Anda di halaman 1dari 55

MATA KULIAH : MATEMATIKA DISKRIT

Materi Kuliah

1. Teori Himpunan
2. Relasi & Fungsi
3. Induksi Matematik
4. Aljabar Boolean
5. Graph

Referensi :

1. Matematika Diskrit
Richard Johnson Baugh
2. Dasar-Dasar Matematika Diskrit
C.L. Liu
3. Matematika Diskrit
Rinaldi Munir
Bab I : Teori Himpunan

1.1. Definisi

Himpunan (set) adalah Kumpulan objek-objek yang berbeda

1.2. Penyajian Himpunan

a. Enumerati
Menuliskan semua elemen himpunan dalam tanda kurung
kurawal
Contoh :
Himpunan B berisi lima buah bilangan genap positip
Pertama B={2, 4,6,8,10 }
b. Simbol-Simbol Baku
Memakai Simbol-Simbol baku yang terdapat pada Himpunan
C. Notasi Pembentuk Himpunan
Himpunan di tulis dengan syarat yang harus dipenuhi
anggotanya
Notasi : { x | syarat yang harus dipenuhi oleh x }

Contoh :
A adalah himpunan bilangan bulat positip yang kecil dari 5
A = { x | x P, x < 5 }

D. Diagram Venn
Menyajikan himpunan secara grafis
Mis : = { 1,2 , 6, 8 } A = { 1,,3,4,5 } B = {1, 2,,6,8 }
U 4 7

1 2 8
3 5 6

A B
1.3. Kardinalitas
Kardinalitas adalah jumlah elemen sebuah himpunan
Notasi : n ( A ) atau | A |
Contoh
B = { x | x bilangan prima yang lebih kecil dari 20 }
|B|=8
Karena B = { 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19 }

1.4. Himpunan Kosong


Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan
dengan kardinal = 0

Notasi : atau { }
Contoh :
P = himpunana orang Indonesia yang pernah ke bulan
n(P) = atau n(P) = { }
1.5. Himpunan Bagian (Subset)
Himpunan A di katakan himpunan bagian dari himpunan B
jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari
B
Notasi : A B
Contoh :
{ 1, 2, 3 } { 1, 2, 3, 4, 5 }

1.6. Himpunan yang sama


Himpunan A diketahui sama dengan himpunan B jika dan
hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B dan
sebaliknya.
Notasi : A = B A B B A
Contoh :
Jika A = {0,1} dan B = {x x (x-1) = 0} maka A = B
1.7 Himp. Yang Ekivalen
Himp. A dikatakan ekivalen dengan himp. B jika
dan hanya jika bil. kardinalnya sama.
Notasi : A ~ B A = B
Contoh
Jika A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }
maka A ~ B

1.8 Himp. Saling lepas (disjoint)


Dua himp A, B dikatakan disjoint jika keduanya
tidak memiliki elemen yang sama.
Notasi : A // B
Contoh :
Jika A = { x / x P, x < 8}
B = { 10, 20, 30, .}
Maka A // B
1.9 Himpunan Kuota ( Power Set )
Suatu himpunan yang elemennya semua himpunan bagian
dari A termasuk himpunan kosong dan himpunan A sendiri
Notasi : P(A) atau 2A
Contoh :
Jika A = {1, 2} maka P(A) = { ,{1}, {2}
1.10. Operasi terhadap Himpunan
a. Irisan

A B = { x | x A x B }
b. Gabungan
A B= { X | X A x B }
c. Komplemen
A= { x | x x A}
d. Selisih
A- B = { x | x A dan x B }
= A B

c. Beda setangkup ( Symmetric Difference )


A B = ( A B ) - (A B )
= ( A- B ) ( B - A)

f. Perkalian Cortesian
A x B = { (a,b) | a A b B }
I.11 Sifat Operasi Himpunan
1. Hukum Identitas 2. Hukum Null

- A = A - A =
- A = A - A =
- A =A - A A=
3. Hukum Komplemen 4. Hukum Idempoten
- A A = - A A = A
- A A = - A A = A

5. Hukum Involusi 6. HukumPenyerapan

- ( A) = A - A (A B) = A
- A (A B ) = A
7. Hukum Komutatif 8. Hukum Assosiatif
- A B = B A - A (B C) = (A B) C

- A B = B A - A (B C) = (A B) C
- A B = B A - A (B C) = (A B) C

9. Hukum Distributif 10. Hukum De Morgan


- A (B C) = (A B) - A B = A B
(A C)
- A ( B C) = (A B) - A B = A B
(A C)
10. Hukum 0/1
- =
- =
1.12. Perampatan Ops Himpunan

A A . . . An
1 2 = Ai

i=1
n
A A . . . An
1 2 = Ai

i=1
n
A1 x A2 x . . . X An = Ai
i=1

n
A1 + A2 +. . . . + An
+i=1
Ai
1.13. Prinsip Inklusi - Eksklusi

Jumlah elemen hasil penggabungan seharusnya adalah jumlah


elemen di masing-masing himpunan dikurangi dengan jumlah
elemen dalam irisannya

|A B| = |A| + |B| - |A B|
Bab II : Relasi & Fungsi
2.1. Relasi
Relasi biner R antara A dan B adalah himpunan bagian
dari A x B
R Ax B
Contoh :
Misalkan P = { 2, 4, 8, 9, 15 }
Q = { 2, 3, 4 }
Jika didefinisikan relasi R dari P ke Q dengan ( p, q )
R jika p habis dibagi q, maka kita peroleh
R = { (2,2 ), (4,2), (4,4), (8,2), (8,4), (9,3), (15,3) }
2.2. Refresentasi Relasi
Selain dinyatakan dalam bentuk pasangan terurut, relasi bin
er dapat dinyatakan
A. Tabel
Kolom pertama menyatakan daerah asal, kolom kedua me
nyatakan daerah hasil
Contoh :
r q
2 2
4 2
4 4
8 2
8 4
9 3
15 3
B. Dengan Matriks
Misal R adalah relasi dari A = ( a1, a2, ., am ) dan
B = { b1, b2, . Bn }
Relasi R dapat disajikan dengan matriks
M = [ mij]
b1 b2 bn
a1 m11 m12 m1n
a2 m21 m22 m2n
M= . . . .
. . . .
. . . .
am am1 am2 amn
C. Dengan bentuk grafis
Jika (a,b) R maka sebuahbusur dibuat dari a ke b
Contoh : 3

2 4

15 8

2.3. SIFAT - SIFAT RELASI BINER

A. Refleksif ( Reflexive )
Relasi R pada Himpunan A disebut reflexive jika ( a,a ) R
B. Setangkup ( Symmetric )
Relasi R pada himpunan A disebut simetric jika untuk semua
a, b A, jika (a,b) R maka (b, a ) R
C. Menghantar ( Transitive )
Relasi R pada himpunan A disebut transitive bilamana (a, b)
R dan (b, c) R maka (a, c) R, untuk a, b, c A
2.4. Mengkombinasikan Relasi
Karena Relasi Biner merupakan himpunan pasangan terurut,
maka operasi irisan, gabungan, selisih dan beda setangkup
antara dua atau lebih relasi juga menghasilkan relasi.
Contoh :
2.5. Komposisi Relasi
Misal R adalah relasi himpunan A ke himpunan B, dan S adalah
relasi dari himpunan B ke himpunan C.
Komposisi R dan S, di notasikan dengan RoS
RoS = { (a, c) | a A, c C, dan untuk beberapa b B, (a, b)
R dan (b, c) S }
Contoh :

2.6. Relasi n - ary


Misalkan A1, A2, .., An adalah himpunan relasi n - ary
R pada himpunan-himpunan tersebut adalah himpunan bagian
dari A1 x A2 x .. x an atau dengan notasi R A1 x A2 xAn
Himpunan A1, A2, , An disebut daerah asal relasi dan n
disebut derajat
2.7. Fungsi
Misalkan A dan B himpunan relasi biner f dari A ke B merupa
kan suatu fungsi jika untuk setiap elemen a didalam A terdapat
satu elemen tunggal b di dalam B sedemikian sehingga (a, b)
f kita tulis f (a) = b
Jika f adalah fungsi dari A ke B, kita menuliskan f : A
B yang artinya f memetakan A ke B

A B
f
a b

A= daerah asal
B= Daerah Hasil
Fungsi f dikatakan satu-ke-satu (one-to-one) atau injektif
(injectiv) jika tidak ada dua elemen himpunan A yang me
miliki bayangan yang sama. B
A
.1
a. .2
b. .3
c. .4
d. .5

Fungsi satu - ke - satu


Fungsi f dikatakan dipetakan pada (onto) atau surjektif
(surjective) jika setiap elemen himpunan B merupakan baya
ngan dari satu atau lebih elemen himpunan A. Dengan kata
lain fungsi f adalah pada bila semua elemen B merupa
kan daerah hasil dari f.
A B

a. .1
b. .2
c. .3
d.

Fungsi PADA
Bab III : Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan tehnik pembuktian yang baku di
dalam matematik. Induksi matematik digunakan untuk membuk
tikan pernyataan yang khusus mengenai bilangan bulat positip.
Dengan induksi ini dapat di buktikan kebenaran pernyataan
matematik dalam jumlah langkah terbatas.

3.1. Prinsip Induksi Sederhana


Misal p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat positip dan
kita ingin membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan
bulat positip n.
Untuk membuktikan pernyataan ini, perlu ditunjukkan bahwa :

1). P(1) benar dan


2). Untuk semua bilangan bulat positip n 1, jika p(n) benar
maka p(n+1) juga benar

Contoh :
Tunjukkan bahwa untuk n 1, 1 + 2 + 3 + . +n = n(n+1)/2
Bukti :
Basis induksi
Untuk n = 1 maka 1 = 1 ( 1 + 1 )/2
1=1
Langkah Induksi
Andaikan untuk n 1 pernyataan 1 + 2 + 3 + ..+ n + n + 1
= ( n + 1 ) [ ( ( n + 1 ) + 1 ) ]/2
juga benar
1 + 2 + 3 + .. + n + (n + 1) = (1 + 2 + 3 + .+ n) + (n + 1)
= n (n + 1)/2 + (n + 1)
= (n2 + n)/2 + (n + 1)
= (n2 + n)/2 + (2n + 2)/2
= (n2 + n + 2n + 2)/2
= (n2 + 3n + 2)/2
= [(n + 1)(n +2)]/2
= (n + 1)[(n + 1) + 1]/2

Maka benar untuk semua bilangan bulat positip


3.2. Prinsip Induksi yang di rampatkan
Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita
ingin membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan
bulat n n0. Untuk membuktikan ini, hanya perlu ditunjukkan
hal
berikut :
a> p(n0) benar, dan
b> Untuk semua bilangan bulat n n0, jika p(n) benar maka
p(n + 1) juga benar.

Contoh :
Untuk semua bilangan bulat tidak negatif n, buktikan bahwa
20 + 21 + 22 + + 2n = 2n+1 - 1

Bukti :
Basis Induksi untuk n = 0
20 = 20+1 - 1 ini jelas BENAR
Langkah induksi. Andaikan bahwa untuk semua bilangan bulat
tidak negatif n
20 + 21 + 22 + + 2n = 2n+1 - 1 adalah benar (Hipotesis
induksi). Harus ditunjukkan bahwa
20 + 21 + 22 + + 2n + 2n +1 = 2 (n+1)+1 - 1 juga benar
Hal ini ditunjukkan :
20 + 21 + 22 + . + 2n + 2n+1 = (20 + 21 + . +2n) +
2n+1
= (2n +1 - 1) + 2n+1
= (2n+1 + 2n+1) - 1
= (2 . 2n+1) - 1
= 2n+2 - 1
= 2(n+1)+1 - 1
karena langkah 1 dan 2 benar. Maka benar untuk semua bilang
an bulat tidak negatif.
BAB IV : Kombinatorial
Kombinatorial (Combinatoric) adalah cabang matematika yang
mempelajari pengaturan objek-objek.
Contoh :
1. Password sistem komputer panjangnya enam sampai dela
pan karakter. Tiap karakter boleh berupa huruf atau angka,
huruf besar dan kecil tidak dibedakan.
Berapa banyak password yang bisa dibuat ?
2. Plat mobil di negara X terdiri atas 5 digit angka diikuti deng
an 2 huruf. Huruf pertama tidak boleh O. Berapa banyak
plat mobil yang dapat dibuat ?

Masalah-masalah ini dapt diselesaikan oleh kombinatorial


4.1. Percobaan
Kombinatorial didasarkan pada hasil yang diperoleh dari suatu
percobaan (Experiment) atau kejadian (Event).
Percobaan adalah proses fisik yang hasilnya dapat diamati.
Contoh :
1. Melempar dadu
Hasil percobaan adalah muka dadu 1, 2, 3, 4, 5, 6,.
2. Melempar koin
Hasil percobaan adalah muka atau belakang

4.2. Kaidah dasar menghitung


Dalam kombinatorial, harus dihitung (Counting) semua kemung
kinan pengaturan objek.

A. Kaidah Perkalian (rule of product)


Bila percobaan 1 menghasilkan p
Bila percobaan 2 menghasilkan q
Maka percobaab 1 dan percobaan 2 dilakukan maka terdapat
p x q hasil percobaan

B. Kaidah Penjumlahan (rulr of sum)


Bila percobaan 1 menghasilkan p
Bila percobaan 2 menghasilkan q
Maka percobaab 1 atau percobaan 2 dilakukan maka terdapat
p x q hasil percobaan
Contoh :
Jabatan ketua himpunan mhs. TI dijabat oleh mhs angkatan 2001
atau 2002 jumlah mhs. 2001 = 45 orang dan jumlah mhs. 2002 =
52 orang.
Berapa cara memilih pejabat ketua himpunan ?
Jawab :
Banyak cara memilih ketua dari mhs 2001 = 45 cara
Banyak cara memilih ketua dari mhs 2002 = 52 cara
Maka banyaknya cara memilih ketua angkatan 2001 atau 2002
= (45 + 52) cara
= 97 cara

4.3. Perluasan Kaidah


Kaidah perkalian dan perjumlahan diatas dapat diperluas sampai
n percobaan.
Jika n percobaan masing-masing mempunyai p1, p2 ., pn hasil
percobaan, maka jumlah hasil percobaan yang mungkin terjadi :
- p1 x p2 x p3 x .. x pn kaidah perkalian
- p1 + p2 + p3 + .. + pn kaidah perjumlahan
4.4. Permutasi
- Permutasi adalah jumlah urutan berbeda dari pengaturan objek-
objek p(n) = n! = n(n-1)(n-2) .1
- Permutasi r dari n elemen adalah jumlah kemungkinan urutan r
buah elemen yang dipilih dari n elemen dengan r < n
n!
p(n, r) =
(n-r)!

Contoh :
Berapa banyak String yang dapat dibentuk yang terdiri dari 4
huruf berbeda dan diikuti dengan 3 angka yang berbeda pula ?
p(26, 4) x p(10, 3) = 258.336.000
4.5. Kombinasi
Bentuk khusus dari permutasi adalah kombinasi. Jika pada permu-
tasi urutan kemunculan diperhitungkan, maka pada kombinasi
urutan kemunculan diabaikan urutan acb, bca, dan acb dianggap
sama dan dihitung sekali
n!
C (n, r) =
r ! (n-r) !

Contoh :
Berapa banyak cara menyusun menu nasi goreng tiga kali
seminggu ?
7!
C (7, 3) = = 35 Cara
3! 4!
BAB V : ALJABAR BOOLEAN
Det
Aljabar boolean merupakan aljabar yang terdiri atas suatu hurup
B dengan dua operator biner yang didefinisikan pada himpunan
tersebut yaitu : + (penambahan)
(perkalian)

Aksioma :
a> Closure : - a + b B
- ab B

b> Identitas : - ada elemen O B


a+o=o+a=a
- ada elemen 1 B
a1=1 a=a

c> Komutatif : - a + b = b + a
- ab =ba

d> Distributif : - a (b + c) = (a b) + (a c)
- a +(b c) = (a + b) (a + c)
- (a b) + c = (a +c) (b + c)

e> Komplemen : untuk setiapa B ada elemen a 1 B
sehingga
a + a 1 = 1 dan a a 1 = 0

f> Terdapat paling sedikit dua buah elemen a, b B


sehingga
ab
g> Idempoten : a a = a
a+a=a

h> Assosiatif : a + (b + c) = (a + b) + c
a (b c) = (a b) c

5.2. Aljabar Boolean Dua Nilai


Aljabar dua nilai didefinisikan pada himpunan dengan dua buah
elemen, B = { 0, 1 }dengan kaedah operator biner berikut :
a b a.B a b A+B a A1
0 0 O 0 0 O 0 1
0 1 0 0 1 1 1 0
1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1
Untuk selanjutnya, Aljabar boolean yang akan dibahas adalah
Aljabar Boolean dua nilai

5.3. Prinsip Dualitas


Misalkan S adalah kesamaan tentang aljabar boolean yang me-
libatkan operasi +, . , komplemen, maka jika pernyataan S*
diperoleh dengan cara mengganti: dengan +
+ dengan
0 dengan 1
1 dengan 0
S* disebut dual dari s
contoh :
Tentukan dual dari : a (b + c) = (a b) + (a c )
jawab : a + (b c) = (a + b) (a + c)
5.4. Sifat-Sifat Aljabar Boolean
a> Hukum identitas
- a+0=a
- a1=a
b> Hukum Idempoten
- a+a=a
- a a=a
c> Hukum Dominasi
- a+a1=1
- aa1 =0
d> Hukum Dominasi
- a 0=0
- a+1=1
e> Hukum Involusi
- (a 1)1 = a
f> Hukum Penyerapan
- a + (a b) = a
- a (a + b) = a

g> Hukum Komutatif


- a+b=b+a
- ab =ba

h> Hukum Assosiatif


- a + (b + c) = (a + b) + c
- a (b c) = (a b) c

i> Hukum Distributif


- a + (b c) = (a + b) (a + c)
- a (b + c = (a b) + (a c)
j> Hukum De Morgan
- (a + b)1 = a1 b1
- (a b)1 = a1 + b1

k> Hukum O/1


- O1 = 1
- 11 = O

Buktikan bahwa untuk sembarang elemen a dan b dari aljabar


Boolean :
a + a1 b = a + b dan a ( a1 + b) = ab
Bukti :
1) a + a1b = (a + ab) + a1 b ( penyerapan)
= a +(ab + a1b) ( Assosiatif )
= a + (a + a1) b ( Distribatif )
=a+1b ( Komplemen )
=a+b ( Identitas )
2) a (a1 + b) = aa1 + ab ( Distributif )
= O + ab ( Komplemen)
= ab ( Identitas )

5.5. Fungsi Boolean


Fungsi boolean adalah ekspresi yang dibentuk dari perubah
biner, dua operator ( + ) dan ( ), operator uner komplemen ( - )
tanda kurang dan tanda sama dengan ( = ).
Contoh :
1. f ( x ) = x
2. f ( x, y ) = x1 y1 + xy1 + y1
3. f ( x, y ) = x1 y1
4. f ( x, y ) = ( x + y )1
5. F ( x, y, z ) = x y z1
5.6. Fungsi Komplemen
Fungsi komplemen dari suatu fungsi f, yaitu f1 dapat dicari
dengan menukarkan nilai 0 dengan 1 dan nilai 1 dengan 0.
Ada dua cara membentuk F komplemen

A. Menggunakan hukum De Morgan


- Untuk dua peubah
(x1 + x2)1 = x11 x21
(x1 x2)1 = x11 + x21
- Untuk tiga peubah
(x1 + x2 + x3)1 = (x1 +y)1 misal y = x2 + x3
= x1 1y1
= x11 (x2 + x3)1
= x11 x21 x31
B. Menggunakan prinsip dualitas cari dual dari f, lalu komple-
menkan setiap literalnya.
5.7. Bentuk Kanonik dan Bentuk Baku
Ada dua macam bentuk kanonik :
- Minterm atau sum of product ( SOP )
- Maxterm atau product of sum ( POS )

5.8. Aplikasi Aljabar Boolean


Aljabar Boolean memiliki aplikasi yang luas, antara lain di
bidang jaringan pensaklaran dan rangkaian digital.

5.9. Penyederhanaan Fungsi Boolean


Fungsi boolean seringkali mengandung operasi - operasi
biner yang tidak perlu, literal atau suku - suku yang berlebihan
Contoh :
f ( x, y ) = x1 y + xy1 + y1 dapat disederhanakan menjadi f ( x, y)
= x1 + y 1
Penyederhanaan dapat dilakukan melalui :
- Cara aljabar
- Peta karnaugh
- Metoda quine Mc luskey ( metoda tabulasi )
BAB VI : TEORI GRAPH
Teori graph merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya
namun memiliki banyak terapan sampai saat ini. Graph diguna
kan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan
antara objek-objek tersebut. Representasi visual dari graph
adalah dengan menyatakan objek sebagai TITIK atau NODE,
sedangkan hubungan antara objek dengan GARIS atau EDGE.

6.1. DEFINISI GRAPH


Graph G didefinisikan sebagai pasangan himpunan ( V, E ),
yang dalam hal ini :
V = himpunan berhingga dan tidak kosong dari simpul-simpul
( vertices, node)
= { v1, v2, ., vn )
E = himpunan sisi (edges, ares) yang menghubungkan
sepasang simpul
= { e1, e2, ., en }
ditulis G = ( V, E )

Secara geometris
1

e3 e4
e1
e2
2 3

e7 e6 e5
4

G
6.2. JENIS-JENIS GRAPH
A. Berdasarkan tidak adanya sisi ganda
- Graph sederhana
- Graph tidak sederhana

B. Berdasarkan jumlah simpul


- Graph berhingga
- Graph tidak berhingga

C. Berdasar orientasi arah sisi


- Graph tidak berarah
- Graph berarah
6.3. TERMINOLOGI GRAPH
A. Ketetanggaan ( Adjacent )
Dua buah simpul (titik) di katakan bertetangga bila keduanya
terhubung langsung. Secara formal dinyatakan :
Vj bertetangga dengan Vk jika Ve E sedemikian sehingga
e = ( Vj, Vk ).

B. Bersisian ( Incidency )
Untuk sembarang sisi e = ( Vj, Vk ) dikatakan :
- e bersisian dengan simpul Vk
- e bersisian dengan simpul Vj

C. Simpul terpencil ( Isolated Vertex )


Simpul terpencil ialah simpul yang tidak mempunyai sisi
yang bersisian dengannya.
D. Graph kosong
Graph kosong adalah graph yang tidak memiliki sisi
E. Derajat
Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi yang bersisian
dengan simpul tersebut.
F. Lintasan ( Dath )
Lintasan dari simpul Vp ke Vq dalam G ialah rangkaian
simpul Vp, Vi1, Vi2, .. , Vq
sehingga ( Vp1, Vi1 ), (Vi2, Vi3), .
( Vim, Viq ) adalah sisi-sisi dalam graph G
G. Siklus ( Cyck ) atau sirkuit ( Circuit ) Lintasan elementer
dengan simpul pertama sama dengan simpul terakhir di
sebut SIRKUIT atau SIKLUS.
H. Terhubung ( Connected )
Dua buah simpul V1 dan simpul V2 disebut terhubung
(Connected ) jika terdapat lintasan V1 ke V2.
Graph tak berarah G disebut graph terhubung jika untuk setiap
pasang simpul Vi dan Vj dalam himpunanV terdapat lintasan
dari Vi ke Vj.
I. Pohan ( Tree )
Pohon adalah graph terhubung yang tidak mempunyai
sirkuit

6.4. GRAPH SEDERHANA KHUSUS


a. Graph lengkap ( Complete Grapg ) adalah graph sederhana
yang setiap simpulnya mempunyai sisi ke simpul lainnya.
Graph lengkap dengan titik n Kn jumlah sisinya n (n-1)/2
b. Graph lingkaran
Graph sederhana yang setiap simpulnya berderajat dua.
c. Graph Teratur ( Reguler Graph )
Graph yang setiap simpulnya mempunyai derajat yang
sama
d. Graph Bipartite
Graph G yang himpunan simpulnya dapat dipisah menjadi
dua himpunan bagian V1 dan V2, sedemikian sehingga
setiap sisi pada G menghubungkan sebuah simpul di V1 ke
simpul V2

6.5. REPRESENTASI GRAPH


Untuk maksud pemrosesan graph di komputer, graph harus
direpresentasikan dengan matrik.

A. Matrik ketetanggaan ( Adjacency matrik )


Matrik ketetanggaan adalah matrik n x n dengan elemen
matrik
1, jika simpul i,j bertetangga
aij
0, jika simpul I dan j tidak bertetangga
Contoh :
1 1 2 3 4 5
5 1 0 1 1 0 0
2 1 0 1 0 0
2 3 3 1 1 0 1 0
4 0 0 1 0 0
5 0 0 0 0 0
4
B. Matrik bersisian ( Incidency Matriks )
Matrik bersisian G adalah matrik berukuran n x m dengan
elemen aij dimana
1, jika titik i bersisian dengan sisi j
aij =
0, jika titik i tidak bersisian dengan sisi j
Contoh :
e1
e1 e2 e3 e4 e5
1 e2 2
1 1 1 0 1 0
e3
2 1 1 1 0 0
3 3 0 0 1 1 1
e5
4 0 0 0 0 1
4 e4
C. Senorai ketetanggaan ( Adjacency List )
Senorai ketetanggaan mengenumersi simpul-simpul yang
bertetangga dengan setiap simpul di dalam graph.

Contoh : 1
5

2 3 4
Simpul Simpul tetangga
1 2,3
2 1,4
3 1,2,4
4 3
5 -

Anda mungkin juga menyukai