LBM 1 2016
LBM 1 2016
Format VeR
Pembukaan : Pro justitia (pojok kiri atas)
Pendahuluan : Identitas pemohon, waktu, identitas pemeriksa, identitas
korban, tempat pemeriksaan
Pemberitaan : Hasil pemeriksaan pada korban, dilukiskan dengan kata-
kata, objektif, pengganti barang bukti
Kesimpulan : dibuat oleh dokter pemeriksa dan bersifat subjektif
Penutup : Pernyataan bahwa keterangan yang dibuat dokter tersebut
sesuai sumpah dan keilmuannya
Pembahasan
Derajat luka (351 KUHP)
1. Luka ringan : Luka yang tidak menyebabkan
gangguan untuk menjalankan pekerjaan dan tidak
menimbulkan penyakit
2. Luka sedang : Tidak menimbulkan gangguan untuk
menjalankan pekerjaan tetapi menimbulkan
penyakit
3. Luka berat: Jatuh sakit yang tidak bisa sembuh
sama sekali, bahaya maut, tidak mampu terus
menerus untuk menjalankan tugas atau pekerjaan,
kehilangan salah satu panca indera, lumpuh
Pembahasan
Persyaratan Pembuatan Visum
1. Permintaan tertulis dari polisi
2. Persetujuan tertulis dari korban atau
keluarga
3. Jika ada penolakan otopsi, maka
diterapkan Pasal 134 KUHAP (polisi
memiliki wewenang memaksa korban
atau keluarganya untuk diperiksa)
Pembahasan
Dasar hukum VeR
Pasal 133 KUHAP:
Ayat 1 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan untuk menangani
korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, berhak mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada dokter, ahli kedokteran, atau ahli lainnya
Ayat 2 Permintaan keterangan ahli dilakukan secara tertulis disebutkan
dengan tegas untuk pmeriksaan luka, mayat, ataupun pemeriksaan
bedah mayat
Pasal 216 KUHP :
Barangsiapa yang dengan sengaja tidak mengikuti perintah yang oleh
pejabat yang berwenang guna menjalankan ketentuan
Barangsiapa yang dengan sengaja mencegah atau menghalangi atau
menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan
Peranan VeR (Pasal 184 KUHP):
1. Sebagai barang bukti suatu perkara pidana
Pembahasan
Jenis VeR Korban :
1. Perlukaan, keracunan
2. Asusila
3. Jenazah
Jenis VeR Tersangka/Terdakwa:
1. Psikiatri
Pembahasan*
Yang berhak membuat dan meminta (KUHP
133) :
1. dokter, dokter forensik, dokter spesialis,
dokter sipil militer (membuat)
2. Tim penyidik : Polisi RI, minimal pangkat
pembantu letnan. (meminta)
3. Pejabat kepolisian negara yang berpangkat
sersan 2. (meminta)
4. Dalam perkara perdata, korban boleh minta
sendiri. (meminta)
Pembahasan*
Syarat Tes Peternitas
1. Membuat kesepakatan semua pihak
2. Semua orang boleh meminta permohonan tes paternitas langsung ke
rumah sakit
3. Jika kasus keayahan ke ranah hukum, harus disertai dengan surat
permohonn dari penyidik atau hakim
4. Jika antar pihak telah setuju, harus berkonsultasi dulu dengan dokter di
instalasi forensik
Prosedur Tes DNA
Prinsip STR
5. Pengambil sampel, harus steril, diperiksa bagian tubuh yang memiliki inti
sel (darah, rambut, sperma, vulva gigi, bercak keringat, air liur)
6. Isolasi/ekstraksi DNA,
7. Pengukuran DNA,
8. PCR,
9. Dibandingkan DNA anak, bapak dan ibu,
Antemortem
Postmortem dilakukan pemeriksaan dalam,
luar
Pemeriksaan dalam : di lakukan pada kulit ,
tanda kematian /lebam mayat
Perhatikan warna, kaku mayat, penurunan
suhu, kekeruhan kornea ,
Tanda awal pembususkan, terjadi pada perut
kiri bawah
Jika ada tanda kekerasan: di cari penyebabnya
Jenis surat keterangan
medis
Surat keterangan medis bab 1 pasal 12
Surat keterangan lahir berisikan waktu
tanggal dan BB bayi
Surat keterangan meninggal=identitas
jenazah , waktu kematian
Surat laporan kematian
Surat keterangan sehat =untuk asuransi jiwa
Surat keterangan sakit
Surat keterangan cuti hamil
Laporan dokter harus objektif
Menguji kesehatan
Tdak memberitahukan kesimpulan pf
medis kpd pasien / phak asuransi
Spp menyusul pada kasus:
kekerasan, penganiayaan ,asusila,