Anda di halaman 1dari 40

PENATALAKSANAAN

TRAUMA DENTOALVEOLAR

DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN


MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

30/04/2013
Latar Belakang
2 Trauma Orofasial

15 % total
kunjungan
emergensi
Trauma dental
10% dari Terjatuh
populasi Kecelakaan ketika bermain,
kecelakaan kendaraan
Trauma dentoalveolar luka olahraga
Kekerasan
adalah cedera trauma pada Penganiyaan, hingga
gigi dan struktur perkelahian
penyangga.
Thaller, Seth R. Dan McDonald, W. Scott. 2004. Facial Trauma. New York : Marcel Dekker, Inc. Pg. 40-41
30/04/2013
Anamnesis
3

Kapan trauma atau kecelakaan terjadi?


Lokasi trauma tersebut terjadi ?
Mekanisme terjadinya kecelakaan ?
Pertolongan atau pengobatan yang telah
didapatkan ?
Jenis dan arah kontak benda yang
mengenai pasien ?

Peterson, Ellis, Hup, Tucker. Contemporary Oral and Maxilllofacial


Surgery. 4th ed. Mosby co. Philadelphia. 2003; p509-526
30/04/2013
PEMERIKSAAN
4

Pemeriksaan jaringan lunak pada ekstra


oral
Pemeriksaan jaringan lunak intra oral
Pemeriksaan tulang mandibula dan
maxilla
Pemeriksaan gigi :
Pemeriksaan vitalitas dari gigi.
Pemeriksaan penunjang berupa

Peterson,pemeriksaan radiologis Oral and Maxilllofacial


Ellis, Hup, Tucker. Contemporary
Surgery. 4th ed. Mosby co. Philadelphia. 2003; p509-526
30/04/2013
A. Crown Infraction (retak).
B. Fraktur Mahkota sederhana
Klasifikasi
(fraktur pd enamel, dentin &
pulpa tdk terbuka)
5
C. Fraktur Mahkota Kompleks
(fraktur pd enamel, dentin &
pulpa terbuka)
D. Fraktur Mahkota-Akar
Sederhana (fraktur pd enamel,
dentin, cementum & pulpa tdk
terbuka)
E. Fraktur Mahkota-Akar
Kompleks (fraktur pd enamel,
dentin, cementum & Pulpa)
F. Fraktur Akar (foto ro).

30/04/2013
Klasifikasi ( WHO )
6

Cedera pada jaringan periodontal :


Concussion / memar
Subluxation
Extrusive
Lateral Luxation
Intrusive luxation
Exarticulation / avulsion
Retained root

30/04/2013
Klasifikasi ( WHO )
7

Cedera pada gingiva atau mukosa


Cedera pada tulang penyangga: oral.
Comminution pada soket alveolar:
Laserasi pada gingiva atau
mukosa oral
Fraktur pada dinding soket alveolar
Memar pada gingiva atau
Fraktur pada prosesus alveolaris mukosa
Fraktur pada mandibula atau maxilla Abrasi pada gingiva atau mukosa
oral.

30/04/2013
Perawatan cedera pada jaringan
periodontal
8

1. Konkusi / memar : oklusal grinding. + soft diet


2. Subluksasi : splinting non rigid ( dipertahankan 7-10 hari).
3.Luksasi intrusif :
Reposisi ke posisi yang benar.
Fiksasi menggunakan rigid splinting pada gigi sebelah yang normal.
Reposisi orthodontik dengan kekuatan renadah.
Bila gigi sulung menyentuh gigi permanen ekstraksi.
4. Luksasi ekstrusif:
Gigi sulung : ekstraksi.
Gigi permanen : Reposisi ke posisi yang benar & Fiksasi menggunakan
material non rigid = nilon monofilamen (selama 1-2 mgg), bila perlu
terapi endodontik.
5. Luksasi lateral: reposisi dan fiksasi dengan rigid splinting.
6. Avulsi:
Peterson, Ellis,Reimplantasi
Hup, Tucker. (Peterson)
Contemporary Oral and Maxilllofacial
Surgery. 4th ed. Mosby co. Philadelphia. 2003; p509-526
30/04/2013
Replantasi gigi avulsi
9

Replantasi
Gigi Replantasi Gigi Segera Replantasi
Diutamakan
gigi dalam periode 45 menit dari avulsi
gigi dalam periode 45 menit dari avulsi
dianggap replantasi gigi segera. Jika gigi
disimpan dalam larutan penyimpanan yang
sesuai dan direplantasi gigi dalam periode 24
jam, ini juga dianggap replantasi gigi segera

Penting untuk
Penyembu Media
menjaga vitalitas
han penyimpanan
sel ligamen
optimal yang sesuai
periodontal
30/04/2013
Media
10
Penyimpa
nan

Intraoral Ekstraoral
meletakkan gigi avulsi di
rongga mulut di bagian Susu, larutan salin
vestibulum bukal atau isotonik, saliva, kultur
dibawah lidah media, albumin telur dan
Hanks Balanced Salt
Kekurangan : Solution (HBSS)
kekooperatifan penderita
perluasan luka-luka disekitarnya
kemungkinan tertelan
teraspirasi
saliva di rongga mulut mengandung
sejumlah bakteri yang dapat
mengkontaminasi sel-sel ligamen
periodontal menggangu penyembuhan
30/04/2013
paska replantasi gigi.
Replantasi pada anak-anak
11

Pada anak-anak, prosesus alveolar relatif


mudah mengembang dan lebih mudah
berubah bentuk sehingga
memungkinkan avulsi dengan tanpa
fraktur alveolar yang luas. Selaenitu,
apeks akar masih terbuka.
Regenerasi tulang tidak bisa
memberikan dukungan yang adekuat
apabila replantasi dilakukan pada
alveolus yang sudah hancur.
KMG ARKANSAS 30/04/2013
Kondisi yang perlu dipertimbangkan
12

1. Gigi yang avulsi seharusnya tanpa penyakit periodontal yang


parah
2. Soket alveolar sebaiknya masih cukup kuat untuk menyediakan
tempat buat gigi avulsi
3. Tidak terdapat gigi berdesakan yang parah
4. Gigi yang direimpantasi dalam waktu 30 menit akan
mendapatkan hasil yang baik. Untuk periode ekstra alveolar
yang lebih dari 2 jam, komplikasi terjadinya resorbsi akar
semakin meningkat
5. PRESERVASI GIGI : HBSS, PZ, Susu, ludah ( dikulum), putih telur
6. Prinsip menjaga kelembapan jaringan periodontal
7. Pulpa dapat dipertahankan pada gigi dengan pembentukan akar
yang belum sempurna jika reimplantasi sebelum 2 jam setelah
trauma.

30/04/2013
Penyembuhan periodontal pada gigi
avulsi
13

1. Penyembuhan dengan ligamen periodontal


normal
2. Penyembuhan dengan ankylosis
Blood clot pada ligamen periodontal yang rusak
dari gigi avulsi membentuk jaringan granulasi yang
akan menggantikan tulang
3. Inflamatory resorption
Hubungan antara permukaan resorbsi dan pulpa
melalui dental tubules dipengaruhi oleh produk dan
bakteri dari jaringan pulpa yang nekrosis masuk ke
dalam periodontal dan menyebabkan reaksi
inflamasi
30/04/2013
Perawatan Cedera pada Tulang
penyangga
14

1. Comminution : bila terdapat luksasi- reposisi & fiksasi dengan


rigid splinting.
2. Fraktur pada dinding soket alveolar:
Reduksi fraktur (closed reduksi) dengan cara manipulasi digital dari
segmen alveolar dan dental.
Oklusi gigi diperiksa.
Gigi gigi yang cedera dibebaskan dari trauma oklusi.
Laserasi yang terjadi pada jaringan lunak dibersihkan dan dijahit.
Dilakukan splinting rigid menggunakan teknik splinting resin etsa
asam atau menggunakan errich arch bar selama 4 minggu.
Instruksi jaga OH dan diet lunak.
3. Fraktur pada processus alveolaris: sama dengan perawatan
fraktur pada dinding soket alveolar, bila cedera gigi yang terlibat
banyak maka dipertimbangkan fiksasi menggunakan arch bar.

30/04/2013
Prinsip Perawatan trauma dentoalveolar
15

Reposisi
Fiksasi Immobilisasi
Rehabilitasi

30/04/2013
16

Fiksasi-immobilisasi dengan menggunakan


teknik Splinting bisa menstabilkan gigi yang
mengalami trauma dan mencegah terjadinya
kerusakan pulpa dan jaringan periodontal
selama periode penyembuhan dengan cara
mempertahankan gigi selama bagian
perlekatan beregenerasi.

30/04/2013
Fiksasi-splinting
17

Indikasi : untuk cedera yang melibatkan jaringan penyangga gigi.


Syarat splinting:
Mudah dibuat secara langsung dalam rongga mulut tanpa memerlukan

prosedur laboratoris yang panjang.


Dapat ditempatkan dengan pasif tanpa menekan gigi.

Tidak kontak dengan jaringan gingiva dan menyebabkan iritasi.

Tidak mempengaruhi oklusi normal.

Mudah dibersihkan sehingga oral hygine tetap terjaga.

Tidak menyebabkan trauma pada gigi maupun gingiva selama aplikasinya.

Memungkinkan pendekatan terapi endodontik.

Mudah dilepas.

Memberikan estetik yang baik.

Tidak melukai pulpa dari gigi yang mengalami trauma dan gigi gigi di

sekitarnya.
Tidak mempengaruhi radiografis intraoral.

30/04/2013
Fiksasi-splinting
18

Macamnya:
Acid-etch resin arch wire splint

Orthodontic bracket arch wire splint

IMF Technique

Ligature
Arch bar technique
Cap splints
Gunning type splint

30/04/2013
Erich Arch bar
19

General indications:
When insufficient teeth remain to allow efficient eyelet

wiring.
When the teeth present are so distributed that efficient IMF

is otherwise impossible.
When there are simple dentoalveolar fractures or where

multiple toothbearing fragments in either jaw require


reduction into an arch form, before IMF is applied.
As an integral part of internal skeletal suspension in the

treatment of fractures involving the middle third of the


facial skeleton.
To reduce the preoperative time that would otherwise be

required for cap splint preparation.

30/04/2013
Erich arch bar
20

30/04/2013
Erich Arch Bar
21

30/04/2013
22
Langkah pemasangan
arch bar

KMG ARKANSAS 30/04/2013


BENTUK SESUAI LENGKUNG
23

30/04/2013
COBA PADA RAHANG ATAU MODEL
24

30/04/2013
MENGIKAT BAR DENGAN
25
WIRE

30/04/2013
PUTARAN WIRE
26

30/04/2013
MENATA SISA WIRE
27

KMG ARKANSAS 30/04/2013


28

30/04/2013
29

30/04/2013
30

30/04/2013
Macam lain
31

Dautrey arch bar

30/04/2013
Cap splint
32

Silver cap

Acrilicic cap

30/04/2013
Acid-etch resin arch wire
33
splint

Stainless steel wire loop, 0.4 mm in diameter


Lightcuring resin
Bonding agent
Orthophosphoric acid
30/04/2013
34

Kekurangan prosedur ini adalah


kemungkinan fraktur pada material
akrilik atau pun komposit. Untuk
memperkuat dan mencegah terputusnya
teknik ini maka dapat dimodifikasi
menggunakan kawat (0,4 mm) pada
jembatan komposit ataupun
menggunakan bracket ortodontik.

30/04/2013
Eyelet technique
35

10 and preferably 20 prepacked


autoclaved eyelet wires of 0.4mm
stainless steel wire, stretched 10% to a
5cm length
Wire cutters and wiring forceps
Luniatschek
Cheek and tongue retractors
Good illumination and suction device
30/04/2013
Eyelet technique
36

30/04/2013
Teknik Reposisi& Splinting Menggunakan
Orthodontic bracket
37

30/04/2013
Prosedur
38

Pasang kawat busur labial 0,4


mm yang telah disesuaikan
bentuk serta panjangnya.
Fiksasi kawat busur labial
menggunakan kawat 0,2 mm
pada masing-masing bracket
yang telah dipasang.
Cek oklusi
Intruksi pasien untuk jaga OH
dan diet lunak , tidak
menggunakan gigi yg cedera
untuk makan selama 4 mgg.

30/04/2013
DAFTAR PUSTAKA

39

Pedersen. Oral Surgery. 1st edition. WB Saunders Company, 1988.


Philadelphia. pp.221-263
Coulthard P., Horner K., Sloan P., Theaker E.Oral and Maxillofacial
Surgery, Radiology, Pathology and Oral Medicine. Vol 1. Elsevier.
2003.Philapdelphia. pp.121-24.
Peterson, Ellis, Hup, Tucker. Contemporary Oral and Maxilllofacial
Surgery. 4th ed. Mosby co. Philadelphia. 2003; p509-526
Rowe N.L, Williams J.L. Maxillofacial Injuries. Vol 1. Butler & Tanner
Ltd. London. 1985; p.215-31
Peterson J. L.Principle of Oral and Maxillofacial Surgery. Vol 1. J.
B. Lippincott company. Philadelphia. 1992; p.381-403.
Tsukiboshi M. Treatment Planning for Traumatized Teeth.
Quintessence; 2000; Japan.11-121
Fonseca JR, Walker R. Oral and Maxillofacial Trauma. Vol 1. WB
Saunders Company, 1991. Philadelphia. Pp.323-356

30/04/2013
TERIMA KASIH
40

30/04/2013

Anda mungkin juga menyukai