Anda di halaman 1dari 13

KERACUNAN NAPZA

Oleh : Hanna Trisnawati


I.PENGERTIAN
Keracunan NAPZA (narkotika Psikotropika & obat
adiktif lain) adalah pemakaian napza secara
berlebih.
Yang termasuk NAPZA :
1.NARKOTIKA : Heroin/putauw, morfin, kodein,
kokain, ganja
2.PSIKOTROPIKA : ekstasi, sabu-sabu, amfetamin,
diazepam, pil koplo
3.ZAT ADIKTIF LAIN : alkohol, bensin, lem, rokok
II. PENYEBAB
1. Faktor individu
a. rasa ingin tahu e. kurang jantan
b. untuk senang-senang f. cemas, depresi
c. mode/tren g. putus sekolah
d. gaul
2. Faktor eksternal
a. komunikasi dengan orang tua kurang
b. broken home
III. PENATALAKSANAAN
1. Resusitasi :
mempertahankan jalan nafas, bila perlu intubasi endotra
keal, hisap lendir dan berikan O2 masker (4-6l/mnt) atau
nasal cateter (2-4 l/mnt)
2. Elininasi :
a. pasien yang sadar dirangsang muntah
b. bila pasien tidar sadar lakukan kumbah lambung
c. memberikan norit atau obat-obat katarsis
d. melakukan diuresis dengan memberikan furosemid
40mg, 2x setiap jam dan guna menggantikan cairan yang
dibuang diberikan 3000 ml cairan dextrose/12 jam dan
tiap 500 ml ditambah 1,5 mg KCL
e. bila perlu lakukan dialisis dengan hemodialisis atau
peritonial dialisis
3. Pengobatan simtomastis :
a. bila timbul ansietas dapat diberikan diazepam
0.05-0.1mg/kgBB iv.
b. bila pasien timbul hipertensi berat dapat diberikan
vasodilator.
c. bila terjadi takikardia ventrikular dapat diberikan lidokain dan
penghambat beta
IV. ASKEP KLIEN YANG MENGALAMI KERACUNAN NAPZA
1. Pengkajian keperawatan
A. Identitas pasien
usahakan untuk mendapatkan nama, jenis kelamin dan usia
(bunuh diri kebanyakan dilakukan oleh wanita muda usia
10 30 tahun)
B. riwayat penyakit saat ini
perlu diketahui data tentang waktu kejadian, produk yang
digunakan (diminum), jumlah yang digunakan (diminum),
efek-efek yang dirasakan. Tindakan yang sudah dilakukan.
Perlu juga riwayat perselisihan.
C. riwayat penyakit yang pernah diderita
perlu diketahui adanya penyakit bawaan, penyakit menular
dan penyakit lainnya yang pernah dialami pasien (depresi).
D. Riwayat alergi
perlu data tentang adanya riwayat alergi obat
2. Pemeriksaan Fisik
Napza tersebut menyebabkan depresi progresif dari SSP
dari korteks ke medula sehingga akan muncul gambaran
klinik :
A. Breath (B1)
keracunan ringan maupun sedang didapatkan sesak
dan nyeri dada.
B. Brain (B2)
ringan : mudah tersinggung, gelisah, dirasakan ngantuk
tapi tidak bisa istirahat, midriasis.
sedang : rasa takut agitasi, hiperrefleksi, diaforosis,
panik dan halunisasi.
C. Blood (B3)
ringan : Palpitasi, hipertensi ringan dan flushing
sedang : takikardia, hipertensi dan hipertermia
berat : terjadi hipotensi dan penurunan tekanan darah, distrimia
ventrikel, sianosis akibat penurunan cardiac output akibatnya syok
dan meninggal
D. Blader (B4)
ringan dan sedang jarang ditemukan gejala klinis
berat : terjadi gagal ginjal kronik
E. Bowel (B5)
ringan : mulut kering
sedang : mual dan muntah dan nyeri perut
berat : gangguan homeostasis
F. Bone (B6)
ringan : tremor
sedang : kejang otot
berat : otot-otot kaku
3. Pemeriksaan diagnostik
A. analisa darah lengkap seperti elektrolit. Glukosa darah dan uji faal
ginjal terutama pada keracunan berat karena sering ditemukan pada
ginjal akut.
B. pemeriksaan urin terutama untuk mendeteksi obat golongan
amfetamine, karena golongan ini dapat tertahan selama 2 hari dalam
urin.
C. analisa gas darah mengetahui kondisi oksigenasi pasien, EKG guna
mengetahui adanya kelainan elektrolit maupun adanya gagal jantung.
4. Diagnosa keperawatan
a. gangguan pola nafas s/d kelemahan otot pernafasan.
b. resiko kekerasan (terhadap diri sendiri ) s/d koping individu tak
efektif
5. Intervensi keperawatan
diagnosa .1 :
pola nafas tidak efektif s/d kelemahan otot pernafasan d/d sesak nafas,
pernafasan cheyne stoke.
tujuan :
pola nafas efektif setelah dilakukan perawatan selama 10 menit (obat
ini mulai menimbulkan efek sesudah pemberian selama 20-30 menit
dan berakhir kurang lebih 4 48 jam).
kriteria evaluasi :
- RR normal : 14 20 x/menit
- tidak ada kelemahan otot pernafasan
- pasien tidak ada sianosis
Intervensi :
1. Pantau tingkat, irama pernafasan & suara nafas serta pola pernafasan.
rasional : napza tersebut menyebabkan depresi progresif dari SSP dari
korteks ke medula sehingga pusat respirasi akan ditekan dan
pergerakan nafas akan menurun.
2. Posisikan pasien lateral kiri dengan kepala diurunkan 15 derajat.
rasional : menurunkan pasase isi lambung ke duodenum selama
lavase dan meminimalkan kemungkinan aspirasi kedalam paru.
3. Pasang NGT dan lakukan kumbah lambung bila pasien mengalami
penurunan kesadaran.
rasional : obat yang tertelan kurang dari 4 jam belum terabsorbsi
dengan baik oleh lambung sehingga akan mengurangi jumlah obat
yang terabsorbsi lambung yang dapat menghindari depresi sistem
pernafasan.
4. Auskultasi suara nafas
rasional : pasien terjadi hipersalifasi dan beresiko terjadi oedema paru
dan resti terjadinya pneumonia.
5. Berikan O2 masker 5 6 L /menit
rasional : hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernafasan ringan,
sehingga dengan pemberian O2 akan mengurangi hipoksia
6. Lakukan pemasangan kateter tetap
rasional : pemasangan cateter berguna untuk mengambil spesimen
urine dan observasi ketat output guna mendeteksi diuresis.
7. Berikan cairan infus dextrose 5 10% 3 liter / 12 jam
rasional : pada pasien keracunan sering ditemukan penurunan glukosa
darah dan kehilangan cairan dan dibutuhkan cairan yang lebih guna
dilakukan diuresis.
8. Kolaborasi
a. untuk pemberian furosemid 40mg 2 x 6 jam (pasien dewasa)
rasional : furosemid bekerja pada glumorelus untuk meningkatkan
diuresis cairan dan semua kandungan cairan dari racun dan elektrolit
dikeluarkan lewat urin.
b. Pemberian 1,5 mg KCL dalam 500 ml cairan infus dextrose
rasional : kalium yang terbuang karena deuiresis paksa akan
digantikan dengan pemberian KCL melalui intravena dicampur dengan
dextrose dikarenakan dalam proses perpindahan ion K akan diikuti
oleh perpindahan glukose.
c. Pemeriksaan darah lengkap, EKG dan pemeriksaan urine pada waktu
pasien datang dan diulang setelah 6 jam dilakukan tindakan.
rasional : pemeriksaan lab akan mendukung dan mengevaluasi hasil
terapi yang telah dilakukan.
d. Bila perlu lakukan hemodialisis
rasional : dengan dialisis akan terserapnya racun-racun yang berada
dalam peredaran darah yang cepat.

Anda mungkin juga menyukai