Anda di halaman 1dari 12

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN

TANAMAN KELAPA SAWIT

Kelompok 1
Ahmad Fitra M. 135040100111005
Rizki Ayu Amila 135040100111014
Puji Tarseno 135040100111015
Dessy Riahutami H. 135040100111034
Siti Fildzah Z. 135040100111042
Yudhi Dwi Sampurno 135040100111049
Ima Kusuma I. 135040100111051
Ridwan Fauzi 135040100111056
teknologi dan
informasi
te
rb
at
a
da sny lib
ya a era
lah sum lisa
an be si
r pa
sa
r

Perkembang
masih terbatasnya an
kemampuan sistem perkebunan perubahan iklim global
perbenihan nasional

a s
i t
si ani
a s a
l is a p et
a k np

air dan energi


o b a
y aa
gl n
an a h ba g
n m
ka le lem
te ke
Rencana Strategis Kementrian Pertanian
Rencana Pembangunan
Rencana Strategis
Jangka Panjang Nasional
Kementerian Pertanian (RPJPN) 2005-2025 yang saat
Tahun 2015-2019 (2015) ini memasuki tahap ke-3
(2015-2019).

memantapkan
pembangunan
secara
menyeluruh

sumberdaya alam yang tersedia


sumberdaya manusia yang berkualitas
kemampuan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Peraturan Mendasari Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019

Pasa l9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004


tentang system perencanaan pembangunana nasional

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438)
Rencana Pembangunan

Visi pembangunan dalam RPJM


2015-2019 adalah Terwujudnya
Misi pembangunan dalam RPJM
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri
2015-2019:
Misi serta Sembilan Agenda Prioritas dan Berkepribadian Berlandaskan
(NAWA CITA).
Gotong Royong.

RPJM
Kesembilan Agenda Prioritas (NAWA CITA) lima tahun ke depan adalah;

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia,


Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi
di pasar internasional,
segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
seluruh warga Negara,
menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi
Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
domestik,
efektif, demokratis dan terpercaya,
Melakukan revolusi karakter bangsa, dan
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
Memperteguh ke-bhinekan dan memperkuat
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
restorasi sosial Indonesia.
negara kesatuan,
Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi
sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,bermartabat
dan terpercaya,
Program-
program
RENGSTRA
perkebunan 1. Program Peningkatan Produksi dan
Produktivitas Tanaman Perkebunan
Berkelanjutan
2. Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi
Pertanian Bioindustri Berkelanjutan
3. Program Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan
dan Pelatihan Pertanian
4. Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
(Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (2015)
Peni
ngka
an t
Pr o d
uksi
da
Pr o d n
u kt i v
tas i
Tana
m
Tahu an
nan

Pengembangan areal produktif tanaman Kelapa


Target Pencapaian Sawit
Tahun 201 201 201 201 201
Berdasarkan (Rencana
Strategis Kementerian 5 6 7 8 9
Area (Ribu 7,99 3,51 3,51 3,51 3,51
Pertanian Tahun 2015-2019
Ha)
(2015) Pembinaan dan pengawalan Revitalisasi
Tahun
Perkebunan
2015
Kelapa2017
2016
Sawit 2018 2019
Area (Ribu 91,00 43,53 43,53 43,53 43,53
Ha)
PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT
Pelaku usaha kelapa sawit terbatas pada perusahaan asing berskala besar dan
terintegrasi antara budidaya, pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan
1945 pemasaran hasilnya

Beberapa perusahaan Belanda dinasionalisasikan dan diambil alih sebagai


1958 Perusahaan Perkebunan Negara. Rakyat

Dikembangkannya program PIR (Perkebunan Inti Rakyat)


1980

Berkembangnya Perushaan kelapas Sawit tanpa kebun


2002
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PENGATURAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN
DAN PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
1. Undang - undang No. 18 Tahun 2004 (tentang Perkebunan)
Mengatur bahwa untuk melakukan usaha perkebunan, baik budidaya tanaman
perkebunan maupun industri pengolahan hasil perkebunan, dengan luas dan kapasitas
produksi tertentu wajib memiliki izin usaha perkebunan dari Gubernur untuk wilayah
lintas kabupaten/kota dan Bupati/Walikota untuk wilayah kabupaten/kota.

2. Permentan Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 (tentang pola usaha perkebunan)


Pola kemitraan usaha perkebunan dapat berupa kerjasama penyediaan sarana
produksi, kerjasama produksi, pengolahan dan pemasaran, transportasi, kerjasama
operasional, kepemilikan saham dan jasa pendukung lainnya.

3. Peraturan Menteri Pertanian No 395/Kpts/ OT.140/11/2005 (Tentang Perizinan


sebuah usaha )
Mengatur bahwa untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan yang WAJIB
mendapat izin usaha perkebunan untuk pengolahan (IUP-P) adalah yang memiliki
kapasitas produksi pengolahan 5 ton tandan buah segar per jam. Sedangkan untuk
yang berkapasitas dibawah dari kapasitas tersebut cukup mendaftarkannya yang
kemudian dibuktikan dengan Surat Tanda Daftar Usaha Industri Pengolahan Hasil
Perkebunan (STD-P) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota.
4. Peraturan Menteri Pertanian No 395/Kpts/ OT.140/11/2005 (Pedoman
Penetapan Harga Pembelian TBS)
Tujuan dari pengaturan harga TBS melalui Permentan 395 tersebut adalah
untuk memberikan perlindungan dalam perolehan harga wajar dari TBS
kelapa sawit produksi petani dan menghindari persaingan tidak sehat diantara
pabrik kelapa sawit.

5. Permentan No.26/2007 (pola kemitraan)


Kemitraan pengolahan dilakukan secara tertulis dalam bentuk perjanjian yang
berisikan hak dan kewajiban, pembinaan dan pengembangan usaha,
pendanaan, jangka waktu dan penyelesaian perselisihan yang ditandatangani
kedua belah pihak dengan diketahui Bupati/ Walikota. Adapun jangka waktu
perjanjian kemitraan pengolahan paling singkat untuk masa 3 (tiga) tahun.

6. UU No.5/1999 (Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha


Tidak Sehat)
Tingkat ketergantungan yang tinggi dari pekebun (perkebunan rakyat) dengan
industri pengolahan kelapa sawit berpotensi menimbulkan praktek monopsoni
KESIMPULAN

Kelapa sawit memiliki prospek yang sangat bagus dalam


perdagangan minyak nabati dunia sebagai tanaman penghasil minyak
sawit dan inti sawit yang menjadi sumber penghasil devisa non migas
bagi Indonesia. Berbagai kebijakan tentang kelapa sawit dikeluarkan
oleh pemrintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal
perkebunan kelapa sawit dengan memberikan berbagai insentif,
kemudahan dalam hal perijinan serta subsidi investasi. Selain itu, diatur
pula mengenai penetapan harga pembelian dalam Peraturan Menteri
Pertanian No 395/Kpts/ OT.140/11/2005 dan pengaturan pola kemitraan
dalam Permentan No.26/2007 untuk melindungi petani plasma.

Anda mungkin juga menyukai