(1927-1987), menyatakan bahwa pendidikan moral merupakan integrasi berbagai ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi budaya, filsafat, ilmu pendidikan, bahkan ilmu politik. Dengan demikian kita jadi mafhum bahwa membangun etika adalah pekerjaan maha rumit. Dari penelitian ilmiah 30 tahun sejak menjadi Ph. D., beberapa hal penting untuk dicatat adalah : a. Empat keutamaan pokok adalah keberanian, keadilan, kesederhanaan dan kebijaksanaan.
b. Kebajikan utama bagi setiap pribadi dan
masyarakat adalah keadilan (Plato, Sokrates, Aristetoles, Emmanual Kant, Dewey, G.H. Mead, Durkheim, Piaget, J. Rawls, J. Harbemas). Inti keadilan adalah persamaan dan reprositas. c. Puncak kesadaran idealisme tahap 5 terjadi disekitar umur 16 tahun, lebih banyak dan menonjol di AS daripada di Meksiko dan Taiwan. Studi menunjukkan bahwa kaum muda yang memahami keadilan dan bertindak lebih adil dan membantu penciptaan iklim moral yang lebih baik. Hasil studi mengagetkan, tatkala terjadi pergeseran beberapa obyek studi menjadi hedoisme ketika mulai duduk di perguruan tinggi. Hasil riset ini menunjukkan bahwa pendidikan moral dan etika harus tuntas sebelum umur enam belas, selebihnya adalah pemeliharaan moral dan etika. Kemungkinan keruntuhan pertama adalah di perguruan tinggi (tugas pemeliharaan kritis pertama oleh PT), kemungkinan kedua tatkala selesai perguruan tinggi terjun ke dunia nyata (tugas pemeliharaan kedua oleh profesi). d. Dalam diri setiap orang terdapat kumpulan kebajikan. Tugas pendidikan adalah menarik keluar nilai-nilai tersebut, tanpa indoktrinasi sewenang-wenang nilai-nilai masyarakat yang berlaku.
Diskusi menuntun (diskusi Sokratik) siswa ke
arah alamiahspontan, dalam lingkungan nyata, dialog menarik keluar nilai-nilai baik dalam diri seseorang. Alasan mengapa yang baik itu diajarkan, adalah karena kita telah mengenalnya samar-samar pada tingkatan yang rendah. Dialog memangil keluar, bukan memberi instruksi keluar, agar tetap ada sepanjang hayat. Instruksi moral justru akan membuat anak menjadi buruk (Durkheim, 1960). Kurikulum tersamar sepanjang pendidikan berupa kehidupan kelopok lebih mengembangkan watak moral. e. Enam tahap perkembangan moral adalah :
1. Orientasi pada hukuman,ganjaran, kekuatan fisik,
material. Nilai manusiawi dan rasa hormat pada atasan tak dipersoalkan. 2. Orientasi hedonistis hubungan antar manusia. Perbuatan benar adalah perbuatan yang memuaskan kebutuhan individu dan kadang-kadang orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan formal di tempat umum, unsur kewajaran adalah timbal balik, sampai pada : jika anda merugikan saya, saya juga dapat merugikan anda. Tak ada persoalan kesetiaan, rasa terima kasih dan keadilan. 3. Orientasi anak manis, mempertahankan harapan kelompoknya, memperoleh persetujuan kelompoknya, moral adalah ikatan antar individu. Tingkah laku konformitas dianggap tingkah laku wajar dan baik. 4. Orientasi pada otoritas, hukum, kewajiban untuk mempertahankan tata tertib sosial, religius, dll., yang dianggap sebagai nilai utama. 5. Orientasi kontrak sosial, tekanan pada persamaan derajad dan hak kewajiban timbal balik atas tatanan bersifat demokratis. Kesadaran akan relativitas nilai dan pendapat pribadi, pengutamaan pada prosedur & upaya mencapai kesepakatan konstitusional dan demokratis, kemudian diangkat sebagai moralitas resmi kelompok tersebut. 6. Moralitas prinsip suara hati, individual, komprehensif, dan universal. Memberi nilai tertinggi pada hidup manusia, persamaan derajad dan martabat. f. Studi menunjukkan perkembangan moral lambat bahkan pada kelompok ber-IQ tinggi. Studi empiris psikologi tentang kejujuran, Hartshorne & May (1928-1930) menemukan (1) seluruh orang pernah menipu, (2) penipuan yang sama belum tentu diulang, (3) watak jujur juga pernah menipu pada situasi tertentu, atau pernah menipu bukan berarti tidak jujur, dan (4) bahwa mereka walaupun pernah menipu, tetap menyatakan tidak setuju pada moral penipuan. KECERDASAN EMOSIONAL Ringkasan dibawah ini disarikan dari judul Kedunguan Perasaan karangan L. Murbandono. Hs., yang saya kutip dari Kompas. Buku Emotional Intelligence karangan Daniel Goleman tergolong buku paling laris sepanjang 1995 / 1996, mulai diterjemahkan kebahasa lain sejak juni 1996. manusia mempunyai kecerdasan akal (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ). Hasil riset tersebut menyimpulkan bahwa manusia bermutu mempunyai keseimbangan otak dan hati nurani, makin penting karena hubungan antar manusia kian rumit.
Sekolah masih memberi tekanan kuat pada
IQ, sementara pasar tenaga kerja melakukan test kemampuan otak, kecerdasan praktis, kemampuan bergaul dan kecerdasan perasaan (EQ). Test tersebut antara lain mencoba mengukur (1) stabilitas ketenangan batin, (2) kesadaran akan emosi sendiri, (3) kesadaran emosi orang lain, (4) kemampuan mengendalikan perasaan, (5) semangat, optimisme dan kepercayaan diri. Lapisan otak emosional disebut limbish, tempat kelahiran tiga emosi utama : ingin, marah, cemas. Lapisan otak ini makin canggih, karena kemampuan belajar dan kemampuan mengingat manusia. Bagian otak disebut neocortex bertugas membandingkan dan nalar, ukuran relatifnya terbesar diantara semua mahluk hidup. Dengan neocortex, manusia dapat memikirkan dirinya dan perasaannya sendiri. Maka muncullah evaluasi diri sendiri, antara lain etika diri, rasa diri mulia bila hasil pengukuran menyenangkan. Temuan studi yang kedua, evolusi otak masih mencapai keadaan dimana limbish lebih dominan dan unggul dalam kapasitas, kemantapan dan kecepatan melahirkan ribuan reaksi dari neocortex. Otak rasional masih sering ragu dalam menentukan ketepatan. Ada delapan perasaan dasar yang menguasai umat manusia, yaitu marah, sedih, cemas, riang, cinta, kaget, benci, dan malu. Tiap perasaan mempunyai ragam lima sampai sepuluh sub perasaan, sehingga ragamnya antara 40 sampai 80 sub perasaan. EQ seseorang disebut tinggi bila test 5 hal sbb : 1. Mengenal perasaan sendiri, sebagai modal mengarungi kehidupan, melakukan keputusan dan memilih hal yang baik. 2. Mampu mengendallikan perasaan, tak larut dalam kegembiraan, mata gelap, putus asa / frustasi, takut / cemas atau kesedihan, dan memperoleh kehidupan yang tenang. 3. Mampu memanfaatkan perasaan untuk tujjuan tertentu. 4. Mampu meperhatikan perasaan orang lain, merasakan kebutuhan orang lain dan menjadi sumber empati. 5. mampu mengendalikan perasaan orang lain, modal pergaulan sosial, memperoleh dukungan, popularitas baik dan pengakuan sebagai pemimpin. Carl Gustav Jung (1875) menyatakan, semakin lama semakin jelas, bahwa bahaya yang paling besar bukan kelaparan, gempa bumi, bukan virus atau mikroba, tetapi manusia sendiri. Dunia dapat menuju kehancuran oleh kekuatan irasional dahsyat berupa dunia gelap alam-tak sadar kolektif. Dalam pesimisme itu, jalan keluar hanyalah ; manusia harus sadar akan dirinya sendiri. Pada akhirnya, kemanusiaan dan tertib lahir- batin bukan lagi sarana mencapai tujuan bernegara, namun merupakan tujuan itu sendiri. Emmanuel Kant (1724-1804) kelihatan kurang setuju akan teori relativitas etika moral seharusnya diterapkan secara nonsekuensialitas, tanpa kompromi dan melihat kemungkinan dampaknya. Moral tak boleh kontinjen terhadap situasi yang mengelilinginya. Tuhan mencipta kebebasan, maka muncullah kewajiban memilih setiap detik dari kehidupan kita. Etika bukan sisi mewah dari kesadaran. Secara umum, setiap insan harus membuat keputusan- keputusan etika sepanjang hidupnya, baik berpedoman suatu kebijakan tertulis atau secara naluri. Agar dapat melaksanakan keputusan etikal, harus dipenuhi beberapa syarat :
1. Kemampuan individu tersebut mengindetifikasi
isu etikal dan memprediksi etikal dari suatu keputusan. 2. Kemampuan melihat etika dari berbagai sudut pandang dalam konteks zaman, waktu, lingkungan (sospolbud), dan tempat. 3. Sedia menanggung akibat pribadi, atas keputusan etikal tersebut. Misalnya, dikucilkan oleh seluruh kelompok non-etikal (Hukum Adat Kelompok). Dr. Georges Endele dari Universitas Notre Dame, Indiana, AS menyatakan adanya empat elemen etika bisnis,yaitu : 1. moral sensibility (perasaan dan bisikan hati, apakah suatu dijalankan secara bermoral atau tidak bermoral), 2. moral reasoning (alasan meneruskan atau menghentikan suatu bisnis), 3. moral conduct (tindakan berdasar dua butir di depan) dan 4. moral leadership PEMBAHASAN TENTANG ETIKA Menurut Profesor Robert Salomon, etika adalah (1) karakter individu, termasuk pengertian orang baik, (2) hukum sosial yang mengatur, mengendalikan, membatasi prilaku kita. Hukum benar salah, kita sebut moralitas. Beberapa ahli filsafat memandang moralitas terkait dengan nilai dan prilaku manusia, dan etika adalah studi dibidang tersebut. Etika atau moral, sering dipertukarkan, merupakan bidang ilmu filsafat dan psikologi, yang digunakan pula oleh dunia bisnis. Inti etika berada didalam, bukan penampakan luar, merupakan inti masalah pembangunan, pembinaan, pengawasan etika profesi oleh profesi. Profesi hanya mampu mendeteksi gejala penampakan etika, bahkan seringkali terkontaminasi etiket (tata krama, protokol). Kita wajib membelah etika, etiket, hukum peraturan, budaya dan kebiasaan. Beberapa kualitas etika adalah sebagai berikut : a. Etika Kepribadian Kelompok pertama adalah etika kepribadian, form over substance, etika sandiwara atau hipokrisi, etiket. Kualitas etika boleh pilih, tatkala secara aman kita kuat dari etika, kita patahkan etika. Etika berwawasan ekonomi, kepatuhan minimum, kepatuhan tatkala menguntungkan. Didalamnya termaktub rasa khawatir ketahuan dan hukuman antar manusia. Contoh : dalam perjanjian bertemu dengan orang penting, harus tepat waktu, agar mendapat citra disiplin, takut sanksi. Seseorang terpaksa beretika dan harus tampak beretika, adalah hipokrisi, bahkan dapat menjurus pada psikopat ; jiwa pecah dan bersandiwara secara sempurna sepanjang hari. Etika berwawasan ekonomi, menggunakan hukum ekonomi etika bertaraf hipotesa (1) laba pasti dan segera vs manfaat jangka panjang etika yang tak pasti, dan (2) setiap mahluk ekonomi digerakkan oleh kepentingan pribadi, diatas kepantingan kelompok, (3) etika bagus adalah bisnis bagus atau sebaliknya survival vs ethics, dan (4) bahwa yang bermaksud tinggal-lama- purna waktu dalam profesi lebih memperhatikan etika dibanding yang sebaliknya. Pilihan (maslahat ekonomi dan non ekonomi) bersama suatu profesi, tekad bulat semua profesi atau pilihan pemerintah (maslahat profesi sebagai sokoguru negara kuat) berdasar hipotesa etika atau mati (ethics or die), dapat mencipta political will. Contoh etika untung rugi, adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan memperhatikan dan memenuhi kebutuhan karyawan. Hasil yang diharap adalah kesetiaan meningkat, produktivitas meningkat, laba meningkat. 2. Pemasok menolak menaikan harga pada saat barang langka dan saat sellersmarket, karena ingin hubungan baik terus dijaga saat buyersmarket. 3. Karena menolak pekerjaan atau biaya marketing kurang etikal (misalnya memperoleh pekerjaan profesi dengan menyuap pengambil keputusan), maka pekerjaan lepas. Lahan kerja sempit, rasionalisasi karyawan merupakan tindakan kurang etis. Teori relativitas etika ini mengajukan pilihan etika kompromistis. Seperti pada hukum ; deteksi etika, ganjaran atau hukuman terkait penampan perilaku (gejala etika). b. Etika Berlandas Hati Nurani Kelompok kedua adalah, tatkala kita merasa terhukum oleh perasaan berdosa, nurani berontak, rasa malu diam-diam, rasa diri tak berharga, rasa terpukul di dalam, rasa tak profesional (disinilah timbul istilah seolah menghancurkan diri), rasa hidup jadi kosong tanpa nilai luhur walau sukses berkelimpahan. Contoh kecil : merasa malu diam-diam tatkala terlambat, walaupun berjanji dengan tingkat sosial atau pangkat lebih rendah. Subyek terpaksa beretika karena tersiksa. Deteksi penampakan mulai sulit, ganjaran (rasa bahagia) atau hukuman (rasa berdosa) merupakan proses sangat pribadi dalam diri individu. c. Etika Memuliakan Tuhan Kelompok ketiga adalah, tatkala etika dianggap sebagai hal yang paling berharga dalam kehidupan atau sebagai persiapan setelah kehidupan berakhir (hukum agama). d. Etika Jati Diri Pada etika pengingkaran diri, subyek ingin menyatu dengan etika (disebut pula etika karakter). Kualitas utama, tatkala etika menyatu dalam jati diri. Contoh : terlambat ? itu bukan aku. Menerima pekerjaan itu ? itu bukan aku. Tak ada persoalan survival, pertimbangan sosial- ekonomi dan rasa takut. Yang ada adalah pengingkaran diri. Subyek adalah (pengejawantahan) etika. Tahap ini mirip dengan tahap 6 Kohlberg, jarang tercapai.
Pengaturan penampakan etika mirip pekerjaan
memangkas daun pohon (penampakan penyimpangan etika, syatar, fatsoen), agar sebuah pohon cemara (hakekat, jati diri, etika dalam) tampak sebagai pohon kelapa (dari kejauhan). Kebanyakan profesi mengatur dan mengawasi sebatas etika penampakan. Beberapa pemikir menyatakan cara di atas tak seberapa keliru. Pembentukan ciri luar berulang-ulang dalam jangka panjang, akan mengubah kebiasaan, kebiasaan mengubah karakter, karakter akan mengubah hakekat jati diri mereka yang bertahan tinggal untuk dipangkas. Etika penampakan harus powerful, agar tak diremehkan. Siapa menubruk etika, ia akan patah. Karena itu, etika profesi bersanksi. Kebiasaan adalah medan grafitasi yang kuat. Suatu upaya yang beretika (tinggal landas dari medan grafitasi) disedot oleh daya grafitasi, dan jatuh berantakan (crash).
Tebal tipis moral, nilai yang dianut, kepekaan
naluri dan tingkat daya pikir. Tingkat kesadaran beretika artinya, pada setiap langkah kegiatan profesional secara otomatis memasukkan unsur pertimbangan etika. Elemen etika yang amat abstrak itu harus diidentifikasi satu persatu dalam bentuk pelatihan profesi, agar dapat dikenali di dunia praktik.
Masalah lain adalah manipulasi nilai spiritual
sebagai alat sukses dan menguntungkan, sebagai trademark, bukan sebagai tujuan. Hal ini dapat terjadi pada jenis kegiatan berlandas etik, seperti dalam manajemen universitas, koperasi dan rumah sakit. Norma agama menimbulkan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Esa (sanksi oleh Tuhan, rasa berdosa), rasa takut ketahuan oleh sesama pemeluk agama (rasa tak tentram, sanksi oleh sesama manusia).
Apabila hanya takut ketahuan sesama
pemeluk agama, maka norma agama menjadi prosedur formalitas. Norma agama dapat dijalin dengan etika profesi, misalnya dengan sumpah dokter, sumpah jabatan sesuai agama masing-masing. Norma etik, norma budi pekerti, norma kesusilaan, melarang perbuatan tercela yang merugikan anggota atau non anggota. Batasan dengan norma agama, amat tipis. Pada Buku lain disebut moral, ahlak, budi pekerti baik, kemampuan memisahkan yang baik dan buruk, tak nampak, tak dapat diawasi manusia. Norma fatsoen atau sopan santun, terkait pada adat istiadat. Pelanggaran menyebabkan pengucilan, pelecehan, penghinaan atau teguran terang-terangan, perilaku tak bersahabat, bahkan mungkin denda adat. Hukuman dapat dijatuhkan pada seluruh anggota keluarga pelanggar. Menurut Sonny Keraf, sistematika etika : Etika Etika umum Etika khusus Etika individual Etika sosial Sikap terhadap sesama Etika keluarga Etika profesi Biomedis Bisnis Hukum Ilmu pengetahuan Lain-lain (Etika politik,Etika lingkungan hidup,Kritik ideologi ) Menurut Keraf, prinsip etika profesi adalah (1) tanggungjawab terhadap (1.1) pelaksanaan pekerjaan, (1.2) terhadap dampak kemasyarakatan umum, (2) keadilan, tak melanggar hal orang lain, (3) otonomi berkode etik. Menurut Keraf, prinsip ideal etika bisnis adalah (1) otonomi, bebas mengambil keputusan etis dan tanggungjawab, (2) kejujuran bisnis (memenuhi kontrak, menawarkan barang / jasa, tak berusaha menipu, good ethics drives good business), (3) berbuat baik (beneficence), tak berbuat jahat (nonmaleficence), tak bermaksud merugikan, (4) prinsip keadilan, (5) hormat pada diri sendiri. PENGENDALIAN MUTU DAN ETIKA Pada pedoman mutu, Profesi diminta menguji sendiri, apakah independensi telah dan dapat dipertahankan, memiliki karakter yang sesuai, merupakan sisi etikal dari mutu profesi (etika nurani). Pengukuran profesi tak menggunakan lie detector, namun pengukuran yang lain, yang relatif sedehana. Pada pedoman, penampakan independensi dikaitkan dengan tak adanya kepentingan keuangan, hubungan keluarga atau eksekutif kunci, pinjaman atau transaksi lain klien (etika kepribadian atau etika penampakan formal). TUNTUTAN AKAN ETIKA DAN TOLOK UKUR ETIKA Tuntutan akan etika dan tolok ukur etika meningkat, disebabkan oleh : 1. Pengungkapan etika pada publik, pengumuman dan media massa (pengaruh terbesar, menurut suatu survei). 2. Kepedulian publik meningkat, kewaspadaan publik meningkat, kesadaran publik meningkat, tekanan sosial baik dalam maupun luar negeri (pengaruh besar). 3. Regulasi pemerintah, intervensi pemerintah dan tuntutan pengadilan akan malpraktek (pengaruh sedang). 4. Jumlah dan mutu manajer profesional dan terdidik meningkat. 5. Pengharapan baru akan suatu peran sosial suatu profesi. 6. Kesadaran dunia usaha dan para CEO akan etika bisnis meningkat (pengaruh besar) Tuntutan akan etika dan tolok ukur etika menurun, disebabkan oleh :
1. Kerusakan sosial, masyarakat yang longgar,
materialisme dan hedonisme meningkat, hilangnya atau menurunnya pengaruh agama, kebutuhan akan kecepatan dan kuantitas, bukan kualitas. 2. Persaingan bertambah berat, gaya hidup, stress merebut sukses. 3. Korupsi, hilangnya kepercayaan dan rasa hormat pada pemerintah, etika sebagai sarana politik. 4. Penetahuan akan tindakan non etikal meningkat dan menjadi terbiassa, oleh media massa. Media massa menjadi penyebab meningkatnya kejahatan. 5. Haus harta, sukses diukur dengan materi, egoisme dan individualisme. 6. Tekanan laba dari investor & penyandang dana, harus bertahan untuk tetap hidup. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN TIDAK ETIS
Faktor berpengaruh pada keputusan tidak
etis, adalah (1) kebutuhan keuangan individu, (2)tak ada pedoman, (3) EQ, perilaku dan kebiasaan, (4) lingkungan tidak etis, dan (5) perilaku atasan. Dari pernyataan tersebut, ternyata pedoman etika (butir 2) menduduki tempat kedua urutan penting. Pedoman disini adalah hukum, aturan, berupa petunjuk dan pelatihan pengenalan etika.
Lingkungan tidak etis (butir4) terkait pada teori
psikologi sosial, dimana anggota mencari konformitas dengan lingkungan dan kepercayaan pada kelompok. Kepercayaan artinya, bila ditemukan perbedaan, ia memutuskan dirinya keliru, kelompoknya benar. Etika tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs theory). Mengambil kerangka berfikir Maslow, maka kebutuhan jasmaniah pokok terpenuhi dahulu, agar dapat merasakan urgensi kebutuhan estrem dan aktualisasi diri sebagai profesional. Para responden Kohlberg menunjukkan, menipu, mencuri, berbohong adalah tindakan etis apabila untuk melanjutkan hidup (hasil test kasus memperoleh obat bagi istri). Kendala yang mempengaruhi adalah, disatu pihak Kode Etik tak mempersoalkan urutan kebutuhan dalam penerapannya, dilain pihak kebutuhan jasmani dapat (1) tak pernah terpuaskan, dan (2) dapat dikonversi menjadi bentuk estrem lain. LINGKUNGAN USAHA PROFESI dan ETIKA Kesenjangan etika profesi dan pihak yang dilayani, secara teoritis tak mungkin ditutup. Pada umumnya, apabila pemakai jasa adalah badan usaha komersial, maka sasarn adalah profit maximization. Apabila badan usaha tersebut tipis etika, maka terjadi pemaksaan terselubung atau terang-terangan agar penjual jasa profesional beradaptasi pada situasi etika pengguna jasa, atau tak jadi digunakan. Masalah ukuran besar bisnis dapat berkembang pada besar isu yang ditangani profesi . PERBANDINGAN KODE ETIK Para advokad memiliki etik normatif, dalam kode etik advokad, terdiri atas 6 hal, yaitu (1) kepribadian advokad, (2) hubungan dengan klien, (3) hubungan dengan teman sejawat, (4) cara bertindak dalam menanngani perkara, (5) ketentuan lain, dan (6) pelaksanaan kode etik advokad. Para wartawan mempunyai kode etik jurnalistik yang memuat : (1) kepribadian wartawan Indonesia, (2) pertanggungjawaban, (3) cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, (4) hak jawab, (5) sumber berita, dan (6) kekuatan kode etik. Kode etik wartawan lebih terkait pada tanggungjawab sosial, dibanding hubungan dengan pasien atau klien profesi dokter, advokad dan akuntan publik. Dari perbandingan tersebut, disimpulkan bahwa garis besar Kode etik profesi telah memuaskan mutunya. Dalam banyak hal mempunyai persamaan dan kelebihan dibanding Kode etik profesi lain tersebut di atas. Pada Kode etik dokter, terdapat kewajiban menjaga kesehatan, mengikuti perkembangan ilmu dan setia pada cita- citanya. ETIKA DAN HUKUM Secara umum hukum mengukur penampakan etika yang kebetulan selaras- sejalan dengan aturan hukum, misalnya rekayasa akuntansi untuk keperluan korupsi, terkait pada Kode etik, hukum agama dan pidana korupsi. Hukum pidana menduduki tempat utama, karena masalah integritas, undang-undang tindak pidanakorupsi. Berdasar pasal 170 KUHAP, karena jabatan rohaniawan, dokter, advokad, notaris dan wartawan itu memberi kemungkinan untuk minta dibebaskan dari keterangan kesaksian (hak tolak mengungkapkan rahasia jabatan). Pada pasal 322 KUHP, para profesional dapat dipidana bila membocorkan rahasia Pada umumnya semua profesi mempunyai persamaan pendekatan terhadap masalah yang dihadapi, sebagai berikut : 1. Menetapkan fakta atau bukti otentik. 2. Diaknosa fakta berdasar disiplin ilmu profesi dan diagnosa yuridis (bersama ahli hukum). 3. Penentuan secara hukum (bersama ahli hukum), masalah tersebut. Dalam hukum dikenal hukum disiplin (tuchtrecht) yang merupakan bagian hukum pidana, mengatur dan berlaku bagi suatu golongan atau profesi yang bergerak dalam aktivitas sosial- kemasyarakatan seperti profesi akuntan yang keputusannya dipatuhi anggota.
Hukum disiplin terbagi dua golongan, yang
pertama hirarkis (militer, pegawai negeri, dll) dan tidak hirarkis (hukum profesi, atau hukum organisasi profesi) seperti accountant disciplinary law. Pada pokoknya berciri ; sanksi tak keras, moral ditegakkan, edukatif, dan mungkin pula mempunyai fungsi eliminasi (anggota profesi tersebut tak dituntut dalam peradilan pidana umum).
Pengadilan umum disiplin dapat dilakukan
secara terbuka (anggota lain hadir) atau pintu tertutup, lalu hasilnya diumumkan. Banyak profesi menggunakan cara kedua, karena profesi adalah jabatan kepercayaan, karena unsur kerahasiaan klien dan kewajiban menyimpan rahasia.
Sebagai learning organization, pertemuan
berkala dipimpin kode etik bagi anggota untuk membahas kasus pelanggaran amat diperlukan. Intinya, jangan menginjak kulit pisang yang sama. Pembahasan tak perlu menyebut identitas pelaku kasus. ASPEK PEMASARAN DAN ETIKA PROFESI Teknologi pemasaran berkembang dahsyat, sementara sebagian jasa profesional masih berorientasi pada produk. Pada aspek ini, etika dan etiket mulai baur. 1. Kartu ucapan selamat sekarang diizinkan, termasuk surat ucapan terima kasih. 2. Surat penawaran jasa langsung pada bukan non klien tetap dilarang, kecuali diminta oleh calon tersebut Surat langsung pemasaran, dicemaskan mengurangi independensi, menurunkan mertabat profesi di mata klien dan masyarakat, meningkatkan biaya jasa dan atau menurunkan mutu jasa. 3. Kartu nama profesional, pengumuman pindah alamat dan merger termasuk press release dianggap bikan iklan pemasaran, demikian pula ucapan terima kasih klien di surat kabar.
Tujuan iklan adalah memberikan pada
publik apa yang menjadi hak mereka, yaitu informasi jasa apa saja dan dimana diperoleh. 4. Beberapa teknik pemasaran dan penjualan terang-terangan melanggar kode etik, sebagian lagi tak terdeteksi, sebagian lagi mungkin belum dianggap sebagai pelanggaran etika profesi. Sebagai misal, pemotongan harga mendekati 50 % dari proposal sangat mengejutkan seorang pengusaha besar dan menanyakan, apakah akuntan padagang atau profesional. 5. Pemasaran jasa profesi dapat dilakukan oleh para pembina, pengawas, para pimpinan dapat pula dilakukan oleh masing-masing anggota, misalnya ; penyuluhan tetap berkala bagi wartawan dan masyarakat umum di layar kaca, pengumuman berimbang kasus dan prestasi positif, manajemen & keuangan, penggalang an kerjasama, larangan menepuk air didulang, mengumumkan malapraktek dalam angka persentase dari keseluruhan dan penjelasan pada masyarakat akan fungsi dan tanggung jawab , membuat press release berkala, kunjungan panti asuhan, bantuan bencana alam, menerapkan SQC (statical QC), dan memperkoh mutu dengan peer review wajib. 6. Teknologi pemasaran beretika dapat dikembangkan oleh tiap profesional seperti pengaturan terms of payment sesuai kondisi klien, free advice for investment decision, produk inovatif (misalnya penjualan paket BPR, benchmarking, munculnya EDP service division training division for selected clien dan banyak lagi), peningkatan total customer satisfaction (identifikasi puluhan elemen kepuasan pelanggan, antara lain tepat jadwal ), presentasi temuan dan prospek kodisi keuangan , ikut RUPS, program pengembangan klien jangka panjang, complaint handling, seleksi klien, fokus, tiru keunggulan peer atau profesi lain (benchmark) Ada Pertanyaan ?