Ulfa Rahmadanti
12100116243
Preseptor:
Hj. Hertika, dr., Sp.PD
DEFINISI
Inhala
si
kulit
Reaktivasi
Bronchus
Coughed Obstruks
Injuri
-up i
Hemopti
Sesak
sis
PATOFISIOLOGI
Limfadeni
Tracheobronchial LN
tis
Nekrosis Perkejuan
Bakteri Lebih Aktif di malam hari
baru
Gas Exchange
terganggu > O2 turun BMR meningkat
> ATP turun
Malaise, Keringat
Fatigue malam
KLASIFIKASI
Tipe
Lokasi
Pasien
Baru
Pulmonary Relaps
Default/DO
Gagal
Ekstrapulmonary Kronis
Bekas TB
KLASIFIKASI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Lokal
Sesak Nyeri
Nafas Dada
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Sistemik
Keringat
malam Penurunan
Fatigue
tanpa BB
aktivitas
DIAGNOSIS
Bakteriologis
Klinis
Radiologis
14
DIAGNOSIS
PEMERIKSAA LABORATURI
ANAMNESIS
N FISIK UM
Manifestasi Tidak Limfositosis
Klinis ditemukan /Monositosis
kelainan LED
yang khas meningkat
DIAGNOSIS
BAKTERIOLOGI RADIOLOGI
Sputum BTA S-P-S Bercak dengan
, pewarnaan Ziehl- batas tidak jelas
Nielsen, pembacaan (milier)
hasil dgn skala Kavitas (bayangan
IUATLD berupa cincin
Kultur/Resistens berdinding tipis)
Pleuritis (penebalan
pleura)
Efusi pleura ( sudut
kostoprenikus
tumpul)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan sputum
IUATLD ( International Union against Tuberculous
Lung Disease)
Jumlah BTA Report
Tidak ditemukan dalam 100 HPF -
1-9 / 100 HPF Jumlah bakteri
10-99 / 100 HPF + atau +1
17
18
PENGOBATAN
Tujuan
Mencegah
Menurunkan
terjadinya
tingkat
resistensi
penularan
obat
19
PENGOBATAN
Prinsip Pengobatan
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Hindari penggunaan monoterapi.
2. Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tepat (KDT) / Fixed Dose Combination (FDC)
akan lebih menguntungkan dan dianjurkan.
3. Obat ditelan sekaligus (single dose) dalam keadaan perut kosong.
4. Setiap praktisi yang mengobati pasien tuberkulosis mengemban tanggung
jawab kesehatan masyarakat.
5. Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah
diobati harus diberi paduan obat lini pertama.
6. Untuk menjamin kepatuhan pasien berobat hingga selesai, diperlukan suatu
pendekatan yang berpihak kepada pasien (patient centered approach) dan
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT= directly observed treatment)
oleh seorang pengawas menelan obat.
7. Semua pasien harus dimonitor respons pengobatannya. Indikator penilaian
terbaik adalah pemeriksaan dahak berkala yaitu pada akhir tahap awal, bulan
ke-5 dan akhir pengobatan.
8. Rekaman tertulis tentang pengobatan, respons bakteriologis dan efek samping
harus tercatat dan tersimpan. 20
PENGOBATAN
OAT
Isoniazid Rifampisin
Pyrazinami Ethambuto
d l
Streptomy
cin
PENGOBATAN
OAT
PENGOBATAN
Tahapan Pengobatan
Tahap awal menggunakan paduan obat rifampisin, isoniazid, pirazinamid
dan etambutol.
Pada tahap awal pasien mendapat pasien yang terdiri dari 4 jenis obat
(rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol), diminum setiap hari dan diawasi
secara langsung untuk menjamin kepatuhan minum obat dan mencegah terjadinya
kekebalan obat.
Bila pengobatan tahap awal diberikan secara adekuat, daya penularan menurun
dalam kurun waktu 2 minggu.
Pasien TB paru BTA positif sebagian besar menjadi BTA negatif (konversi) setelah
menyelesaikan pengobatan tahap awal. Setelah terjadi konversi pengobatan
dilanujtkan dengan tahap lanjut.
Tahap lanjutan menggunakan paduan obat rifampisin dan isoniazid
Pada tahap lanjutan pasien mendapat 2 jenis obat (rifampisin dan isoniazid),
namun dalam jangka waktu yg lebih lama (minimal 4 bulan).
Obat dapat diminum secara intermitten yaitu 3x/minggu (obat program)
atau tiap hari (obat non program).
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
PENGOBATAN
Program nasional
Penanggulangan TBC
Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3
WHO
2 RHZE / 4 H3R3 2 HRZES / HRZE / 5 H3R3E5 2 HRZ / 4H3R3
2 RHZE / 4 HR 2 HRZES / HRZE / 5 HRE 2 HRZ / 4 HR
2 HRZE / 6 HE 2 HRZ / 6 HE
Indonesia
2 HRZE / 4H3R3 2 HRZES / HRZE / 5H3R3E3 2 HRZ / 4 H3R3
24
Kategori 1
2 HRZE / 4H3R3
Tahap intensif:
2 bulan, setiap hari
Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), Etambutol (E)
Tahap lanjutan:
4 bulan,3 kali dalam seminggu, Isoniasid dan Rifampisin
Diberikan untuk:
- Penderita baru TBC Paru BTA (+)
- Penderita TBC Paru BTA (-) Rontgen (+) yang sakit berat
- Penderita TBC Ekstra paru berat
Tahap Lamanya Dosis per hari / kali
Pengobatan Pengobatan
Isoniasid Rifampisin Pirasinamid Etambutol Jumlah hari/
300 mg 450 mg 500 mg 250 mg kali menelan
obat
Tahap 2 bulan 1 1 3 3 60
Intensif
(Dosis
harian)
Tahap 4 bulan 2 1 - - 54
lanjutan
(Dosis 3 x
25
seminggu)
Kategori 2
2 RHZES/ HRZE / 5 H3R3E3
Tahap Intensif: 3 bulan
2 bulan: HRZE setiap hari
1 bulan HRZE setiap hari
Tahap lanjutan : 5 bulan dengan HRE yg diberikan 3 kali dalam seminggu
Suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat
Diberikan untuk:
Penderita kambuh (relaps)
Penderita gagal (failure)
Penderita dengan pengobatan setelah lalai ( after default )
Tahap Lamanya Dosis per hari / kali
Pengoba Pengoba
tan tan Isoniasid Rifampisin Pirasinamid Etambuto Streptomisin Jumlah
300 mg 450 mg 500 mg l 500 mg Injeksi hari/ kali
250 mg menelan
obat
Tahap 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 60
Intensif
(Dosis 1 bulan 1 1 3 3 -
harian)
Tahap 5 bulan 2 1 - 1 2 - 66
lanjutan
(Dosis 3 x
seminggu 26
)
OAT Sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru
BTA+ atau penderita BTA + pengobatan ulang dengan
kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA + diberikan
obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.
27
Kategori 3
2 HRZ / 4 H3R3
Tahap Intensif : HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan
Tahap lanjutan : HR diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan
Diberikan untuk:
Penderita baru BTA negatif dan rontgen (+) sakit ringan
Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis)
pleuritis eksudativa unilateral TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang
belakang) sendi dan kelenjar adrenal.
Tahap Lamanya Dosis per hari / kali
Pengobatan Pengobatan
Isoniasid Rifampisin Pirasinamid Jumlah hari/
300 mg 450 mg 500 mg kali menelan
obat
Tahap 2 bulan 1 1 3 60
Intensif
(Dosis
harian)
Tahap 4 bulan 2 1 - 48
lanjutan
(Dosis 3 x
seminggu) 28
PENGOBATAN
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan TB
pada
1. dewasa makroskopis dahak ulang
Pemeriksaan
2 spesimen (sewaktu-pagi)
(+) : bila salah satu +
(-) : jika keduanya negatif
2. X-ray : tidak begitu menentukan
3. LED : tidak begitu menentukan
29
PENGOBATAN
Efusi
pleura
Penyeba
ran
Komplik kavitasi
milier asi
Atelekta
sis
bronkus
32
DOTS
DEFINISI
Pengawasan langsung pengobatan jangka pendek
Keharusan setiap pengelola program tuberkolosis untuk direct
attention dalam usaha menemukan penderita dengan kata lain
mendeteksi kasus dengan pemeriksaan mikroskop.
setiap penderita harus di observed dalam memakan obatnya,
setiap obat yang ditelan penderita harus di depan seorang
pengawas.
Selain itu tentunya penderita harus menerima treatment yang
tertata dalam sistem pengelolaan, distribusi dengan penyediaan
obat yang cukup.
setiap penderita harus mendapat obat yang baik, artinya
pengobatan short course standard yang telah terbukti ampuh
secara klinis. Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerintah yang
membuat program penanggulangan tuberkulosis mendapat
prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan
TUJUAN
Penderita dirawat
Jika dirawat di RS, yang bertindak sebagai PMO
adalah petugas RS. Sebagai perawatan pengobatan
lanjutan, lihat cara berobat jalan diatas.
PMO