Anda di halaman 1dari 26

PENDEKATAN

(PERSPEKTIF) EKONOMI
POLITIK DAN ILMU
ADMINISTRASI
Irfan Ridwan Maksum
Irfan Ridwan Maksum
Pendahuluan
Administrasi secara empirik, dalam pandangan ekonomi
politik sebagai instrumen, yakni salah satu instrumen untuk
mengatasi kelangkaan nilai-nilai. Ekonomi politik mengkaji
bagaimana menciptakan insentif, akuntabilitas, dan
kapasitas instrumen tersebut mengatasi kelangkaan
distribusi nilai dalam masyarakat secara efektif dan efisien.

Sebaliknya dalam perspektif ilmu administrasi, ekonomi


politik membantu menganalisis pilihan terbaik dari sekian
banyak pilihan dalam kebijakan publik maupun
implementasinya, membantu memahami perubahan
lingkungan internal maupun eksternal administrasi, dan
membantu menciptakan kondisi kelembagaan yang
kondusif.

Perspektif Ekonomi-politik dan administrasi bertemu pada


dua objek utama: (1) birokrasi sektor publik; dan (2)
kebijakan publik. Dari dua objek tersebut, studi
administrasi negara banyak terpengaruhi oleh pendekatan
ekonomi-politik
lanjutan
Paling tidak, sumbangan perspektif
ekonomi-politik terhadap ilmu administrasi
tercermin dari pentahapan perkembangan
pemikiran ilmu administrasi:
1. Dikotomi politik-administrasi
2. Kontinum politik administrasi
3. Administrasi publik bagian dari politik
4. Administrasi publik sebagai disiplin
tersendiri
PERKEMBANGAN AWAL
HUBUNGAN
Pada awalnya, Ilmu Administrasi negara menyerap
pandangan ekonomi politik dalam rangka memahami
efektivitas kebijakan. Kebijakan publik diukur melalui
asumsi-asumsi ekonomi-politik yang nanti akan
dikerjakan oleh administrasi negara birokrasi. Dalam
perkembangan awal ini, kebijakan publik harus mampu
menciptakan implementator yang efisien dan efektif
dengan mengedepankan kerangka tujuan yang hendak
dicapai dengan ukuran-ukuran ekonomi-politik tadi.

Perkembangan selanjutnya, ekonomi-politik juga


digunakan dalam administrasi negara untuk memahami
perilaku birokrasi dalam interaksinya dengan proses
formulasi dan implementasi kebijakan publik.
Nicholas Henry (1987)

Teori dikotomi politik-administrasi


menganggap bahwa administrasi negara
bekerja setelah politik selesai melakukan
pekerjaannya berupa proses politik. Oleh
karena itu terdapat dikotomi. Pandangan
semacam ini merupakan awal pemikiran
administrasi negara (klasik).
Pemikiran semacam ini berkembang
pada saat perkembangan teori organisasi
yang bersifat tertutup dan birokrasi ala
Weber (ideal type of bureaucracy) serta
ekonomi-politik klasik sampai Madzhab
Keynes hidup.
lanjutan
Administrasi negara bersifat ideal
sesuai dengan harapan-harapan para
politisi. Mereka akan mematuhi apa
yang diambil oleh para politisi. Jan Erik
lane (1995) menyebutnya sebagai
Administrasi negara tipikal Leviathan.
Administrasi negara akan efektif dan
efisien jika perancangan keputusan oleh
para politisi memperhatikan indikator-
indikator efisiensi dan efektivitas serta
parameter keputusan yang baik.
Pada paruh tahun 1950-an ketika perbandingan dan
dimulainya studi pembangunan dalam ilmu
administrasi, administrasi negara tidak lagi
menganggap adanya dikotomi yang rigid antara politik
dan administrasi. Bahkan sudah mulai dianggap bahwa
politik adalah kontinum dengan administrasi.

Disiplin Ekonomi-politik memasuki perkembangan


pesatnya, kritik terhadap Keynes oleh Neo-Marksis
yang kemudian diikuti dengan analisis pilihan publik
(public choice).

Pengambilan kebijakan dalam berbagai level, sangat


tergatung dari rasionalitas para pengambil keputusan
(aktor)-nya. Rasionalitas mereka lah yang harus
dipertanyakan bukan pemisahan antara politik dan
administrasi yang mengidam-idamkan suatu keputusan
yang ideal dan implementator yang sudah pasti taat.
Lane dan Ersson (2002)
Perkembangan studi administrasi
pembangunan juga diwarnai dengan ambisi
teoritis untuk memahami variasi atau
perbedaan pola administrasi publik dan
implementasi kebijakan di berbagai negara
yang bersifat spesifik, serta tinjauan-tinjauan
praktis mengenai perumusan langkah tindakan
nyata dalam pembenahan administrasi untuk
memacu pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan standar hidup
masyarakat. Administrasi publik mulai
dipandang memiliki arti penting strategis bagi
tercapainya tujuan-tujuan pembangunan baik
yang bersifat ekonomi maupun sosial.
Cotnoh: Studi Ekonomi-
politik terhadap fungsi
birokrasi (Masoed:
DIKATAKAN OLEH MASOED (1994)
1994)
merujuk Weaver (1984) terdapat
mekanisme intervensi birokrasi di
negara-negara berkembang yang
merupakan gambaran fungsi-fungsi
yang diembannya dalam proses
pembangunan dan perubahan sosial
BIROKRASI SEBAGAI APARAT NEGARA MEMILIKI LIMA
KELOMPOK FUNGSI DENGAN DERAJAT KEAKTIFAN YANG
BERBEDA. FUNGSI PALING SEDERHANA DENGAN TINGKAT
KEAKTIFAN PALING RENDAH ADALAH SEKEDAR
MELAKUKAN ADMINISTRASI.IA HANYA MELAKSANAKAN
PEKERJAAN ADMINISTRATIF, MENCATAT STATISTIK DAN
MENYIMPAN ARSIP. KADANG-KADANG IA DIGAMBARKAN
SEBAGAI TUKANG JAGA MALAM. KALAU MASYARAKAT
SIBUK BEKERJA, NEGARA TIDAK BOLEH IKUT CAMPUR,
TETAPI KALAU MASYARAKAT TIDUR NEGARA HARUS
MENJAMIN KEAMANAN MEREKA.

KETIKA NEGARA SEMAKIN AKTIF, IA MELAKUKAN FUNGSI
ARBITRASI DAN REGULASI. DI SINI IA MELAKUKAN AKTIF
MENERAPKAN KEKUASAAN SEBAGAI POLISI DAN
MENYELESAIKAN PERSENGKETAAN ANTAR BERBAGAI
KELOMPOK DALAM AMSYARAKAT DAN MENCOBA
MENGENDALIKAN KEGIATAN KELOMPOK-KELOMPOK
MASYARAKAT ITU SEHINGGA TIDAK MENIMBULKAN
KONFLIK.

SELANJUTNYA, NEGARA MENJADI LEBIH
AKTIF DALAM KEHIDUPAN EKONOMI
DENGAN MENERAPKAN PENGENDALIAN
FINANSIAL, MONETER DAN FISKAL.
PEMERINTAH LEBIH AKTIF MEMPENGARUHI
PASAR KONSUMEN, VOLUME UANG YANG
BEREDAR DALAM MASYARAKAT DAN PASOK
KAPITAL.

TINDAKAN BIROKRASI YANG PALING AKTIF
ADALAH MELAKUKAN TINDAK LANGSUNG.
DALAM HAL INI NEGARA MENGGUNAKAN
SUMBERDAYANYA UNTUK LANGSUNG
MENANGANI KEGIATAN EKONOMI
(TERUTAMA) DAN MILITER. KALAU SUATU
KOMODITI DINILAI SANGAT STRATEGIS BAGI
Kelima fungsi birokrasi
tersebut mengilhami studi
ekonomi-politik dalam ilmu
administrasi negara karena
kajian terhadap birokrasi
sektor publik itu sendiri
adalah obyek utama dalam
Frederickson (1994)
Salah satu model ekonomi politik yang
mempengaruhi studi administrasi negara
adalah model pilihan publikPenyediaan
barang dan pelayanan publik bergantung
pada keputusan yang diambil oleh kelompok-
kelompok pengambil keputusan yang
berbeda-beda, dan kelayakan politik masing-
masing usaha kolektif tergantung pada
serangkaian keputusan yang menguntungkan
dalam semua struktur keputusan pokok
sepanjang waktu. Administrasi negara dalam
ruang lingkup politik.
Implikasi administrasi negara
Padadalam ruangnegara
saat administrasi lingkup politik
merupakan
kelanjutan dari politik, administrasi negara
banyak digerakkan oleh hukum (rule).

Perkembangan selanjutnya mengatakan bahwa


administrasi negara ada dalam ruang lingkup
politik. Pengaruh pemikiran ini membawa pada
pergeseran paradigma dalam memandang proses
dan gejala administrasi negara, yakni dengan
adanya pergeseran perspektif administrasi negara
(public administration) menjadi perspektif
manajemen publik (public management).

Peregeseran perspektif ini memiliki banyak


makna baik struktural maupun kultural, baik
praktis maupun moral dan etika.
Hughes (1994)
The traditional model of
administration was criticized for its
inadequate conception of the
relationship between bureaucracy and
the political leadership. In theory, the
administrative model required a
separation between those giving orders
and those carrying them outUnder the
public management model relationship
between politician and administrator is
more fluid and closer than before.
Public administration Public management
Rules Objectives
Due Process Efficiency
Anticipation Adaptation
Responsibility Direction
Formalism: the case Innovation
Openness Secrecy
Complaint: voice Exit
Legality Effectiveness
Vocation Self-interests
Public Interest Profit
Penggunaan pendekatan ekonomi-politik mutakhir
dalam administrasi publik diakui oleh para pakar
adalah sejak perkembangan yang begitu besar dalam
teori pilihan publik.

Pendekatan Public Choice memiliki turunan berupa


(1) principal-agent model, dan (2) rent seeking
model.

Lahirnya principal-agent model dalam administrasi


publik (baru) yakni, para decision maker sesuai
jenjangnya adalah principal, sedangkan para
pelaksana sesuai jenjangnya adalah agent.
Pergeseran dari efektivitas dan efisiensi kebijakan
serta pengaruh suatu kebijakan terhadap perubahan
sosial-ekonomi kepada analisis rasionalitas para
aktor kebijakan adalah tanda mulai gencarnya
pendekatan pilihan publik dalam administrasi
negara.
Hughes (1994): The
most important
economic theory applied
to the bureaucracy is
public choiceThe key
assumption of public
A rational man must be guided
by the incentive system within
which he operates. No matter
what his own personnel desires,
he must be discouraged from
certain activities if they carry
penalties and attracted toward
others if they carry large rewards.
The carrot and the stick guide
scientists and politician as well as
Oleh karena itu public
choice theory dapat
dikatakan menjembatani
studi ekonomi-politik
dan studi administrasi
negara terhadap baik
Principal-agent model
The principal-agent problem of designing an
agreement or system of contracts that motivate
the agent to act in the interests of the principal as
well as of monitoring the behavior of the agent in
relation to the agreement is not confined to
private insurance institutions, to which the
principal-agent model was first applied. To employ
a principal-agent framework for the analysis of
government action involves a clear rejection of the
notion of the public interest as the motivational
basis in the public sector. The only interests that
exist within a principal-agent framework of public
policy making and public regulation are those that
belong to either the principal or agents. The
interests of principals and agents would include
selfish, altruistic, personal or social interests, as
there is no scope for the public interest as the
driving force of the public sector.
Ada perbedaan antara dunia sektor
publik dan sektor private walaupun
model ini pertama kali diterapkan
dalam sektor private. Basis interest
publik yang tidak dapat ditetapkan
batasnya adalah problem utama dalam
penerapan model ini. Yang terpenting
pada akhirnya adalah interest dari
Making the agent in the political body
serve the wishes of the population results
in all the difficulties of having an agent
serve the principal. Typical of
democracies is the distance between the
electing body and government, which
gives rise to all the kinds of principal-
agent interactions encountered in the
analysis of the private sector.

KEY WORDS:
-ASYMMETRIC INFORMATION
-MORAL HAZARD
-BOUNDED RATIONALITY
Rent seeking model
The Rent Seeking model may be looked
upon as an application of the more general
theory that there is a tendency towards an
asymmetric distribution of costs and
benefits in big governmentthe model
asymmetric costs and benefits claims that it
is typical of several public programs that
they tend to concentrate the benefits in
favor of special interest groups while
forcing the broad majority of people to take
on costs of the programs. (Lane; 1995)
Model rent seeking muncul
karena adanya distribusi
kemanfaatan dan biaya
(distribusi kesejahteraan dan
kerugian) yang tidak
berimbang dari adanya
Pemerintah. Di dalam
pemerintah, dalam jaringan
kerja antara berbagai stake-
holder dalam pemerintahan,
Kuatnya pengaruh
manajemen publik membawa
gelombang privatisasi,
dahsyatnya ide deregulasi
dan debirokratisasi yang
merupakan wujud dari
besarnya pengaruh

Anda mungkin juga menyukai