Bronkiolitis Akut
Bronkiolitis Akut
POORNIMA GOPAL
TUTOR :
Dr. Ghandi SpA (K)
IDENTIFIKASI
Nama : An W
Umur : 4 bulan
Jenis Kelamin: Laki-laki
Berat badan : 5.9 kg
Tinggi badan : 41 cm
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Luar kota
MRS : 2 Agustus 2011
ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak nafas
Keluhan tambahan: Batuk
Riwayat Makanan
0 bulan sekarang : ASI
Riwayat Vaksinasi
BCG : (+) , scar (+)
DPT : (+) 1 & 2
Polio : (+) 1 & 2
Hepatitis : (+) 1 & 2
Riwayat Perkembangan
Fisik
Tengkurap : 4 bulan
Ekstremitas
Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada. CTR
<3
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik
Tungkai Lengan
Pemeriksaan Kanan kiri Kanan kiri
Gerakan Segala arah Segala arah Segala arah Segala arah
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -
RENCANA AWAL
M1: umum
Rd: DR
Rt: -
Epidemiologi
Respiratory Syncitial Virus (RSV) pada 60-90% dari
kasus, insiden infeksi RSV sama pada laki-laki dan
wanita
Parainfluenzae tipe 1,2, dan 3
Influenzae B,
Adenovirus tiper 1,2, dan 5
Mycoplasma
Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa
pilek yang encer dan bersin. Disertai dengan adanya demam
dan nafsu makan berkurang. Kemudian tiba-tiba timbul
distres pernafasan yang ditandai oleh batuk paroksismal,
sesak nafas dan terdapat wheezing.
Bayi mengalami demam atau tidak dengan demam sama
sekali (38,5-39oC).
Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali
per menit kadang-kadan dalam beberapa kasus disertai
dengan sianosis.
Terdapat nafas cuping hidung dan retraksi. Retraksi biasanya
tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru
(terperangkapnya udara dalam paru).
Terdapat ekspirasi yang memanjang, wheezing yang
terdengar tanpa atau dengan bantuan stetoskop.
Hepar dan lien mungkin teraba akibat pendorongan
diafragma karena tertekan oleh paru yang hiperinflasi.
Diagnosis
Diagnosis bronkiolitis berdasarkan gambaran klinis,
umur
penderita dan adanya epidemi RSV di masyarakat.
Kriteria
bronkiolitis terdiri dari
Umur 2 tahun atau kurang
Diawali dengan batuk pilek
Terkadang disertai dengan adanya demam sub-febris
Sesak nafas akut
Adanya ekspirasi memanjang
Wheezing pertama kali
Menyingkirkan riwayat atopi atau faktor lain yang
dapat menyebabkan wheezing.
Tes laboratorium rutin tidak spesifik. Hitung
leukosit biasanya normal.
Gambaran radiologis mungkin masih
normal bila bronkiolitis ringan.
Untuk menentukan penyebab bronkiolitis,
dibutuhkan pemeriksaan aspirasi atau
bilasan nasofaring.
Pemeriksaan antigen RSV dengan
menggunakan cara imunofluoresen atau
ELISA.
Diagnosis banding
Bronkiolitis akut
Bronkopneumonia
Asma bronkhiale
Penatalaksanaan
Terapi suportif
Oksigenasi
pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi
pemberian cairan dan elektrolit dengan dextrose
5% dan NaCl disesuaikan dengan kebutuhan
berdasarkan umur dan berat badan
nutrisi yang adekuat.
Terapi simptomatik
kortikosteroid untuk mengurangi edema saluran
nafas dexamethason dengan dosis 0,3-0,5
mg/KgBB/hari dalam 3 dosis selama 2-3
Antibiotika profilaksis
antibiotik nonalergik seperti kloramphenikol,
eritomisin, dan gentamisin.
BAB III
PERMASALAHAN
Apakah diagnosis pada kasus ini sudah
tepat?
Apakah penatalaksanaan pada kasus ini
sudah tepat?
BAB IV ANALISIS KASUS
Seorang penderita laki-laki berusia 4 bulan datang
dengan keluhan utama sesak nafas. Dari anamnesis
didapatkan adanya riwayat batuk berdahak dan pilek
yang disertai demam yang tidak terlalu tinggi selama 2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Kemudian 1
minggu sebelum masuk rumah sakit penderita masih
mengalami batuk dan pilek serta sesak nafas. Sesak
tidak dipengaruhi oleh aktivitas, posisi, dan cuaca. Sesak
disertai dengan nafas berbunyi, wajah tidak pucat, bibir
biru tidak ada. Penderita masih demam tidak terlalu
tinggi, tidak terus-menerus, dan tidak disertai menggigil,
kejang, serta bintik-bintik merah di kulit. Seterusnya 1
hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas, batuk dan
pilek penderita bertambah berat sehingga dirawat di
Rsud Bari. Dari anamnesis, didapatkan gejala-gejala
yang mengarah pada diagnosis bronkiolitis akut yaitu
didapatkan adanya sesak nafas untuk pertama kali yang
timbul tiba-tiba setelah adanya demam yang tidak
terlalu tinggi disertai batuk dan pilek.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya
leukositosis (leukosit= 18.200/mm2), sehingga diduga adanya
infeksi sekunder yang mengarah kepada bronkopneumonia.
Dengan demikian, diagnosis penderita ini adalah bronkiolitis
akut dengan infeksi sekunder. Maka penatalaksanaan pada
penderita ini adalah dengan pemberian oksigenasi dengan O 2
nasal 2 liter/menit, pemberian cairan dan elektrolit Dekstrose
5% dikombinasi dengan NaCl 15% 6 cc gtt 20/menit (mikro)
dengan jumlah cairan 590 cc dalam 24 jam, pemberian
kortikosteroid dengan tujuan mengurangi edema, dan antibiotik
profilaksis yakni kloramphenikol. Namun dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan adanya leukositosis sehingga diduga
adanya infeksi sekunder yang mengarah pada
bronkopneumonia, sehingga pemberian kortikosteroid dihentikan
dan diberikan antobiotik polifragmasi yakni kombinasi ampicilin
dan kloramphenikol. Penderita juga dinebulizer dengan Ventolin
1amp + NaCl 0,9% 2cc 3 kali dan dianjurkan suction berkala.
Prognosis penderita ini baik quo ad vitam dan quo ad
functionam adalah bonam.
KESIMPULAN