Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Faktor dari pasien pasien kurang kurang puas, kurang
edukasi
Faktor dari dokter kelalaian dokter, kompetensi dokter
Faktor dari manajemen rumah sakit mutu SOP yang
mengatur pelayanan kesehatan di rumah sakitnya, kualitas
faktor penunjang
Rekam medis banyak
digunakan untuk hukum
sesuai dengan
ketentuan
pada PERMENKES 269
MENKES/PER/III/2008
Tentang Rekam Medis Bab
IV Penyimpanan,
Pemusnahan, dan
Kerahasiaan Pasal 10 Ayat
2
Kasus
Rumah Sakit
Harapan Bunda diduga
melakukan malpraktek terhadap seorang
bayi bernama Edwin Timothy Sihombing
yang masih berusia 2.5 bulan. Bayi pasangan
dari suami istri Gonti Laurel Sihombing, 34
tahun dan Romauli Manurung, 28 tahun,
dibawa ke RS Harapan Bunda pada 20
Februari 2013 lalu karena mengalami sakit
panas, batuk dan pilek.
Lanjutan
Kasus
Tiba di rumah sakit, Edwin langsung dibawa ke
UGD, kemudian dilarikan ke ICU. Setelah
diperiksa, dokter bilang kejang, kemudian
dikasih obat antikejang dari dubur. Kemudian,
Edwin kembali dibawa ke ruang rawat UGD
anak untuk menjalani perawatan. Saat itu,
dokter memasang infus di bagian telapak
tangan kanan Edwin karena tidak menemukan
bagian tangan lain yang cocok.
Lanjutan Kasus
Namun, ternyata infusan tersebut membuat
tangan Edwin membengkak."Awalnya saya pikir
biasa, tapi makin lama semakin membengkak.
Saya minta dokter mencabut infusannya," ujar
Gonti. Setelah dilepas infus, kondisi Edwin mulai
membaik. Namun, bengkak di tangannya tak
kunjung sembuh, malah menjadi kehitaman.
"Bengkaknya sudah mulai menghitam, seperti
adanya infeksi.
Lanjutan Kasus
Tapi saya bawa pulang ke rumah karena dipikir
biasa," ujarnya. Beberapa pekan dirawat di
rumah, kata Gonti, kondisi tangan sang anak
semakin menghitam dan seperti mau
membusuk. Akhirnya, ia kembali membawa
Edwin ke Rumah Sakit Harapan Bunda. "Pihak
rumah sakit kesulitan mau mengambil
tindakan medis karena peralatannya terbatas.
Terus kami dirujuk ke RSUD Pasar Rebo untuk
cek EEG (pemeriksaan saraf). Jika terbukti ada
luka sarafnya, rumah sakit mau bertanggung
Bayi Edwin Timothy Sihombing
dan Orang Tua
Lanjutan Kasus
Ia langsung membawa Edwin ke RSUD Pasar
Rebo pada 25 Februari lalu. Hasil pemeriksaan
EEG menunjukan bahwa bekas infus pada
telapak tangan Edwin kondisinya semakin
memburuk. "Saya tunjukin hasilnya ke RS
Harapan Bunda, dokternya malah panik.
diamputasi dan kenapa harus diamputasi. Saya
hanya menerima surat rujukan operasi telapak
tangan," ujarnya. Gonti mengaku kecewa karena
tindakan amputasi tersebut dilakukan tanpa adanya
komunikasi dengan pihak keluarga terlebih dahulu.
Selain itu tindakan tersebut dilakukan dengan
memakai gunting serta tidak dilakukan suntik
penahan sakit (bius). Pada 2 April 2013, Gonti dan
Romauli melayangkan surat somasi kepada
manajemen rumah sakit atas dugaan malpraktik.
Edwin Timothy Sihombing
Analisa Kasus
Analisis dari Segi Rumah Sakit
sebagai Penyedia Pelayanan
Kesehatan
Pada Permenkes RI Nomor 69 Tahun 2014 pasal
14 (B) tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien, Kewajiban Rumah Sakit memberikan informasi
yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat yaitu informasi yang berkaitan dengan
pelayanan medis kepada pasien.
Kesehatan Republik Indonesia
1. Dilihat dari pasal 4 ayat 3 dan pasal 68 ayat 2
tersebut, keluarga Edwin kekurangan edukasi dari
dokter, sehingga mereka cenderung tidak mengerti
penyakit Edwin dan tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter. Hal ini dibuktikan, pada saat tangan Edwin
membiru setelah diinfus, Edwin tetap dibawa pulang
oleh keluarga, karena mereka menganggap bahwa
keadaan tersebut adalah hal yang biasa. Pada saat
tangannya bertambah memburuk, keluarga mulai
kebingungan. Seharusnya hal ini menjadi tanggung
jawab dokter penanggung jawab perawatan pasien
memberikan edukasi sampai wali pasien maupun pasien
paham tentang hal yang akan terjadi pada pasien.
Analisis Kasus dari Segi
Peraturan Perundang-Undangan
atau Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Kesehatan Republik Indonesia
4. Pada kasus ini, langkah tindak lanjut yang
dilakukan, Dinas Kesehatan DKIJakartatelah
membentuk tim investigasi khusus terkait
kasus tersebut. Tim yang terdiri Dinas
Kesehatan DKI, Suku Dinas, Dokter Anak,
Dokter Ortopedi dan Ikatan Rumah Sakit
Jakarta mulai bekerja. Diharapkan dalam 3
hari, sudah bisa diambil kesimpulan apakah
amputasi bagian malpraktik atau bukan.
Adanya pihak ketiga akan sangat membantu
dalam penyelesaian masalah antara pasien
Analisis Kasus dari Segi
Peraturan Perundang-Undangan
atau Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
4. Permenkes RI Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran Bab VII Pasal 19 Ayat
(1) Dalam rangka pembinaan dan
pengawasan, Menteri, Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan
administrative sesuai kewenangannya
masing-masing.
Analisis Kasus dari Segi
Peraturan Perundang-Undangan
atau Peraturan Menteri
5.
Kesehatan Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
Pasal 58 (A) Tentang Tenaga Kesehatan
berisikan Tenaga Kesehatan dalam
menjalankan praktik wajib: (a) memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar
Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar
Operasional Prosedur, dan etika profesi serta
kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan
Kesehatan.
Analisis Kasus dari Segi
Peraturan Perundang-Undangan
atau Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
5. Berdasarkan Pasal 24 Ayat 1, pasal 58 (A),
dan pasal 51 tersebut, tenaga kesehatan
harus melakukan pekerjaannya sesuai
dengan standar pelayanan dan SOP yang
ada. Sedangkan pada kasus Edwin, dokter
yang melayaninya tidak sesuai dengan
ketentuan karena melewati prosedur
permintaan persetujuan dari pasien saat
akan melakukan tindakan medis.
Analisis Kasus dari Segi
Peraturan Perundang-Undangan
atau Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan Pasal 58 Ayat 1 Setiap
orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
yang diterimanya.
Analisis Kasus dari Segi
Peraturan Perundang-Undangan
atau Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Pada kasus dugaan malpratek di Rumah Sakit
Husada Bunda, Informed consent merupakan hal
mutlak diperlukan bagi pihak dokter sebelum ia
melakukan tindakan medis bagi pasiennya yang
diatur di dalam UU No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 8, UU No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran Pasal 45 dan
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran Pasal 2 ayat 1.
Analisa Kegunaan Informed Consent
Informed consent
dipergunakan
pada kasus
sebagaimana
ini tidak
mestinya
sehingga pasien atau keluarga pasien tidak
memahami atau mengetahui perjalanan
suatu tindakan dan akibat yang ditimbulkan
dan akhirnya melakukan gugatan terhadap
rumah sakit. Hal tersebut seharusnya dapat
dihindari apabila rumah sakit dan dokter
memahami pentingnya kegunaan informed
consent.