Presentasi Kasus Maya
Presentasi Kasus Maya
PENATALAKSANAAN ANESTESI
REGIONAL PADA WANITA 36 TAHUN
DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT
KETUBAN PECAH DINI 8 JAM PADA
MULTIGRAVIDA HAMIL ATERM BELUM
DALAM PERSALINAN RIWAYAT
SECTIO CAESAR
Pembimbing: Oleh :
dr. RTh. Supraptomo, Maya Diyaswari
Sp.An G99112094
Pendahuluan
Anestesi spinal merupakan salah satu macam anestesi
regional. Efek anestesi tercapai setelah 20 menit, mungkin
akibat difusi pada ruang epidural. Indikasi penggunaan
anestesi spinal salah satunya adalah tindakan pada bedah
obstetri dan ginekologi
Nyeri karena persalinan terjadi karena kontraksi uterus,
dilatasi servik, selain itu, tindakan dalam persalinan seperti
ekstraksi cunam, vakum, versi dalam, versi luar, dan bedah
caesar juga menimbulkan nyeri sehingga membutuhkan
anestesi.
Beberapa komplikasi akut preeklampsia, yaitu eklampsia,
sindroma HELLP (hemolisis, elevasi enzim hati, penurunan
platelet), ruptur hepar, edema pulmonal, gagal ginjal,
koagulopati intravaskular diseminasi, kedaruratan
hipertensi dan hipertensi ensefalopati serta kebutaan
kortikal.
Tinjauan Pustaka
PERSIAPAN PRA ANESTESI
Tujuan pra anestesi adalah:
Mempersiapkan mental dan fisik secara
optimal.
Merencanakan dan memilih teknik serta obat-
obat anestesi yang sesuai dengan fisik dan
kehendak pasien
Status Fisik : Klasifikasi ASA (American Society
Anesthesiology):
ASA I : Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa disertai kelainan
faali,biokimiawi,dan psikiatris. Angka mortalitas 2%.
ASA II : Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedang
sebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis. Angka mortalitas 16%.
ASA III :Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas harian
terbatas. Angka mortalitas 38%.
ASA IV :Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, tidak
selalu sembuh dengan operasi. Misal : insufisiensi fungsi organ, angina menetap.
Angka mortalitas 68%.
ASA V :Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tindakan operasi hampir tak ada
harapan. Tidak diharapkan hidup dalam 24 jam tanpa operasi / dengan operasi.
Angka mortalitas 98%.
ASA VI : Pasien mati otak yang organ tubuhnya akan diambil (didonorkan)
Untuk operasi cito, ASA ditambah huruf E (Emergency) terdiri dari kegawatan otak,
jantung, paru, ibu dan anak.
PREMEDIKASI ANESTESI
Bupivakain (Decain, Marcain) adalah derivat butil yang 3 kali lebih kuat
dan bersifat long acting (5-8 jam). Obat ini terutama digunakan untuk
anestesi daerah luas (larutan 0,25%-0,5%) dikombinasi dengan
adrenalin 1:200.000, derajat relaksasinya terhadap otot tergantung
terhadap kadarnya. Plasma t1/2 1,5-5,5 jam. Untuk kehamilan, sama
dengan mepivakain dapat digunakan selama kehamilan dengan kadar
2,5-5 mg/ml. Dari semua anestetika lokal, bupivakain adalah yang
paling sedikit melintasi plasenta.
Berat jenis cairan serebrospinalis (CSS) pada suhu 37oC adalah 1,003-
1,008. Anestesi lokal dengan berat jenis yang sama dengan CSS
disebut isobarik sedangkan yang lebih berat dari CSS adalah hiperbarik.
Anestesi lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik yang
diperoleh dengan mencampur anestesi lokal dengan dekstrosa.
Fentanyl adalah obat dengan masa kerja
pendek namun mula kerja cepat, sekitar 2
menit. Efek fentanyl dapat mengakibatkan
amnesia, hipnosis dan analgesi yang
memuaskan. Curah jantung semenit menurun
dan resistensi pembuluh darah sistemik
meningkat pada permulaan yang akan kembali
normal bila anestesi diteruskan.
Apneu dapat terjadi karena depresi SSP,
namun dapat diatasi dengan mengontrol dan
memimpin pernafasan. Kadang-kadang dapat
timbul mual muntah dan menggigil pasca
bedah, juga dapat timbul gejala ekstrapiramidal.
Ondansentron merupakan suatu antagonis 5-HT3 yang
sangat efektif yang dapat menekan mual dan muntah karena
sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi. Ondansetron
mempercepat pengosongan lambung, bila kecepatan
pengosongan basal rendah. Tetapi waktu transit saluran cerna
memanjang sehingga dapat terjadi konstipasi.
Ondansentron dieliminasi dengan cepat dari tubuh.
Metabolisme obat ini terutama secara hidroksilasi dan
konjugasi dengan glukonida atau sulfat dalam hati.
Ondansentron digunakan pada kondisi mual muntah karena
kemoterapi, radioterapi ataupun pasc operasi. Dosis untuk
pengobatan atau pencegahan mual muntah pre/pasca
operasi yaitu 4-8 mg/IM sebagai dosis tunggal atau IV
perlahan-lahan.
Keuntungan dan kerugian anestesi spinal :
Keuntungan
Respirasi spontan
Lebih murah
Ideal untuk pasien kondisi fit
Sedikit resiko muntah yang dapat menyebabkan aspirasi paru
pada pasien dengan perut penuh
Tidak memerlukan intubasi
Pengaruh terhadap biokimiawi tubuh minimal
Fungsi usus cepat kembali
Tidak ada bahaya ledakan
Observasi dan perawatan post operatif lebih ringan
Kerugian
Efeknya terhadap sistem kardiovaskuler lebih dari general sistem
Menyebabkan post operatif headache.
Komplikasi tindakan anestesi spinal
a. Hipotensi :
Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan
pemberian cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
b. Blokade Spinal total :
Penyebab tersering, oleh karena pemberian dosis agen analgesia jauh melebihi
toleransi oleh wanita hamil. Hipotensi dan apneu cepat timbul dan harus segera
diatasi untuk mencegah henti jantung.
c. Sakit kepala spinal (Pasca pungsi) :
Kebocoran cairan serebrospinal dari tempat pungsi meninges dianggap merupakan
faktor utama timbulnya sakit kepala.
d. Disfungsi kandung kencing
Dengan anelgesi spinal, sensasi kandung kencing mungkin dilumpuhkan dan
pengosongan kandung kencing terganggu selama beberapa jam setelah persalinan.
Akibatnya, distensi kandung kencing sering merupakan komplikasi masa nifas.
e. Bradikardi.
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi akibat blok sampai T-
2Hipoventilasi
f. Akibat paralisis saraf phrenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas
g. Trauma pembuluh darah dan trauma saraf
h. Arakhnoiditis dan meningitis
Penatalaksanaan
Hidrasi akut
Pemberian Vasopressor
Pemberian efedrin, seringkali dipakai untuk pencegahan maupun
terapi hipotensi pada pasien kebidanan.
Pemberian oksigen
Apabila terjadi hipoventilasi baik oleh obat obat narkotik, anestesi
umum maupun lokal, maka akan mudah terjadi hipoksemia yang
berat..
Terapi Cairan
Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati
jumlah dan komposisi cairan yang hilang. Terapi cairan perioperatif bertujuan
untuk :
Memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang selama
operasi.
Mengatasi syok dan kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang
diberikan.
Pemberian cairan operasi dibagi :
1. Pra operasi
Dapat terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah, penghisapan isi
lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga seperti pada ileus obstruktif,
perdarahan, luka bakar dan lain-lain. Kebutuhan cairan untuk dewasa dalam 24 jam
adalah 2 ml / kg BB / jam. Setiap kenaikan suhu 10 Celcius kebutuhan cairan
bertambah 10-15 %.
2. Selama operasi
Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhan cairan pada
dewasa untuk operasi :
Ringan = 4 ml / kgBB/jam
Sedang = 6 ml / kgBB/jam
Berat = 8 ml / kgBB/jam
Bila terjadi perdarahan selama operasi, di mana perdarahan kurang dari 10 % EBV
maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3 kali volume darah yang
hilang. Apabila perdarahan lebih dari 10 % maka dapat dipertimbangkan pemberian
plasma / koloid / dekstran dengan dosis 1-2 kali darah yang hilang.
3. Setelah operasi
Pemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan selama
operasi ditambah kebutuhan sehari-hari pasien.
PEMULIHAN
Kesimpulan :
Kelainan sistemik :()
Kegawatan :(+)
Status fisik ASA : II E
RENCANA ANESTESI
Persiapan Operasi
Persetujuan operasi tertulis (+)
Puasa > 6 jam
Infus RL 30 tetes /menit
Tranfusi 1 kolf PRC
Jenis Anestesi : Regional Anestesi
Teknik Anestesi: Sub arachnoid spinal anestesi
Premedikasi : Ondancentron 4 mg
Analgesi spinal: bupivakain 10 mg, fentanyl 25 g
Maintenance : O2 3 lt/menit
Monitoring : tanda vital selama operasi tiap 5 menit,kedalaman
anestesi, cairan, perdarahan.
Perawatan pasca anestesi di ruang pemulihan
TATALAKSANA ANESTESI