Anda di halaman 1dari 23

PERMENKES TENTANG

REGISTRASI DAN PRAKTIK BIDAN

OLEH : BERTI,SKM, M.kes


Pencatatan dan pelaporan
Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010
Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin
dan penyelenggaraan praktik bidan pada bab VI pasal 20 mengenai pencatatan dan
pelaporan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

a.Pasal 20
1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan

pelayananyangdiberikan.
2)Pelaporansebagaimanadimaksudpadaayat(1)ditujukankePuskesmaswilayahtempatpraktik.

3) Dikecualikandariketentuansebagaimanadimaksudpadaayat(2)untukbidanyangbekerjadi

fasilitaspelayanankesehatan.
Lanjutan
Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/2002
sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI NO.900/MENKES/2002
tentang Registrasi dan Praktik Bidan pada bab VI pasal 27 mengenai pencatatan
dan pelaporan, yang mana bunyi pasal tersebul ialah :
a.Pasal 27
1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencacatan dan pelaporan

sesuaidenganpelayananyangdiberikan.
2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan ke puskesmasdan

tembusankeepaladinaskesehatankabupaten/kotasetempat
3) Pencatatan dan peaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam

lampiranIVkeputusanini.
Pembimbingan dan pengawasan
Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010
Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktek bidan pada Bab V pasal 20 sampai pasal 24 mengenai pembimbingan
dan pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

a)Pasal 20
1) PemerintahdanPemerintahDaerahmelakukanpembinaandanpengawasandan

mengikutsertakanorganisasi profesi.
2) Pembinaandanpengawasansebagaimanadimaksudpadaayat(1)diarahkan

untukmeningkatkanmutupelayanan,keselamatanpasiendanmelindungi
masyarakatterhadapsegalakemungkinanyangdapatmenimbulkanbahayabagi
kesehatan
Lanjutan
b)Pasal 21
1) Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota melakukan pembinaan

dan pengawasan dengan mengikut sertakan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Majelis Tenaga
KesehatanProvinsi,organisasiprofesidanasosiasiinstitusipendidikanyangbersangkutan.
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan

mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang
dapatmenimbulkanbahayabagikesehatan.
3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota harus melaksanakan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraanpraktikbidan.
4) Dalampelaksanaantugassebagaimanadimaksudpadaayat(1),KepalaDinasKesehatanKabupaten/

Kotaharusmembuatpemetaantenagabidanpraktikmandiridanbidandidesasertamenetapkandokter
puskesmasterdekatuntukpelaksanaantugassuperviseterhadapbidandiwilayahtersebut.
Lanjutan
c)Pasal 22

1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib


melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap
triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kotadengantembusankepadaorganisasiprofesi.
Lanjutan
)Pasal 23
1) DalamrangkapelaksanaanpengawasansebagaimanadimaksuddalamPasal21,

Menteri,pemerintahdaerahprovinsi,danpemerintahdaerahkabupaten/kotadapat
memberikan tindakan administrative kepada bidan yang melakukan pelanggaran
terhadapketentuanpenyelenggaraanpraktikdalamPeraturanini.
2)Tindakanadministrativesebagaimanadimaksudpadaayat(1)dilakukanmelalui:

a.Teguranlisan;

b.Tegurantertulis;

c.pencabutanSIKB/SIPBuntuksementarapalinglama1(satu)tahun;atau

d.pencabutanSIKB/SIPBselamanya.

Pasal 24
1) Pemerintah daerah kabupaten / kota dapat memberikan sanksi berupa

rekomendasi pencabutan surat izin / STR kepada kepala dinas kesehatan


privinsi / majelis tenaga kesehatan Indonesia (MTKI) terhadapbidan yang
melakukan praktik tanpa memiliki SIPB atau kerja tanpa memiliki SIKB
sebagaimanadimaksuddalampasal3ayat(1)dan(2).
2) Pemerintahdaerahkabupaten/kotadapatmengenakansanksiteguran

lisan, teguran sementara / tetap kepada pimpinan fasilitas pelayanan


kesehatanyangmempekerjakanbidanyangtidakmempunyaiSIKB.
Pembimbingan dan pengawasan
2 Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002


tentang registrasi dan praktek bidan pada Bab VIII
pasal 31 sampai pasal 41 mengenai pembimbingan
dan pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebul
ialah :
..
.Pasal 31
1) Bidan wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya

ditetapkanolehorganisasiprofesi.
2) Angkakreditsebagaimanadimaksudpadaayat(1)dikumpulkandari

angka kegiatan pendidikan dan kegiatan ilmiah dan pengabdian


masyarakat.
3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsur

sebagaimanadimaksudpadaayat(2)ditetapkanolehorganisasiprofesi.
4) Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan
mendorong para anggotanya untuk dapat mencapai angka kredit yang
ditentukan.
.
.Pasal 32
Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan
yang melakukan praktik dan yang berhenti
melakukan praktik pada saran kesehatannya kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusankepadaorganisasiprofesi.
.

c.Pasal 33
1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau

organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan


pengawasan terhadap bidan yang melakukan praktik
diwilayahnya.
2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui


pemantauan yang hasilnya dibahas secara periodik
sekurang-kurangnya1(satu)kalidalam1(satu)tahun.
.
d. Pasal 34

Selama menjalankan praktik seorang Bidan wajib mentaati semua peraturan


perundang-undanganyangberlaku.

e. Pasal 35

1) Bidandalammelakukanpraktikdilarang:

a. Menjalankanpraktikapabilatidaksesuaidenganketentuanyangtercantumdalam

izinpraktik.
b. Melakukanperbuatanyangbertentangandenganstandarprofesi.

2) Bagi bidan yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau


menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikandarilarangansebagaimanadimaksudpadaayat(1)butira.
.

f. Pasal 36

1) KepalaDinasKesehatanKabupaten/Kotadapatmemberikanperingatanlisanatau

tertuliskepadabidanyangmelakukanpelanggaranterhadapKeputusanini.
2) Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

palingbanyak3(tiga)kalidanapabilaperingatantersebuttidakdiindahkan,Kepala
DinasKesehatanKabupaten/KotadapatmencabutSIPBBidanyangbersangkutan.

g. Pasal 37

Sebelum Keputusan pencabutan SIPB ditetapkan, Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etika
PelayananMedis(MP2EPM)sesuaiperaturanperundang-undanganyangberlaku.
.

. Pasal 38

1) Keputusan pencabutan SIPB disampaikan kepada bidan yang bersangkutan dalam waktu

selambat-lambatnya14(empatbelas)hariterhitungsejakkeputusanditetapkan.
2) DalamKeputusansebagaimanadimaksudpadaayat(1)disebutkanlamapencabutanSIPB.

3) TerhadappencabutanSIPBsebagaimanadimaksudpadaayat(1)dapatdiajukankeberatan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah
Keputusan diterima, apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari tidak diajukan keberatan,
makakeputusantersebutdinyatakanmempunyaikekuatanhukumtetap.
4) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi memutuskan ditingkat pertama dan terakhir semua

keberatanmengenaipencabutanSIPB.
5) Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempuh, Pengadilan

TataUsahaNegaratidakberwenangmengadilisengketatersebutsesuaidenganmaksudPasal
48UndangundangNomor5Tahun1986tentangPengadilanTataUsahaNegara.
.
. Pasal 39

Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap


pencabutan SIPB kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat
dengantembusankepadaorganisasiprofesisetempat.
j. Pasal 40

1) Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan nasional Menteri


Kesehatandan/atauatasrekomendasiorganisasiprofesidapatmencabut
untuk sementara SIPB bidan yang melanggar ketentuan peraturan
perundangundanganyangberlaku
2) Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

selanjutnyadiprosessesuaidenganketentuanKeputusanini.
.
. Pasal 41

1) Dalamrangkapembinaandanpengawasan,KepalaDinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dapat membentuk Tim/Panitia


yang bertugas melakukan pemantauan pelaksanaan praktik
bidandiwilayahnya.
2) Tim/Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

dari unsur pemerintah, Ikatan Bidan Indonesia dan profesi


kesehatanterkaitlainnya.
Ketentuan pidana praktek bidan
Ketentuan Pidana Praktik Bidan
2.3.1 Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002
Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan
pada Bab IX pasal 42 sampai pasal 44 mengenai ketentuan pidana, yang mana bunyi
pasal tersebul ialah :

a)Pasal 42
Bidanyangdengansengaja:

a.melakukanpraktikkebidanantanpamendapatpengakuan/adaptasisebagaimanadimaksud

dalamPasal6dan/atau;
b.melakukanpraktikkebidanantanpaizinsebagaimanadimaksuddalamPasal9

c.melakukanpraktikkebidanantidaksesuaidenganketentuansebagaimanadimaksuddalam

Pasal25ayat(1)ayat(2);dipidanasesuaiketentuanPasal35PeraturanPemerintahNomor32
Tahun1996tentangTenagaKesehatan.
.
)Pasal 44
1.Dengantidakmengurangisanksisebagaimanadimaksuddalam

Pasal42,Bidanyangmelakukanpelanggaranterhadapketentuan
yangdiaturdalamKeputusaninidapatdikenakantindakandisiplin
berupateguranlisan,tegurantertulissampaidenganpencabutanizin.
2.Pengambilantindakandisiplinsebagaimanadimaksudpadaayat

(1)dilaksanakansesuaiketentuanperaturanperundang-undangan
yangberlaku.
Ketentuan peralihan
Ketentuan Peralihan
2.4.1Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010
Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktek bidan pada Bab VI pasal 25 sampai pasal 28 mengenai ketentuan peralihan
tentang surat penugasan dan ijin praktek. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :
a.Pasal 25
1) Bidan yang telah mempunyai SIPB berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor900/Menkes/SK/VII/2002tentangRegistrasidanPraktikBidandanPeraturan
Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/149/1/2010 tentang Izin dan
PenyelenggaraanPraktikBidandinyatakantelahmemilikiSIPBberdasarkanPeraturanini
sampaidenganmasaberlakunyaberakhir.
2) Bidansebagaimanadimaksudpadaayat(1)harusmemperbaharuiSIPBapabila

SuratIzinBidanyangbersangkutantelahhabisjangkawaktunya,berdasarkan
Peraturanini
.
b.Pasal 26

Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Tenaga


Kesehatan Provinsi (MTKP) belum dibentuk dan / atau belum dapat
melaksanakan tugasnya. maka, registrasi bidan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002
tentangRegistrasidanPraktikBidan.

c.Pasal 27
Bidanyangtelahmelaksanakankerjadifasilitaspelayanankesehatansebelum

ditetapkan Peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan Peraturan ini paling
selambat-lambatnya1(satu)tahunsejakPeraturaniniditetapkan.
.
d.Pasal 28
Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D
III) Kebidanan yang menjalankan praktik mandiri
harusmenyesuaikan dengan ketentuan Peraturan ini
selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak
Peraturaniniditetapkan.
.

Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002
Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktek bidan pada Bab XI pasal 45 mengenai ketentuan perlihan, yang mana
bunyi pasal tersebul ialah :

a) Pasal 45

1) Bidan yang tidak mempunyai surat penugasan dan SIPB berdasarkan


Peraturan Mentri Kesehatan no 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang registrasi dan


praktek bidan dianggap telah memiliki SIB dan SIPBberdasarkan ketentuan.
2) SIB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima)

tahun dan apabila telah habis, maka masa berlakunya dapat di perbaharui
sesuai ketentuan keputusan ini.

Anda mungkin juga menyukai