawanan ini berhasil ditindas oleh Jepang
Sukamanah (Kabupaten Tasikmalaya), tahun 1943 terjadi
perlawanan rakyat di daerah itu kepada Jepang. Perlawanan ini
dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Dalam perlawanan ini Zaenal
Mustafa berhasil mem-bunuh kaki-tangan Jepang. Dengan
kenyataan seperti ini, Jepang melaku-kan pembalasan yang luar
biasa dan melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat.
Blitar, pada tanggal 14 Pebruari 1945 terjadi pemberontakan PETA
di bawah pimpinan Supriyadi (putra Bupati Blitar). Dalam
memimpin pemberontakan ini Supriyadi tidak sendirian dan
dibantu oleh teman-temannya seperti dr. Ismail, Mudari, dan
Suwondo. Pada pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang ada
di Blitar dibinasakan. Pemberontakan heroik ini benar-benar
mengejutkan Jepang, terlebih lagi pada saat itu Jepang terus
menerus mengalami kekalahan di dalam Perang Asia Timur Raya
dan Perang Pasifik. Kemudian Jepang mengepung kedudukan
Supriyadi, namun pasukan Supriyadi tetap mengadakan aksinya.
Jepang tidak kehilangan akal, ia melakukan suatu tipu muslihat
dengan menyerukan agar para pemberontak menyerah saja dan
akan dijamin keselamatannya serta akan dipenuhi segala
tuntutannya. Tipuan Jepang tersebut temyata berhasil dan
akibatnya banyak anggota PETA yang menyerah.
Dampak pendudukan Jepang bagi bangsa
Indonesia
Bidang politik.
Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia,
organisasi-organisasi politik tidak dapat
berkembang lagi. Bahkan pemerintah
pendudukan Jepang menghapuskan segala
bentuk kegiatan organisasi-organisasi, baik yang
bersifat politik maupun yang bersifat sosial,
ekonomi, dan agama. Organisasi-organisasi itu
dihapuskan dan diganti dengan organisasi buatan )
epang, sehingga kehidupan politik pada masa itu
diatur oleh pemerintah Jepang, walaupun masih
terdapat beberapa organisasi politik yang terus
berjuang menentang pendudukan Jepang di
Indonesia.
Bidang ekonomi.
Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia
sebagai negara imperialis, tidak jauh berbeda
dengan negara-negara imperialisme lainnya.
Kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia berlatar
belakang masalah ekonomi, yaitu mencari daerah-
daerah sebagai penghasil bahan mentah dan
bahan baku untuk memenuhi kebutuhan
industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk
hasil-hasil industrinya. Sehingga aktivitas
perekonomian bangsa Indonesia pada zaman
Jepang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah
Jepang.
Bidang pendidikan.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia,
kehidupan pendidikan berkembang pesat
dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda.
Pemerintah pendudukan Jepang memberikan
kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk
mengikuti pendidikan pada sekolah-sekolah yang
dibangun oleh pemerintah. Di samping itu, bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa perantara
pada sekolah-sekolah serta penggunaan nama-
nama yang diindonesiakan. Padahal tujuan Jepang
mengembangkan pendidikan yang luas pada
bangsa Indonesia adalah untuk menarik simpati dan
mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia dalam
menghadapi lawan-lawannya pada Perang Pasifik.
Bidang kebudayaan.
Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk
menanamkan kebudayaannya. Salah satu cara
Jepang adalah kebiasaan menghormat ke arah
matahari terbit. Cara menghormat seperti itu
merupakan salah satu tradisi Jepang untuk
menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan
Dewa Matahari. Pengaruh Jepang di bidang
kebudayaan lebih banyak dalam lagu-lagu, film,
drama yang seringkali dipakai untuk propaganda.
Banyak lagu Indonesia diangkat dari lagu Jepang
yang populer pada jaman Jepang. Iwa Kusuma
Sumantri dari buku "Sang Pejuang dalam Gejolak
Sejarah" menulis "kebiasaan-kebiasaan dan
kepercayaan-kepercayaan yang sangat merintangi
kemajuan kita, mulai berkurang.
Bidang sosial.
Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial
masyarakat sangat memprihatinkan. Penderitaan
rakyat semakin bertambah, karena sega-la
kegiatan rakyat dicurahkan untuk memenuhi
kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi
musuh-musuhnya. Terlebih lagi rakyat dijadikan
romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh
korban akibat kelaparan dan penyakit.
Bidang birikrasi.
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia dipegang
oleh kalangan militer, yaitu dari angkatan darat
(rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Sistem
pemerintahan atas wilayah diatur berdasarkan
aturan militer. Dengan hilangnya orang Belanda di
pemerintahan, maka orang Indonesia mendapat
kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih
penting yang sebelumnya hanya bisa dipegang oleh
orang Belanda. Termasuk jabatan gubernur dan
walikota di beberapa tempat, tapi pelaksanaannya
masih di bawah pengawasan Militer Jepang.
Pengalaman penerapan birokrasi di Jawa dan
Sumatera lebih banyak daripada di tempat-tempat
lain. Namun, penerapan birokrasi di daerah
penguasaan Angkatan Laut Jepang agak buruk.
Bidang militer.
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia memiliki
arti penting, khususnya dalam bidang militer. Para
pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidi-kan
militer melalui organisasi PETA. Pemuda-pemuda
yang tergabung dalam PETA inilah yang nantinya
menjadi inti kekuatan dan penggerak perjuangan
rakyat Indonesia mencapai kemerdekaannya.
Penggunaan Bahasa Indonesia.
Berdasarkan pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli
bahasa Indonesia berkebangsaan Belanda) menya-
takan bahwa tahun 1942 merupakan tahun
bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada waktu itu,
bahasa Belanda dilarang penggunaannya dan
digantikan dengan penggunaan bahasa Indonesia.
Bahkan sejak awal tahun 1943 seluruh tulisan yang
berbahasa Belanda dihapuskan dan harus diganti
dengan tulisan berbahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa
pergaulan sehari-hari, tetapi telah diangkat menjadi
bahasa resmi pada instansi-instansi pemerintah-an
atau pada lembaga-lembaga pendidikan dari
tingkat sekolah dasar hingga sekolah tinggi.

Anda mungkin juga menyukai