Anda di halaman 1dari 75

ETIKA dan PENDIDIKAN MORAL

Etika dekat moral. Lawrence Konhberg


(1927-1987), menyatakan bahwa pendidikan
moral merupakan integrasi berbagai ilmu
seperti psikologi, sosiologi,
antropologi budaya, filsafat, ilmu pendidikan,
bahkan ilmu politik.
Dengan demikian kita jadi mafhum bahwa
membangun etika adalah pekerjaan maha
rumit. Dari penelitian ilmiah 30 tahun sejak
menjadi Ph. D., beberapa hal penting
untuk dicatat adalah :
a. Empat keutamaan pokok adalah
keberanian, keadilan,
kesederhanaan dan kebijaksanaan.

b. Kebajikan utama bagi setiap pribadi dan


masyarakat adalah keadilan (Plato,
Sokrates, Aristetoles, Emmanual Kant,
Dewey, G.H. Mead, Durkheim, Piaget, J.
Rawls, J. Harbemas). Inti keadilan adalah
persamaan dan reprositas.
c. Puncak kesadaran idealisme tahap 5
terjadi disekitar umur 16 tahun, lebih
banyak dan menonjol di AS daripada di
Meksiko dan Taiwan. Studi menunjukkan
bahwa kaum muda yang memahami
keadilan dan bertindak lebih adil dan
membantu penciptaan iklim
moral yang lebih baik.
Hasil studi mengagetkan, tatkala terjadi
pergeseran beberapa obyek studi menjadi
hedoisme ketika mulai duduk di perguruan
tinggi. Hasil riset ini menunjukkan bahwa
pendidikan moral dan etika harus tuntas
sebelum umur enam belas, selebihnya
adalah pemeliharaan moral dan etika.
Kemungkinan keruntuhan pertama adalah di
perguruan tinggi (tugas pemeliharaan kritis
pertama oleh PT), kemungkinan kedua
tatkala selesai perguruan tinggi terjun ke
dunia nyata (tugas pemeliharaan kedua oleh
profesi).
d. Dalam diri setiap orang terdapat kumpulan
kebajikan. Tugas pendidikan adalah menarik
keluar nilai-nilai tersebut, tanpa indoktrinasi
sewenang-wenang nilai-nilai masyarakat yang
berlaku.

Diskusi menuntun (diskusi Sokratik) siswa ke


arah alamiahspontan, dalam lingkungan nyata,
dialog menarik keluar nilai-nilai baik dalam diri
seseorang. Alasan mengapa yang baik itu
diajarkan, adalah karena kita telah mengenalnya
samar-samar pada tingkatan yang rendah.
Dialog memangil keluar, bukan memberi
instruksi
keluar, agar tetap ada sepanjang hayat.
Instruksi moral justru akan membuat anak
menjadi buruk (Durkheim, 1960).
Kurikulum tersamar sepanjang pendidikan
berupa kehidupan kelopok lebih
mengembangkan watak moral.
e. Enam tahap perkembangan moral adalah :

1. Orientasi pada hukuman,ganjaran, kekuatan fisik,


material. Nilai manusiawi dan rasa hormat pada atasan
tak dipersoalkan.
2. Orientasi hedonistis hubungan antar manusia.
Perbuatan benar adalah perbuatan yang memuaskan
kebutuhan individu dan kadang-kadang orang lain.
Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan
formal di tempat umum, unsur kewajaran adalah
timbal balik, sampai pada : jika anda merugikan saya,
saya juga dapat merugikan anda. Tak ada persoalan
kesetiaan, rasa terima kasih dan keadilan.
3. Orientasi anak manis, mempertahankan
harapan kelompoknya, memperoleh
persetujuan kelompoknya, moral adalah
ikatan antar individu. Tingkah laku
konformitas dianggap tingkah laku wajar
dan baik.
4. Orientasi pada otoritas, hukum,
kewajiban untuk
mempertahankan tata tertib sosial,
religius, dll., yang dianggap sebagai nilai
utama.
5. Orientasi kontrak sosial, tekanan pada
persamaan derajad dan hak kewajiban
timbal balik atas tatanan bersifat
demokratis. Kesadaran akan relativitas
nilai dan pendapat pribadi, pengutamaan
pada prosedur & upaya mencapai
kesepakatan konstitusional dan
demokratis, kemudian diangkat sebagai
moralitas resmi kelompok tersebut.
6. Moralitas prinsip suara hati, individual,
komprehensif, dan universal. Memberi
nilai tertinggi pada hidup manusia,
persamaan derajad dan martabat.
f. Studi menunjukkan perkembangan moral
lambat bahkan pada kelompok ber-IQ tinggi.
Studi empiris psikologi tentang kejujuran,
Hartshorne & May (1928-1930) menemukan
(1) seluruh orang pernah menipu, (2)
penipuan yang sama belum tentu diulang, (3)
watak jujur juga pernah menipu pada situasi
tertentu, atau pernah menipu bukan berarti
tidak jujur, dan (4) bahwa mereka walaupun
pernah menipu, tetap menyatakan tidak
setuju pada moral penipuan.
KECERDASAN EMOSIONAL
Ringkasan dibawah ini disarikan dari judul
Kedunguan Perasaan karangan L.
Murbandono. Hs., yang saya kutip dari Kompas.
Buku Emotional Intelligence karangan Daniel
Goleman tergolong buku paling laris sepanjang
1995 / 1996, mulai diterjemahkan kebahasa lain
sejak juni 1996. manusia mempunyai kecerdasan
akal (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ).
Hasil riset
tersebut menyimpulkan bahwa manusia
bermutu mempunyai keseimbangan otak
dan hati nurani, makin penting karena
hubungan antar manusia kian rumit.

Sekolah masih memberi tekanan kuat pada


IQ, sementara pasar tenaga kerja
melakukan test kemampuan otak,
kecerdasan praktis, kemampuan bergaul
dan kecerdasan perasaan (EQ).
Test tersebut antara lain mencoba
mengukur (1) stabilitas ketenangan batin,
(2) kesadaran akan emosi sendiri, (3)
kesadaran emosi orang lain, (4)
kemampuan mengendalikan perasaan, (5)
semangat, optimisme dan kepercayaan
diri.
Lapisan otak emosional disebut limbish,
tempat kelahiran tiga emosi utama : ingin,
marah, cemas. Lapisan otak ini makin
canggih, karena kemampuan belajar dan
kemampuan mengingat manusia. Bagian otak
disebut neocortex bertugas membandingkan
dan nalar, ukuran relatifnya terbesar diantara
semua mahluk hidup. Dengan neocortex,
manusia dapat memikirkan dirinya dan
perasaannya sendiri. Maka muncullah
evaluasi diri sendiri, antara lain etika diri, rasa
diri mulia bila hasil pengukuran
menyenangkan.
Temuan studi yang kedua, evolusi otak
masih mencapai keadaan dimana limbish
lebih dominan dan unggul dalam
kapasitas, kemantapan dan kecepatan
melahirkan ribuan reaksi dari neocortex.
Otak rasional masih sering ragu dalam
menentukan ketepatan.
Ada delapan perasaan dasar yang
menguasai umat manusia, yaitu marah,
sedih, cemas, riang, cinta, kaget, benci,
dan malu. Tiap perasaan mempunyai
ragam lima sampai sepuluh sub perasaan,
sehingga ragamnya
antara 40 sampai 80 sub perasaan.
EQ seseorang disebut tinggi bila test 5 hal
sbb :
1. Mengenal perasaan sendiri, sebagai
modal mengarungi kehidupan, melakukan
keputusan dan memilih hal yang baik.
2. Mampu mengendallikan perasaan, tak
larut dalam kegembiraan, mata gelap,
putus asa / frustasi, takut / cemas atau
kesedihan, dan memperoleh kehidupan
yang tenang.
3. Mampu memanfaatkan perasaan untuk
tujjuan tertentu.
4. Mampu meperhatikan perasaan orang
lain, merasakan kebutuhan orang lain dan
menjadi sumber empati.
5. mampu mengendalikan perasaan orang
lain, modal pergaulan sosial, memperoleh
dukungan, popularitas baik dan pengakuan
sebagai pemimpin.
Carl Gustav Jung (1875) menyatakan,
semakin lama semakin jelas, bahwa bahaya
yang paling besar bukan kelaparan, gempa
bumi, bukan virus atau mikroba, tetapi
manusia sendiri. Dunia dapat menuju
kehancuran oleh
kekuatan irasional dahsyat berupa dunia
gelap alam-tak sadar kolektif. Dalam
pesimisme itu, jalan keluar hanyalah ;
manusia harus sadar akan dirinya sendiri.
Pada akhirnya, kemanusiaan dan tertib lahir-
batin bukan lagi sarana mencapai tujuan
bernegara, namun merupakan tujuan itu
sendiri.
Emmanuel Kant (1724-1804) kelihatan kurang
setuju akan teori relativitas etika moral
seharusnya diterapkan secara
nonsekuensialitas, tanpa kompromi dan
melihat kemungkinan dampaknya. Moral tak
boleh kontinjen terhadap situasi yang
mengelilinginya.
Tuhan mencipta kebebasan, maka
muncullah kewajiban memilih setiap detik
dari kehidupan kita. Etika bukan sisi
mewah dari kesadaran. Secara umum,
setiap insan harus membuat keputusan-
keputusan etika sepanjang hidupnya, baik
berpedoman suatu kebijakan tertulis atau
secara naluri.
Agar dapat melaksanakan keputusan etikal, harus
dipenuhi beberapa syarat :

1. Kemampuan individu tersebut mengindetifikasi


isu etikal dan memprediksi etikal dari suatu
keputusan.
2. Kemampuan melihat etika dari berbagai sudut
pandang dalam konteks zaman, waktu,
lingkungan (sospolbud), dan tempat.
3. Sedia menanggung akibat pribadi, atas
keputusan etikal tersebut. Misalnya, dikucilkan
oleh seluruh kelompok non-etikal (Hukum Adat
Kelompok).
Dr. Georges Endele dari Universitas Notre
Dame, Indiana, AS menyatakan adanya
empat elemen etika bisnis,yaitu :
1. moral sensibility (perasaan dan bisikan
hati, apakah suatu dijalankan secara
bermoral atau tidak bermoral),
2. moral reasoning (alasan meneruskan
atau menghentikan suatu bisnis),
3. moral conduct (tindakan berdasar dua
butir di depan) dan 4. moral leadership
PEMBAHASAN TENTANG ETIKA
Menurut Profesor Robert Salomon, etika
adalah (1) karakter individu, termasuk
pengertian orang baik, (2) hukum sosial
yang mengatur, mengendalikan,
membatasi prilaku kita. Hukum benar
salah, kita sebut moralitas.
Beberapa ahli filsafat memandang
moralitas terkait dengan nilai dan prilaku
manusia, dan etika adalah studi dibidang
tersebut. Etika atau moral, sering
dipertukarkan, merupakan bidang ilmu
filsafat dan psikologi, yang digunakan pula
oleh dunia bisnis. Inti etika berada didalam,
bukan penampakan luar, merupakan inti
masalah pembangunan, pembinaan,
pengawasan etika profesi oleh profesi.
Profesi hanya mampu mendeteksi gejala
penampakan etika, bahkan seringkali
terkontaminasi etiket (tata krama,
protokol). Kita wajib membelah etika,
etiket, hukum peraturan, budaya dan
kebiasaan.
Beberapa kualitas etika adalah sebagai
berikut :
a. Etika Kepribadian
Kelompok pertama adalah etika kepribadian, form over
substance, etika sandiwara atau hipokrisi, etiket.
Kualitas etika boleh pilih, tatkala secara aman kita kuat
dari etika, kita patahkan etika. Etika berwawasan
ekonomi, kepatuhan
minimum, kepatuhan tatkala menguntungkan.
Didalamnya termaktub rasa khawatir ketahuan dan
hukuman antar manusia.
Contoh : dalam perjanjian bertemu dengan orang
penting, harus tepat waktu, agar mendapat citra
disiplin, takut sanksi.
Seseorang terpaksa beretika dan harus
tampak beretika, adalah hipokrisi, bahkan
dapat menjurus pada psikopat ; jiwa
pecah dan bersandiwara secara
sempurna sepanjang hari.
Etika berwawasan ekonomi, menggunakan
hukum ekonomi etika bertaraf hipotesa (1) laba
pasti dan segera vs manfaat jangka panjang
etika yang tak pasti, dan (2) setiap mahluk
ekonomi digerakkan oleh kepentingan pribadi,
diatas
kepantingan kelompok, (3) etika bagus adalah
bisnis bagus atau sebaliknya survival vs ethics,
dan (4) bahwa yang bermaksud tinggal-lama-
purna waktu dalam profesi lebih memperhatikan
etika dibanding yang sebaliknya.
Pilihan (maslahat ekonomi dan non
ekonomi) bersama suatu profesi, tekad
bulat semua profesi atau pilihan
pemerintah (maslahat profesi sebagai
sokoguru negara kuat)
berdasar hipotesa etika atau mati (ethics
or die), dapat mencipta political will.
Contoh etika untung rugi, adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan memperhatikan dan
memenuhi kebutuhan karyawan. Hasil yang
diharap adalah kesetiaan meningkat,
produktivitas meningkat, laba
meningkat.
2. Pemasok menolak menaikan harga pada
saat barang langka dan saat sellersmarket,
karena ingin hubungan baik terus dijaga saat
buyersmarket.
3. Karena menolak pekerjaan atau biaya
marketing kurang etikal (misalnya
memperoleh pekerjaan profesi dengan
menyuap pengambil keputusan), maka
pekerjaan lepas. Lahan kerja sempit,
rasionalisasi karyawan merupakan tindakan
kurang etis. Teori relativitas etika ini
mengajukan
pilihan etika kompromistis. Seperti pada
hukum ; deteksi etika, ganjaran atau
hukuman terkait penampan perilaku (gejala
etika).
b. Etika Berlandas Hati Nurani
Kelompok kedua adalah, tatkala kita
merasa terhukum oleh perasaan berdosa,
nurani berontak, rasa malu diam-diam,
rasa diri tak berharga, rasa terpukul di
dalam, rasa tak profesional (disinilah
timbul istilah seolah menghancurkan diri),
rasa hidup jadi kosong tanpa nilai luhur
walau sukses berkelimpahan.
Contoh kecil : merasa malu diam-diam
tatkala terlambat,
walaupun berjanji dengan tingkat sosial
atau pangkat lebih rendah. Subyek
terpaksa beretika karena tersiksa. Deteksi
penampakan mulai sulit, ganjaran (rasa
bahagia) atau hukuman (rasa berdosa)
merupakan proses sangat pribadi
dalam diri individu.
c. Etika Memuliakan Tuhan
Kelompok ketiga adalah, tatkala etika
dianggap sebagai hal yang paling berharga
dalam kehidupan atau sebagai persiapan
setelah kehidupan berakhir (hukum
agama).
d. Etika Jati Diri
Pada etika pengingkaran diri, subyek ingin
menyatu dengan etika (disebut pula etika
karakter). Kualitas utama, tatkala etika
menyatu dalam jati diri.
Contoh : terlambat ? itu bukan aku.
Menerima pekerjaan itu ? itu bukan aku.
Tak ada persoalan survival, pertimbangan sosial-
ekonomi dan rasa takut. Yang ada adalah
pengingkaran diri. Subyek adalah
(pengejawantahan) etika. Tahap ini mirip dengan
tahap 6 Kohlberg, jarang tercapai.

Pengaturan penampakan etika mirip pekerjaan


memangkas daun pohon (penampakan
penyimpangan etika, syatar, fatsoen), agar sebuah
pohon cemara (hakekat, jati diri, etika dalam)
tampak sebagai pohon kelapa (dari kejauhan).
Kebanyakan profesi mengatur dan mengawasi
sebatas etika penampakan. Beberapa pemikir
menyatakan cara di atas tak seberapa keliru.
Pembentukan ciri luar berulang-ulang dalam
jangka panjang, akan mengubah kebiasaan,
kebiasaan mengubah karakter, karakter akan
mengubah hakekat jati diri mereka yang
bertahan tinggal untuk dipangkas. Etika
penampakan harus powerful, agar tak
diremehkan. Siapa menubruk etika, ia akan
patah. Karena itu, etika profesi bersanksi.
Kebiasaan adalah medan grafitasi yang kuat.
Suatu upaya yang beretika (tinggal landas
dari medan grafitasi) disedot oleh daya
grafitasi, dan jatuh berantakan (crash).

Tebal tipis moral, nilai yang dianut, kepekaan


naluri dan tingkat daya pikir. Tingkat
kesadaran beretika artinya, pada setiap
langkah kegiatan profesional secara otomatis
memasukkan unsur pertimbangan etika.
Elemen etika yang amat abstrak itu harus
diidentifikasi satu persatu dalam bentuk
pelatihan profesi, agar dapat dikenali di dunia
praktik.

Masalah lain adalah manipulasi nilai spiritual


sebagai alat sukses dan menguntungkan,
sebagai trademark, bukan sebagai tujuan. Hal
ini dapat terjadi pada jenis kegiatan berlandas
etik, seperti dalam manajemen universitas,
koperasi dan rumah sakit.
Norma agama menimbulkan rasa takut
kepada Tuhan Yang Maha Esa (sanksi oleh
Tuhan, rasa berdosa), rasa takut ketahuan
oleh sesama pemeluk agama (rasa tak
tentram, sanksi oleh sesama manusia).

Apabila hanya takut ketahuan sesama


pemeluk agama, maka norma agama
menjadi prosedur formalitas.
Norma agama dapat dijalin dengan etika
profesi, misalnya dengan
sumpah dokter, sumpah jabatan sesuai
agama masing-masing. Norma etik, norma
budi pekerti, norma kesusilaan, melarang
perbuatan tercela yang merugikan anggota
atau non anggota. Batasan dengan norma
agama, amat tipis. Pada Buku lain disebut
moral, ahlak, budi pekerti baik,
kemampuan memisahkan yang baik dan
buruk, tak nampak, tak dapat diawasi
manusia.
Norma fatsoen atau sopan santun, terkait
pada adat istiadat. Pelanggaran
menyebabkan pengucilan, pelecehan,
penghinaan atau teguran terang-terangan,
perilaku tak bersahabat, bahkan mungkin
denda adat. Hukuman dapat
dijatuhkan pada seluruh anggota keluarga
pelanggar.
Menurut Sonny Keraf, sistematika etika :
Etika
Etika umum
Etika khusus
Etika individual
Etika sosial
Sikap terhadap sesama
Etika keluarga
Etika profesi
Biomedis
Bisnis
Hukum
Ilmu pengetahuan
Lain-lain (Etika politik,Etika lingkungan hidup,Kritik
ideologi )
Menurut Keraf, prinsip etika profesi
adalah (1) tanggungjawab terhadap (1.1)
pelaksanaan pekerjaan, (1.2) terhadap
dampak kemasyarakatan umum, (2)
keadilan, tak melanggar hal orang lain, (3)
otonomi berkode etik.
Menurut Keraf, prinsip ideal etika bisnis
adalah (1) otonomi, bebas mengambil
keputusan etis dan tanggungjawab, (2)
kejujuran bisnis (memenuhi kontrak,
menawarkan barang / jasa, tak berusaha
menipu, good ethics drives good
business), (3) berbuat baik (beneficence),
tak berbuat jahat (nonmaleficence), tak
bermaksud merugikan, (4) prinsip
keadilan, (5) hormat pada diri sendiri.
PENGENDALIAN MUTU DAN ETIKA
Pada pedoman mutu, Profesi diminta menguji
sendiri, apakah independensi telah dan dapat
dipertahankan, memiliki karakter yang sesuai,
merupakan sisi etikal dari mutu profesi (etika
nurani).
Pengukuran profesi tak menggunakan lie
detector, namun pengukuran yang lain,
yang relatif sedehana. Pada pedoman,
penampakan independensi dikaitkan
dengan tak adanya kepentingan
keuangan, hubungan keluarga atau
eksekutif kunci, pinjaman atau transaksi
lain klien (etika kepribadian atau etika
penampakan formal).
TUNTUTAN AKAN ETIKA DAN TOLOK UKUR ETIKA
Tuntutan akan etika dan tolok ukur etika meningkat,
disebabkan oleh :
1. Pengungkapan etika pada publik, pengumuman dan
media massa (pengaruh terbesar, menurut suatu survei).
2. Kepedulian publik meningkat, kewaspadaan publik
meningkat, kesadaran publik meningkat, tekanan sosial
baik dalam maupun luar negeri (pengaruh besar).
3. Regulasi pemerintah, intervensi
pemerintah dan tuntutan pengadilan akan
malpraktek (pengaruh sedang).
4. Jumlah dan mutu manajer profesional
dan terdidik meningkat.
5. Pengharapan baru akan suatu peran
sosial suatu profesi.
6. Kesadaran dunia usaha dan para CEO
akan etika bisnis meningkat (pengaruh
besar)
Tuntutan akan etika dan tolok ukur etika menurun,
disebabkan oleh :

1. Kerusakan sosial, masyarakat yang longgar,


materialisme dan hedonisme meningkat, hilangnya
atau menurunnya pengaruh agama, kebutuhan
akan kecepatan dan kuantitas, bukan kualitas.
2. Persaingan bertambah berat, gaya hidup, stress
merebut sukses.
3. Korupsi, hilangnya kepercayaan dan rasa
hormat pada pemerintah, etika sebagai sarana
politik.
4. Penetahuan akan tindakan non etikal
meningkat dan menjadi terbiassa, oleh
media massa. Media massa menjadi
penyebab meningkatnya kejahatan.
5. Haus harta, sukses diukur dengan
materi, egoisme dan individualisme.
6. Tekanan laba dari investor &
penyandang dana, harus bertahan untuk
tetap hidup.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINDAKAN TIDAK ETIS

Faktor berpengaruh pada keputusan tidak


etis, adalah (1) kebutuhan keuangan
individu, (2)tak ada pedoman, (3) EQ,
perilaku dan kebiasaan, (4) lingkungan
tidak etis, dan (5) perilaku atasan.
Dari pernyataan tersebut, ternyata pedoman etika
(butir 2) menduduki tempat kedua urutan penting.
Pedoman disini adalah hukum, aturan, berupa
petunjuk dan pelatihan pengenalan etika.

Lingkungan tidak etis (butir4) terkait pada teori


psikologi sosial, dimana anggota mencari
konformitas dengan lingkungan dan kepercayaan
pada kelompok. Kepercayaan artinya, bila ditemukan
perbedaan, ia memutuskan dirinya keliru,
kelompoknya benar.
Etika tidak terlepas dari hukum urutan
kebutuhan (needs theory). Mengambil
kerangka berfikir Maslow, maka kebutuhan
jasmaniah pokok terpenuhi dahulu, agar
dapat merasakan urgensi kebutuhan estrem
dan aktualisasi diri sebagai profesional.
Para responden Kohlberg menunjukkan,
menipu, mencuri, berbohong adalah
tindakan etis apabila untuk melanjutkan
hidup (hasil test kasus memperoleh obat
bagi istri).
Kendala yang mempengaruhi adalah,
disatu pihak Kode Etik tak mempersoalkan
urutan kebutuhan dalam penerapannya,
dilain pihak kebutuhan jasmani dapat (1)
tak pernah terpuaskan, dan (2) dapat
dikonversi menjadi bentuk estrem lain.
LINGKUNGAN USAHA PROFESI dan ETIKA
Kesenjangan etika profesi dan pihak yang
dilayani, secara teoritis tak mungkin ditutup.
Pada umumnya, apabila pemakai jasa adalah
badan usaha komersial, maka sasarn adalah
profit maximization. Apabila badan usaha
tersebut tipis etika, maka terjadi pemaksaan
terselubung atau terang-terangan agar penjual
jasa profesional beradaptasi pada situasi etika
pengguna jasa, atau tak jadi digunakan.
Masalah ukuran besar bisnis dapat berkembang
pada besar isu yang ditangani profesi
.
PERBANDINGAN KODE ETIK
Para advokad memiliki etik normatif, dalam kode
etik advokad, terdiri atas 6 hal, yaitu
(1) kepribadian advokad,
(2) hubungan dengan klien,
(3) hubungan dengan teman sejawat,
(4) cara bertindak dalam menanngani perkara,
(5) ketentuan lain, dan
(6) pelaksanaan kode etik advokad.
Para wartawan mempunyai kode etik jurnalistik
yang memuat :
(1) kepribadian wartawan Indonesia,
(2) pertanggungjawaban,
(3) cara pemberitaan dan menyatakan pendapat,
(4) hak jawab,
(5) sumber berita, dan
(6) kekuatan kode etik.
Kode etik wartawan lebih terkait pada
tanggungjawab sosial, dibanding hubungan
dengan pasien atau klien profesi dokter, advokad
dan akuntan publik.
Dari perbandingan tersebut, disimpulkan
bahwa garis besar Kode etik profesi telah
memuaskan mutunya. Dalam banyak hal
mempunyai persamaan dan kelebihan
dibanding Kode etik profesi lain tersebut di
atas.
Pada Kode etik dokter, terdapat kewajiban
menjaga kesehatan, mengikuti
perkembangan ilmu dan setia pada cita-
citanya.
ETIKA DAN HUKUM
Secara umum hukum mengukur
penampakan etika yang kebetulan selaras-
sejalan dengan aturan hukum, misalnya
rekayasa akuntansi untuk keperluan
korupsi, terkait pada Kode etik, hukum
agama dan pidana korupsi.
Hukum pidana menduduki tempat utama,
karena masalah integritas, undang-undang
tindak pidanakorupsi. Berdasar pasal 170
KUHAP, karena jabatan rohaniawan,
dokter, advokad, notaris dan wartawan itu
memberi kemungkinan untuk minta
dibebaskan dari keterangan kesaksian (hak
tolak mengungkapkan rahasia jabatan).
Pada pasal 322 KUHP, para profesional
dapat dipidana bila membocorkan rahasia
Pada umumnya semua profesi mempunyai
persamaan pendekatan terhadap masalah
yang dihadapi, sebagai berikut :
1. Menetapkan fakta atau bukti otentik.
2. Diaknosa fakta berdasar disiplin ilmu
profesi dan diagnosa yuridis (bersama ahli
hukum).
3. Penentuan secara hukum (bersama ahli
hukum), masalah tersebut.
Dalam hukum dikenal hukum disiplin (tuchtrecht)
yang merupakan bagian hukum pidana, mengatur
dan berlaku bagi suatu golongan atau profesi
yang bergerak dalam aktivitas sosial-
kemasyarakatan seperti profesi akuntan yang
keputusannya dipatuhi anggota.

Hukum disiplin terbagi dua golongan, yang


pertama hirarkis (militer, pegawai negeri, dll) dan
tidak hirarkis (hukum profesi, atau hukum
organisasi profesi) seperti accountant disciplinary
law.
Pada pokoknya berciri ; sanksi tak keras,
moral ditegakkan, edukatif, dan mungkin
pula mempunyai fungsi eliminasi (anggota
profesi tersebut tak dituntut dalam
peradilan pidana umum).

Pengadilan umum disiplin dapat dilakukan


secara terbuka (anggota lain hadir) atau
pintu tertutup, lalu hasilnya diumumkan.
Banyak profesi menggunakan cara kedua,
karena profesi adalah jabatan kepercayaan,
karena unsur kerahasiaan klien dan
kewajiban menyimpan rahasia.

Sebagai learning organization, pertemuan


berkala dipimpin kode etik bagi anggota
untuk membahas kasus pelanggaran amat
diperlukan. Intinya, jangan menginjak kulit
pisang yang sama. Pembahasan tak perlu
menyebut identitas pelaku kasus.
ASPEK PEMASARAN DAN ETIKA PROFESI
Teknologi pemasaran berkembang dahsyat,
sementara sebagian jasa profesional masih
berorientasi pada produk. Pada aspek ini,
etika dan etiket mulai baur.
1. Kartu ucapan selamat sekarang diizinkan,
termasuk surat ucapan terima kasih.
2. Surat penawaran jasa langsung pada
bukan non klien tetap dilarang, kecuali
diminta oleh calon tersebut
Surat langsung pemasaran, dicemaskan
mengurangi independensi, menurunkan
mertabat profesi di mata klien dan
masyarakat, meningkatkan biaya jasa dan
atau menurunkan mutu jasa.
3. Kartu nama profesional, pengumuman
pindah alamat dan merger termasuk press
release dianggap bikan iklan pemasaran,
demikian pula ucapan terima kasih klien
di surat kabar.

Tujuan iklan adalah memberikan pada


publik apa yang menjadi hak mereka, yaitu
informasi jasa apa saja dan dimana
diperoleh.
4. Beberapa teknik pemasaran dan
penjualan terang-terangan melanggar kode
etik, sebagian lagi tak terdeteksi, sebagian
lagi mungkin belum dianggap sebagai
pelanggaran etika profesi. Sebagai misal,
pemotongan harga mendekati 50 % dari
proposal sangat mengejutkan seorang
pengusaha besar dan menanyakan, apakah
akuntan padagang atau profesional.
5. Pemasaran jasa profesi dapat dilakukan oleh para
pembina, pengawas, para pimpinan dapat pula
dilakukan oleh masing-masing anggota, misalnya ;
penyuluhan tetap berkala bagi wartawan dan
masyarakat umum di layar kaca, pengumuman
berimbang kasus dan prestasi positif, manajemen &
keuangan, penggalang an kerjasama, larangan
menepuk air didulang, mengumumkan malapraktek
dalam angka persentase dari keseluruhan dan
penjelasan pada masyarakat akan fungsi dan
tanggung jawab , membuat press release berkala,
kunjungan panti asuhan, bantuan bencana alam,
menerapkan SQC (statical QC), dan memperkoh mutu
dengan peer review wajib.
6. Teknologi pemasaran beretika dapat
dikembangkan oleh tiap profesional seperti
pengaturan terms of payment sesuai kondisi klien,
free advice for investment decision, produk inovatif
(misalnya penjualan paket BPR, benchmarking,
munculnya EDP service division training division for
selected clien dan banyak lagi), peningkatan total
customer satisfaction (identifikasi puluhan elemen
kepuasan pelanggan, antara lain tepat jadwal ),
presentasi temuan dan prospek kodisi keuangan ,
ikut RUPS, program pengembangan klien jangka
panjang, complaint handling, seleksi klien, fokus,
tiru keunggulan peer atau profesi lain (benchmark)
Ada Pertanyaan ?

Anda mungkin juga menyukai