Anda di halaman 1dari 39

Laporan Kasus

Tetraparese UMN ec
Diastematomyelia
Pembimbing

dr. Ika Marlia, Sp. S


Pendahuluan

Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang


disebabkan oleh penyakit atau trauma pada manusia
yang menyebabkan hilangnya sebagian fungsi
motorik pada keempat anggota gerak, dengan
kelumpuhan/kelemahan lengan lebih atau sama
hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
Fisiologi

Sistem neuromuskular terdiri atas upper motor neuron


(UMN) dan lower motor neuron (LMN). Upper motor
neuron (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf
motorik yang menyalurkan impuls dan area motorik di
korteks motorik sampai inti-inti motorik di saraf
kranial di batang otak atau kornu anterior medula
spinalis.
Epidemiologi
Tetraparese salah satunya disebabkan
karena adanya cedera pada medulla
spinalis. Angka insidensiparalisis komplet
akibat kecelakaan diperkirakan 20 per
100.000 penduduk, dengan angka
tetraparese 200.000 per tahunnya .
Etiologi
Penyebab umum dari tetraparese :
Myelitis tranversa
Guillain-Barre Syndrome (post infective

polyneuropathy)
Spinal cord compression
Polineuropati
Miastenia gravis
Amyotrophic lateral sclerosis
Patofisiologi

Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper


Motor Neuron (UMN) atau kerusakan Lower Motor
Neuron (LMN). Kelumpuhan / kelemahan yang terjadi
pada kerusakan Upper Motor Neuron (UMN)
disebabkan karena adanya lesi di medula spinalis.
Klasifikasi
Pembagian tetraparese berdasarkan kerusakan topisnya:

Tetraparese spastik
Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang
mengenai upper motor neuron (UMN)

Tetraparese flaksid
Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang
mengenai lower motor neuron (LMN)
Penatalaksanaan

Medikamentosa
1. Kortikosteroid
2. Antidiabetika

Terapi Konservatif
1. Bedrest
2. Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra
3. Memperbaiki keadaan umum

Fisioterapi
Komplikasi
Komplikasi yang paling umum adalah:

Masalah pernapasan seperti atelektasis, hipersekresi,


brochospasme, edema paru dan pneumonia.
Tromboemboli paru dan emboli lain (pembekuan darah).
Infeksi saluran kencing dan paru
Dekubitus
Hilangnya kontrol kandung kemih dan peristaltik usus
Nyeri
Prognosis
Prognosis penderita dipengaruhi oleh pengobatan
terhadap penyebab tetraparesis itu sendiri. Diagnosis
sedini mungkin dan dengan pengobatan yang tepat,
prognosisnya baik meskipun tanpa tindakan operatif.
Penyakit dapat kambuh jika pengobatan tidak teratur
atau tidak dilanjutkan setelah beberapa saat.
Tetraparese dapat dijumapai
pada beberapa keadaan

Penyakit Infeksi
Polineuropati
Sindrom Guillain Bare
Miastenia Gravis
Amyotrohic Lateral Sclerosis
Spondilosis Servical
Spondilitis Tuberkulosa
Kelainan perkembangan susunan saraf
Diastematomyelia

Diastematomyelia adalah suatu kelainan bawaan langka


yang berupa pembelahan dari Spinal Cord membujur
ke arah sagital, lebih sering di jumpai pada wanita
dibandingkan laki-laki.
Diastematomyelia biasanya terjadi antara torakal 9

sampai sacral 1 dan sebagian besar terjadi di lumbal


dari tulang belakang, keterlibatan di tulang servikal
sangat langka.
Gejala Klinik
Pada anak-anak :

Deformitas tulang belakang dan kaki


Kelemahan di kaki
Nyeri punggung belakang
Scoliosis
Inkontinensia
Gejala Klinik
Pada orang dewasa :

Permasalahan motorik dan sensorik yang progresif


Inkontinensia usus dan kandung kemih
Impotensi
Masalah saraf otonom
Diagnosis

Diastematomyelia dapat didiagnosis dengan:

USG
CT-Scan
MRI
Tatalaksana

Tatalaksana Diastematomyelia meliputi:

Pembedahan
Observasi
Laporan Kasus
Nama : Yudha Fahrizal
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 16 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Aceh
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : A. Barat
Tanggal pemeriksaan : 28 Desember 2016
Anamnesis

Keluhan utama : Kelemahan Keempat anggota gerak


Keluhan tambahan: Kebas di dada, kencing tertahan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan kelemahan keempat anggota gerak


sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku
awalnya tangan kiri terasa lemah kemudian selang sekitar 10
meint tangan kanan ikut terasa lemah dan di ikuti lemah pada
tungkai bawah. Pasien juga mengeluh kebas kebas di dada dan
kencing tertahan, riwayat trauma disangkal, riwayat demam
disangkal.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah mengalami hal yang sama

sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami seperti

pasien
Riwayat pengobatan :
inj. Citicolin 250mg/12jam
-inj. Ranitidin 1 amp/12jam
-inj. Metil prednisolon 125mg/8jam
- mecobalamin 2x500mg
Riwayat kehamilan :
Ibu ANC teratur, sakit selama kehamilan tidak ada, USG

bayi dalam keadaan sehat


Riwayat persalinan :
Pasien adalah anak pertama lahir secara pervaginam

ditolong oleh bidan. BBL: 3500 gram, bayi lahir segera


menangis.
Riwayat makanan :
0 - 6 bulan : ASI
6 - 22 bulan : ASI + MPASI
> 22 Bulan : makanan keluarga

Riwayat Imunisasi :
Imunisasi lengkap
STATUS INTERNUS

Keadaan TD : HR : RR : T:
umum : 110/70 80x/ 20x/ 36,6 0C
Sakit mmHg menit menit
Sedang

21
Status Generalisata:

Kulit
Warna : coklat sawo
Turgor : cepat kembali
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Oedema : tidak ada

Kepala dan Leher


Ukuran : normocephali,
Rambut : hitam, distribusi merata, tipis
Wajah : simetris, tidak dijumpai deformitas, dan tidak edema
Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil
bulat isokor 3mm/3mm, kornea dan lensa jernih, refleks cahaya langsung
(+/+), dan refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Telinga : normotia, sekret (-/-)
Hidung : NCH (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir simetris, pucat (-), sianosis (-), bibir kering (-)
Leher : deviasi (-), massa, maupun pembesaran KGB
Thorax
Inspeksi : Simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), sf dextra = sf sinistra
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikular (+/+), whezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V midclavikula sinistra,
thrill(-)
Perkusi : Sonor memendek (+/+)
Auskultasi : BJ I > BJ II, Reguler, Bising (-)

Abdomen
Inspeksi : Simetris, Distensi (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-)
- Lien : Tidak teraba
- Hepar : Tidak teraba
- Ginjal : Ballotement (-/-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (N)
Status Neurologis:

Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4 M5 V6

Tanda rangsang meningeal:


Kaku Kuduk : tidak ditemukan
Kernig Sign : tidak ditemukan
Laseque Sign : tidak ditemukan
Brudzinski 1 : tidak ditemukan
Brudzinski 2 : tidak ditemukan
Brudzinski 3 : tidak ditemukan
Brudzinski 4 : tidak ditemukan

Nevus Cranialis : Parese tidak ada


Sistem Motorik
1. Refleks
a. Refleks Fisiologis
Biceps :+ / +
Triceps :+ / +
Achiles :+ / +
Patella :+/ +

b.Refleks Patologis
Babinski :+ / +
Oppenheim :- / -
Chaddock :- / -
Gordon :- / -
Scaeffer :- / -
Kekuatan Otot :

Ekstremitas Superior Dextra :4444


Ekstremitas Inferior Dextra :4444
Ekstremitas Superior Sinistra :2222
Ekstremitas Inferior Sinistra :5555

Sistem Sensorik: dalam batas normal

Sistem Saraf Otonom:


BAK : kateter
BAB : normal
Keringat: normal
Pemeriksaan Laboratorium

9 Desember 2016

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 13,4 14,0-17,0
Hematokrit 39 45-55%
Eritrosit 4,7 4,7-6,1 x 103/mm3
Leukosit 11,2 4,5-10,5 x 103/mm3
Trombosit 256 150-450 103/mm3
MCV 84 80-100 fL
MCH 29 27-31pg
MCHC 34 32-36%
RDW 11,7 11,5-14,5%
Eosinofil 0 0-6%
Basofil 0 0-2%
Netrofil batang 0 2-6%
Netrofil segmen 90 50-70%
Limfosit 8 20-40%
Monosit 2 2-8%
Bilirubin total 0,46 0,3-1,2 mg/dl
Bilirubin direct 0,26 <0,52 mg/dl
SGOT 17 <35 U/L
SGPT 46 <45 U/L
Protein total 5,80 6,4-8,3 g/dl
Albumin 3,72 3,5-5,2 g/dl
Globulin 2,08 g/dl
Kolesterol total 151 <200 mg/dl
Kolesterol HDL 44 >60 mg/dl
Kolesterol LDL 93 <150 mg/dl
Trigleserida 64 <150 mg/dl
Natrium 143 132-146 mmol/L
Kalium 4,2 3,7-5,4 mmol/L
Klorida 105 98-106 mmol/L
GDS 114 <200 mg/dl
Ureum 48 13-43 mg/dl
Kreatinin 0,46 0,67-1,17 mg/dl
Pemeriksaan Radiologi
Hasil interpretasi
MRI medulla spinalis tanpa kontras
Kesimpulan : Suspect diastematomyelia partial di
daerah cervical

MRI Vertebre cervicalis tanpa kontras


Kesimpulan : MRI cervicalis tak tampak lesi
Foto klinis pasien
Diagnosa Klinis :
Tetraparese UMN ec. Diastematomyelia

Penatalaksanaan :
IVFD RL 20gtt/i
Inj. Mecobalamin 500mg/8jam
Drip. Aminofluid 1 fls/hari
Laxadin syr 3xcI
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad Bonam
Quo ad functionam : dubia ad Bonam
Analisa Kasus
Kasus Teori
Dari anamnesis pasien mengeluhkan Hipoksik iskemik ensefalopati merupakan
kejang kelainan yang paling utama sebagai
penyebab gangguan neurologis pada bayi
baru lahir .

Dari riwayat persalinan bayi lahir tidak Partus lama atau partus macet merupakan
langsung menangis,badan dan ekstremitas faktor penyebab Asfiksia neonatorum
kebiruan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir.
Pada distres fetal, peristaltik usus
meningkat, sfingter ani terbuka,
mekonium akan keluar mengotori air
ketuban, skuama, lanugo, sehinggaakan
masuk ke trakea dan peru-paru yang dapat
menagkibatkan sidrom aspirasi mekonium
Kesimpulan
Parese merupakan kelemahan/kelumpuhan parsial yang
ringan/tidak lengkap atau suatu kondisi yang ditandai oleh
hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu.
Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang disebabkan
oleh penyakit atau trauma pada manusia yang menyebabkan
hilangnya sebagian fungsi motorik pada keempat anggota
gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan lengan lebih atau sama
hebatnya dibandingkan dengan tungkai. Tetraparese dapat
disebabkan karena adanya kerusakan pada Upper motor
neuron (UMN) atau kerusakan pada Lower Motor Neuron
(LMN) atau kerusakan di keduanya.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai