Anda di halaman 1dari 28

FARMAKOTERAPI

TERAPAN 2
KASUS
Pasien Gangguan Ginjal

Kelompok 10 :
1. Citra Humairoh Uzra
(1641012322)
2. Tia Mahniar (1641013334)
3. Rudi Pranata
(1641012336)
4. Reisha Gemeidiya
(16410123)
Uraian Kasus
Ny. S 50 tahun masuk ke Rumah Sakit
RSUD Arifin Achmad karena penyakit
ginjal yang dialaminya yang diawali
dengan sakit pinggang. Keluarga klien
mengatakan mengatakan klien
mempunyai riwayat Diabetes Mellitus
sejak 2 tahun yang lalu. Kondisi klien
semakin lama semakin memburuk
sehingga keluarga membawa klien
kerumah sakit. Saat ini klien mengeluh
mual sehingga tidak nafsu makan dan
juga sering mengalami muntah, tubuh
klien terlihat lemah, pucat, kulit kering
Subyektif
Keluhan
yang di
Diagnosa
rasa: Mual,
utama:
lemas,
CRF
sakit di ulu
hati
Riwayat Diagnosa
penyakit: Seorang
lain : DM II
DM sejak 2 wanita 50 NO, ISK
tahun yang tahun, TB : dan
lalu 165 cm, BB : Hipertensi
70 kg,
masuk
kerumah
sakit.

Identitas Pasien
Obyektif
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Hasil Nilai Normal
Albumin 1,89 g/dL 3,8 5,1 gr/dl
Kolesterol 175 mg/dL 150-250 mg/dL
Trigliserida 163 mg/dL 40-155 mg/dL
BUN 74.4 mg/dL < 50 mg/dL
Kreatinin 7,2 mg/dL 0,5 1,2 mg/dl
(darah)

Glukosa 253 mg/dL 70 -110 mg/dl


(puasa)

Natrium 129 mmol/L 135-145 mEq/L


Kalium 4,51 mmol/L 3,5 5,0 mEq/L
Chlorida 90 mmol/L 95-105 mEq/L
Pemeriksaan
Biologi
Bahan:
Urine
Jenis Kuman:E.
Coli,S. Epidermidis
Pengecekan TD
TD : 180/80 mmHg
Analisis Kasus
Menghitung Kreatinin Klirens Pasien (Bauer,
2006) :
Diket :
- Usia: 52 tahun
-BB: 70 kg
- SCr: 7,2 mg/dL

* Persamaan Cockroft-Gault :
ClCr=(140 usia) x IBWx (0,85 jika wanita)
72 x SCr
ClCr=(140-52) x 59,3x 0,85
72 x 7,2
ClCr= 8,56 ml/menit
GFR = 186 x (SCr)-1,154x (Usia)-0,203x
(0,742 jika wanita) x 1,210 (jika
kulit hitam)

Pasien dianggap berkulit putih:


GFR = 186 x (SCr)-1,154x (Usia)-0,203x
0,742
= 186 x (7,2)-1,154x (52)-0,203x
0,742
= 6, 34%

Perhitungan GFR
(Glomerulus Filtration Rate)
Penyakit ginjal kronis dapat menjadi
5 tahap, yaitu :

Stadium 1: Kerusakan ginjal dengan GFR


yang normal atau baru sedikit menurun
(GFR 90).
Stadium 2 : Kerusakan ginjal dengan
penurunan GFR yang ringan (GFR 60-89).
Stadium 3 : Kerusakan ginjal dengan
penurunan GFR yang sedang (GFR 30-
59).
Stadium 4 : Penurunan GFR yang berat
(GFR 15-29).
Stadium 5 : Penyakit ginjal stadium akhir
(GFR 15) yang memerlukan cuci darah
atau cangkok ginjal
Assesment
Berdasarkan kadar kreatinin, BUN, ClCr(8,56 ml/menit) dan GFR
6,34% maka pasien di diagnosa mengalami gagal ginjal
kronik(CRF) stadium 5. Gagal ginjal kronik yang dialami
pasien dikarenakan adanya riwayat penyakit penyerta yang
1 dapat memicu kerusakan nefron-nefron ginjal seperti diabetes
dan hipertensi

Pasien menderita DM tipe II yang didasarkan pada


kadar glukosa yang melebihi batas normal (253
mg/dL) dan riwayat penyakit pasien yaitu menderita
2 diabetes mellitus tipe II NO selama 2 tahun.

Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi terhadap


sampel urine dan ditemukan kumanE.colidanS.
Epidermidismaka pasien di diagnosa menderita
3 infeksi saluran kemih.
Planning
Menurunkan kadar glukosa
darah
Sasaran Menurunkan tekanan darah
Terapi Mengobati infeksi saluran kemih
Mengatasi symptom mual, lemas
dan sakit di ulu hati
Menurunkan kadar trigliserid
dengan terapi non farmakologi
Mempertahankan fungsi ginjal.
Tujuan Terapi
Jangka Panjang :
Jangka pendek :
1. Menurunkan tekanan darah.
1. Mempertahankan
2. Menurunkan kadar glukosa fungsi ginjal agar dapat
darah. berfungsi seoptimal
3. Mengatasi symptom mungkin.
(keluhan) yang dirasakan 2. Meningkatkan kualitas
pasien yaitu mual, lemas dan
hidup pasien.
sakit di ulu hati.
4. Mengatasi infeksi saluran 3. Mempertahankan kadar
kemih. tekanan darah dan
5. Meningkatkan kadar albumin glukosa darah dalam
pasien untuk mengatur batas normal. untuk
tekanan osmotik di dalam mencegah agar kondisi
darah (mempertahankan
volume darah).
tidak bertambah buruk.
Terapi Farmakologi
Terapi Non-Farmakologi
Tujuan : membantu mempertahankan fungsi ginjal yang
telah menurun dan mengatur diet yang diperlukan pasien

1. Dialisis (cuci darah) dilakukan dengan frekuensi minimal


2-3 kali seminggu, lamanya cuci darah minimal 4-5 jam
untuk setiap kali tindakan. Dialisis dilakukan pada gagal
ginjal kronis pada stadium akhir dimana GFR nya < 15
ml/menit.
2. Membatasi asupan natrium (garam). Asupan Na yang
dianjurkan bagi pasien yang menjalani cuci darah adalah
800-100 mmol (1840-2300 mg Na) atau 4,5-5,8 g NaCl
3. Membatasi asupan kalium hingga 50-60 mmol/hari atau
sekitar 3 g per hari. Untuk pasien yang menjalani cuci
darah adalah 1 mmol (39 mg kalium).
4. Cukup asupan cairan (cukup minum) menurut keadaan
ginjal dan jumlah produksi air seni.
5. Pengaturan keseluruhan asupan energi dari makanan.
6. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat besi sekitar 15 mg
seperti protein hewani (daging merah dan
hati), karena pada protein hewani banyak
mengandung asam amino essensial yang
penting untuk tubuh .
7. Menghindari stress fisik dan mental karena
dapat meningkatkan tekanan darah dan gula
darah.
8. Melakukan olahraga rutin yang ringan seperti
jalan di pagi hari selama jam
Terapi Farmakologi (Obat)
Captopril (ACE Inhibitor)
ACE Inh merupakan antihipertensi
yang efektif dan efek sampingnya dapat
ditoleransi dengan baik. Captopril juga
dikenal sebagairenoprotectordan captopril
tidak hanya dapat menurunkan tekanan
darah tetapi juga dapat memperbaiki
fungsi glomerulus ginjal. Kenaikan tekanan
darah pada pasien gagal ginjal dapat
terjadi karena ginjal yang sakit akan
mengeluarkan suatu zat yang dinamakan
rennin. Rennin ini akan memicu produksi
angiotensin dan aldosteron (hormon yang
dihasilkan oleh anak ginjal/kelenjar
Lanjutan
Namun reaksi ini terkadang juga merupakan reaksi
kompensasi tubuh pada saat tekanan darah menurun
pada kondisi gagal ginjal, sehingga ginjal mengeluarkan
rennin untuk menjaga kesetimbangan di dalam tubuh
oleh karena itu pada beberapa kasus penggunaan
Pada kasus
captopril pada gagal ginjal ini tetap digunakan
merupakan captoril
kontra indikasi
karena dapatkarena tekanan
menghambat darah yangrennin.
pembentukan tinggi (180/80
mmHg) dan kenaikan TD ini bukan
merupakan suatu reaksi kompensasi lagi.
Penggunaan captopril menurut JNC VII jika
nilai GFR < 50 ml/mnt maka perlu dilakukan
penurunan interval dosis.

Pada kasus ini dosis yang dianjurkan


dengan mengatur interval dosis adalah 12,5
mg 1 x sehari yang di minum 2 jam setelah
Insulatard HM
(Insulin kerja sedang mula kerja
singkat)
Pada pasien gagal ginjal penggunaan
antidiabetik oral merupakan kontra
indikasi. Pemberian insulin
ditujukanuntuk meringankan beban
kerja ginjal karena obat-obat yang
diberikan per oral. Lama kerja insulatard Infus
HM ini adalah selama 14-24 jam. Pada Dekstrose
kasusPada pemberian
ini dosis insulin harus
yang disarankan disertai pemberian
adalah 5%
infus 2dextrose.
40 UI/ml Karena
kali sehari SC pemberian
digunakan infus dekstrose
dan sarapan.
sebelum regular insulin bukan hanya dapat
mengendalikan gula darah tetapi juga akan
menurunkan kadar kalium, karena gula yang dibawa
masuk oleh insulin ke dalam sel akan membawa
kembali ion kalium yang seharusnya berada di
dalam sel. Selain itu infus ini ditujukan untuk
menambah kalori di dalam tubuh yang banyak
Ampicillin trihidrat (Antibiotik golongan
penicillin)
Merupakan antibiotik spektrum luas dengan
mekanisme kerja menghambat pembentukan
mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel bakteri. Indikasi penggunaannya
adalah untuk infeksi saluran kemih, otitis
media, sinusitis, bronchitis
kronis,salmonellosis invasive, gonorhoe. Pada
kasus ini dianjurkan penggunaan ampicillin
Selama pemberian
diberikan secara parenteral antibiotik
yaitu secara IM ini
dengan dosis 500 perlu di 8
mg tiap monitor
jam. terhadap efektivitas
terapi dan jika ternyata pasien
mengalami resistensi maka antibiotik
dapat diganti dengan amoxicillin.
Antibiotik yang tidak dianjurkan untuk
gagal ginjal adalah golongan
aminoglikosida, sefalosporin karena
Penggunaan obat-obat seperti
captopril, insulin dan ampicillin
diberikan sebaiknya setelah tindakan
hemodialisa selesai dilakukan,
karena dikhawatirkan obat-obat
tersebut ikut tersaring keluar dari
tubuh jika obat-obat tersebut
memiliki sifat larut dalam air (darah).
Hemodialisis
merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak
dipilih oleh para penderita gagal ginjal kronik. Pada prinsipnya
terapi hemodialisa adalah untuk menggantikan kerja dari ginjal
yaitu menyaring dan membuang sisa-sisa metabolisme dan
kelebihan cairan dari dalam tubuh, menyeimbangkan unsur
kimiawi dalam tubuh serta membantu menjaga tekanan darah.
Tindakan ini dibutuhkan apabila fungsi ginjal seseorang telah
mencapai tingkatan akhir (stadium 5) dari gagal ginjal kronik.
Tujuan dari hemodialisa adalahmembuang produk metabolisme
protein seperti urea, kreatinin dan asam urat, membuang
kelebihan air, mempertahankan atau mengembalikan sistem
buffer tubuh, mempertahankan atau mengembalikan kadar
elektrolit tubuh dan memperbaiki status kesehatan penderita.
Hemodialisis dilakukan dengan frekuensi minimal 2-3 kali dalam 1
minggu yang lamanya 4-5 jam setiap kali tindakan hemodialisa.
Tindakan monitoring dilakukan setelah
hemodialisa selesai dilakukan yaitu di evaluasi
tanda-tanda vital dan data laboratorium setelah
melakukan cuci darah, dilihat kadar apa saja
yang mengalami penurunan atau mengalami
kenaikan, jika ada tekanan darah menurun maka
penggunaan antihipertensi dihentikan dahulu,
jika kadar albumin dan hemoglobin mengalami
penurunan maka dapat diberikan infus albumin
untuk segera menaikkan kadarnya dan diberikan
juga asam folat, karena salah satu efek samping
dari hemodialisa adalah ikut larutnya asam folat
dan protein dari dalam tubuh sehingga dapat
mengakibatkan tekanan darah menjadi turun.
Monitoring juga dilakukan pada penggunaan
captopril selama 3 kali penggunaan obat tidak
memberikan respon farmakologi yang baik maka
dilakukan peningkatan dosis namun interval
Perlu dilakukan monitoring pula terhadap kadar
albumin, kadar trigliserid dan keluhan lemas yang
semula hanya diberikan terapi secara non
farmakologi. Jika setelah dimonitoring tidak
mengalami perbaikan maka dapat dilakukan terapi
dengan obat seperti pemberian infus albumin,
pemberian obat antikolesterol seperti fibrat dan
pemberian suplemen zat besi dan asam folat.

Tindakan hemodialisa dapat dilakukan


dengan mempertimbangkan kondisi pasien
antara lain jika kondisi pasiendrop, terjadi
hiperkalemia, status urin pasien (ureum
tinggi), pasien mengalami udem paru
(ditandai dengan sesak nafas), dan pasien
mengalami kelebihan cairan di dalam tubuh
yang ditandai dengan edema pada kaki.

Anda mungkin juga menyukai