Thanatologi
Thanatologi
Medikolegal
THANATOLOGI
DEFINISI (1)
thanatos : mati
thanatologi
logos : ilmu
DEFINISI (2)
Thanatologi adalah ilmu yang mempelajari
segala aspek yang berkaitan dengan mati,
meliputi:
1. pengertian (definisi)
2. cara - cara melakukan diagnosis
3. perubahan - perubahan yang terjadi
sesudah mati
4. kegunaannya
DALAM TANATOLOGI DIKENAL BEBERAPA ISTILAH : (1)
Fase dini
Fase lanjutan
Fase dini
Kardiovaskuler
Susunan saraf
Sistem pernapasan
Kulit
Mata
Fase lanjutan
1. Penurunan suhu (algor mortis)
2. Lebam mayat (livor mortis)
3. Kaku mayat (rigor mortis)
4. Pembusukan (decomposition)
5. Dan lain - lain
1. Penurunan suhu / algor mortis (1)
Prinsip :
adanya perbedaan suhu antara mayat
dengan lingkungan. Penghantaran panas
secara konduksi (antar lapisan jaringan-
jaringan dengan tubuh yang berbeda
koefisien hantarnya) dan radiasi serta
evaporasi (dari permukaan tubuh mayat ke
lingkungan).
1. Penurunan suhu / algor mortis (2)
Dimana:
1.Iklim yang dingin, penurunan suhu mayat
berlangsung cepat.
2.Iklim panas, kecepatan penurunan suhu
mayat ini adalah 2,50F / jam dalam 6 jam
pertama. Enam jam berikutnya, sekitar 1,50F /
jam. Dalam 12 - 24 jam biasanya suhu mayat
akan sama dengan suhu lingkungan
sekitarnya.
1. Penurunan suhu / algor mortis (3)
Rumus:
Jumlah jam setelah kematian =
suhu tubuh normal (98,40F) suhu rectum
1,5
dimana angka 1,5 diambil dari
kecepatan rata-rata penurunan
suhu per jam (derajat Fahrenheit
yang setara dengan 0,90C - 10C),
pengukuran suhu rektal
menggunakan thermometer kimia
yang panjang (long chemical
1. Penurunan suhu / algor mortis
(4)
Faktor yang
mempengaruhi :
1. Usia 6. Posisi tubuh
2. Jenis kelamin 7. Pakaian mayat
3. Suhu medium 8. Aliran udara
4. Suhu tubuh saat 9. Kelembaban
mati udara
5. Bentuk tubuh 10.Jenis medium
1. Penurunan suhu / algor mortis
(5)
Kaloritas post mortem :
Keadaan dimana temperatur mayat
meningkat dalam 2 jam paska kematian,
terjadi :
Jika sistem regulasi suhu tubuh
terganggu sebelum kematian
Jika terdapat aktivitas bakteri berlebih
Adanya peningkatan suhu tubuh akibat
kejang - kejang
2. Lebam mayat / Livor mortis (1)
Aspek medikolegal :
1. Tanda pasti kematian
2. Memperkirakan sebab kematian
3. Memperkirakan saat kematian
4. Menentukan posisi dari mayat
2. Lebam mayat / Livor mortis (5)
Perbedaan antara lebam mayat dengan memar
Lebam mayat Memar
Sifat
Letak Epidermal, karena pelebaran Subepidermal, karena ruptur
pembuluh darah yang tampak sampai pembuluh darah yang letaknya bisa
ke permukaan kulit. superficial atau lebih dalam.
Kutikula (kulit ari) Tidak rusak Rusak
Lokasi Terdapat pada daerah yang luas, Terdapat disekitar, bisa dimana saja
terutama pada bagian tubuh yang pada bagian tubuh tidak meluas.
letaknya rendah.
Gambaran Pada lebam mayat tidak ada elevasi Biasanya membengkak karena
dari kulit. resapan darah dan edema.
Pinggiran Jelas Tidak jelas
Warna Warnanya sama Memar yang lama warnanya
bervariasi. Memar yang baru
berwarna lebih tegas daripada lebam
mayat disekitarnya.
Pada pemotongan Pada pemotongan, darah tampak Menunjukkan resapan darah ke
dalam pembuluh, dan mudah jaringan sekitar, susah dibersihkan
dibersihkan. Jaringan subkutan jika hanya dengan air mengalir.
tampak pucat. Jaringan subkutan berwarna merah
kehitaman.
Dampak setelah Akan hilang walaupun hanya diberi Warnanya berubah sedikit saja jika
penekanan penekanan yang ringan. diberi penekanan.
3. Kaku mayat / Rigor Mortis (1)
Otot yang terkena Semua otot, termasuk otot Biasanya terbatas pada satu
volunter dan involunter kelompok otot volunteer.
Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan Sangat jelas, perlu tenaga yang
dengan sedikit tenaga kuat untuk melawan
kekakuannya
Kepentingan dari segi Untuk perkiraan saat kematian Menunjukkan cara kematian,
medikolegal yaitu bunuh diri, pembunuhan
atau kecelakaan.
2. Heat stiffening
Terjadi akibat koagulasi protein otot
oleh panas
Otot berwarna merah muda, kaku,
mudah robek
Dijumpai pada korban mati pada
gedung yang terbakar
3. Kaku mayat / Rigor Mortis (8)
Perbedaan kaku mayat dengan kaku karena
panas :
1. Adanya tanda berupa bekas terbakar
pada permukaan mayat pada kaku
karena panas
2. Pada kasus kekakuan karena panas,
otot dan sendi akan mengalami
laserasi jika dipaksa diregangkan
3. Pada kaku karena panas, kekakuan
terus berlanjut sampai proses
pembusukan
3. Kaku mayat / Rigor Mortis (9)
3. Cold stiffening
Disebabkan oleh pembekuan cairan di sendi
atau di dalam sel sel otot atau jaringan
interstitial, pemadatan jaringan lemak
subkutan dan otot.
4. Pembusukan (1)
Merupakan proses degenerasi jaringan karena
proses otolisa dan aktivitas mikroorganisme.
Faktor yang mempengaruhi :
Internal
Umur
Keadaan mayat
Sebab kematian
4. Pembusukan (2)
Faktor Eksternal
Suhu
Media
Kelembaban
Mikroorganisme
4. Pembusukan (3)
Tanda tanda pembusukan :
1. Warna kehijauan pada perut dinding
perut sebelah kanan bawah
2. Pelebaran pembuluh darah vena
superfisial
3. Muka membengkak
4. Perut menggembung
5. Skrotum membengkak
6. Kulit terlihat gelembung
4. Pembusukan (4)
Tanda tanda pembusukan(2):
6. Cairan darah keluar dari lubang hidung
atau mulut
7. Bola mata menjadi lunak
8. Lidah dan bola mata menonjol
9. Dinding perut atau dada pecah akibat
tekanan gas
10.Kuku dan rambut lepas
11.Organ organ dalam membusuk dan
kemudian hancur
4. Pembusukan (5)
Pembusukan dalam air
Pembusukan akan lebih lambat terjadi
dibandingkan udara terbuka, tetapi
setelah mayat dikeluarkan dari air maka
pembusukan akan berlangsung cepat,
kurang lebih 16x dari biasanya
Faktor yang mempengaruhi :
Kejernihan air
Aliran air
Kedalaman
5. Adiposera (1)
Merupakan bahan yang berwarna keputihan,
lunak atau berminyak dan berbau tengik yang
terjadi pada jaringan lunak tubuh pasca
kematian
Dapat terjadi di sembarang lemak tubuh tapi
letak superfisial adalah yang pertama kali
terkena
5. Adiposera (2)
Faktor yang mempermudah :
Kelembaban dan lemak tubuh yang
cukup
Udara yang hangat
Invasi bakteri endogen ke jaringan
pasca kematian
Faktor yang menghambat :
Air yang mengalir
Udara yang dingin
5. Adiposera (3)
Mant mengatakan bahwa udara hangat
diperlukan untuk pembentukan adiposera,
tapi sepertinya prosesnya tetap akan muncul
walaupun dikubur di tanah yang dalam atau
terkena udara yang dingin. Aktivitas dini dari
Clostridium perfringens memungkinkan
terjadinya reaksi tersebut karena bakteri ini
memproduksi lesitinase yang memfasilitasi
proses hidrolisis dan hidrogenasi.
5. Adiposera (4)
Bentuk adiposera sebenarnya menghambat
pembusukan dengan cara meningkatnya
keasaman pada jaringan dan dehidrasi yang
menyebabkan konsumsi akan air pada
hidrolisis, serta pertumbuhan organisme
pembusukan yang melambat
6. Mumifikasi (1)
Merupakan suatu cara penghormatan bangsa
Persia terhadap bangsawannya dengan cara
mengawetkan mereka dengan lilin
Biasanya mucul pada keadaan yang kering,
juga dapat timbul pada keadaan yang
membekukan
Syarat mumifikasi : lingkungan yang panas
dan aliran udara yang baik, serta tidak
adanya kontaminasi bakteri
6. Mumifikasi (2)
Biasanya pada penampakannya kadang
disertai wana putih, hijau, atau hitam yang
dibentuk oleh koloni jamur
6. Mumifikasi (3)
Tanda tanda mumifikasi :
Mayat menjadi kecil
Kering
Mengkerut dan melisut
Warna coklat kehitaman
Kulit merekat erat dengan tulang
dibawahnya
Tidak berbau
Keadaan anatomi masih utuh
KESIMPULAN
Guna thanatologi
Untuk diagnosis kematian
Penentuan saat kematian
Perkiraan sebab kematian