Anda di halaman 1dari 29

CASE REPORT SESSION

OFTALMIA NEONATORUM
(KONJUNGTIVITIS BLENORHEA)

Hadian Adhipratama 1301-1206-0031


Ega Rezkya Henanto 1301-1206-0040
Sri Ayu Rahmayanti 1301-1206-0075
STATUS
Keterangan Umum
(Tanggal Pemeriksaan: 9 Agustus 2007)

Nama : By. M
Umur : 12 hari
Alamat : Majalaya
Nama Bapak : Bpk. D
Nama Ibu : Ibu K
Pekerjaan Bapak : Ojek motor
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah
Tangga
Anamnesis
Keluhan Utama : Mata bengkak dan belekan
Anamnesa Khusus :
Sejak usia pasien 2 hari, pada mata sebelah kanan
terlihat bengkak dan tampak mengeluarkan cairan
kental berwarna kekuningan. Bengkak disertai mata
merah dan ketika disentuh matanya, pasien tampak
terasa kesakitan.Bengkak dirasakan semakin lama
semakin besar. Pada usia 5 hari, mata kiri pasien
mulai tampak mengalami hal yang serupa, tetapi besar
bengkak tidak sebesar pada mata kanan. Riwayat
demam disangkal, riwayat penyakit serupa pada
keluarga dan orang sekitarnya yang pernah kontak
dengan pasien disangkal.
Anamnesis
Ketika pasien berusia 4 hari, pasien pernah
dirawat di RS Majalaya selama 7 hari. Pasien diberi
obat antibiotik topikal dan obat tetes oleh dokter
umum setempat. Tetapi keadaan tidak kunjung
membaik. Karena alasan tidak adanya dokter mata
disana, pasien dirujuk ke RS Mata Cicendo pada
usia 11 hari.
Seminggu sebelum ibu pasien melahirkan, ibu
pasien mengaku menderita keputihan dengan
mengeluarkan cairan kental berwarna putih, berbau,
dan terasa gatal di daerah alat kelamin yang tidak
diobati. Ibu pasien melahirkan di paraji dan setelah
pasien lahir, pasien tidak diberi tetes nitras argenti.
Pemeriksaan fisik
STATUS GENERALIS:
Keadaan Umum : Compos Mentis
Kesan Sakit : Kesan sakit sedang\

STATUS OFTALMOLOGIS :
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
VISUS DASAR :
VOD : tidak dapat dinilai VOS : tidak
dapat dinilai
STATUS OFTALMOLOGIS
Pemeriksaan OD OS
Muscle Balance Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Pergerakan Bola Mata Duksi: tidak dapat dinilai Duksi: tidak dapat dinilai
Versi : tidak dapat dinilai Versi : tidak dapat dinilai
Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Cilia Edema Edema
Palpebra Superior Edema Edema
Palpebra Inferior
Conjunctiva : Pseudomembran(+), Hiperemis
- Tarsalis Superior Hiperemis
Hiperemis Tenang
- Tarsalis Inferior Hiperemis, Kemosis (+) Tenang
- Bulbi Jernih Jernih
Kornea Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Canal Occuli Anterior Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Iris Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Pupil Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Lensa
Pemeriksaan khusus
PEMERIKSAAN OBYEKTIF DENGAN ALAT LAIN

Tonometri : Tidak dilakukan


Slitlamp : TIdak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Pemeriksaan Pewarnaan Gram pada


apus sekret tanggal 9 Agustus 2007 :
- Ditemukan bakteri gram negatif
Diplococcus ekstrasel
Ringkasan / Resume
Pasien bayi yang berusia 11 hari dibawa oleh ibunya ke
RSMC dengan keluhan kedua mata pasien terlihat
bengkak yang semakin membesar dan belekan dimana
keluhan pada OD terlihat sejak usia pasien 2 hari (9 hari
SMRS), dan keluhan pada OS mulai terlihat sejak usia
pasien 5 hari (6 hari SMRS) namun bengkaknya tidak
sebesar pada mata kanan. Keluhan disertai dengan mata
merah (+), edema palpebra (+), nyeri tekan (+), sekret
purulen (+).
Sebelumnya pada usia pasien 4 hari, pasien pernah
dirawat di RS Majalaya selama 7 hari, pasien diberi obat
antibiotik topikal dan obat tetes oleh dokter umum
setempat tetapi keadaan tidak kunjung membaik. Karena
alasan tidak adanya dokter mata disana, pasien dirujuk ke
RS Cicendo pada usia 11 hari. Riwayat demam disangkal,
riwayat penyakit serupa pada keluarga dan orang
sekitarnya yang pernah kontak dengan pasien disangkal.
Ringkasan / Resume
Seminggu sebelum ibu pasien melahirkan, ibu pasien menderita
keputihan dengan mengeluarkan cairan kental berwarna putih,
berbau, dan terasa gatal di daerah alat kelamin yang tidak
diobati ( riwayat leukore (+) ) Ibu pasien melahirkan di paraji
dan setelah pasien lahir, pasien tidak diberi tetes nitras argenti.
Dari status oftalmologis, pemeriksaan visus tidak dapat
dilakukan, dari pemeriksaan subjektif dengan inspeksi
didapatkan pada cilia trikiasis (-), palpebra superior dan inferior
edema (+) OD dan OS, conjunctiva tarsalis superior hiperemis
OD dan OS disertai adanya pseudomembran (+) pada OD,
conjunctiva tarsalis inferior OD hiperemis, conjunctiva bulbi
hiperemis dan kemosis (+), kornea jernih, bagian-bagian yang
lainnya tidak dapat dinilai.
Dari hasil pemeriksaan Pewarnaan Gram pada apus sekret
tanggal 9 Agustus 2007 ditemukan bakteri gram negatif
Diplococcus ekstrasel
Diagnosa
DD/ :
Konjungtivitis blenorheae OD dan OS
Konjungtivitis inklusi e.c. Clamidia OD dan
OS

DK/ :
Konjungtivitis blenorheae OD dan OS
Usulan Pemeriksaan

Tes sensitivitas pada agar darah


dan coklat
Terapi

Penisilin Procain injeksi IM dengan


dosis 50.000 IU/kgBB/hari
Kloramfenikol tetes mata dengan dosis
0,5%-1% / jam
Prognosa
Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam


Pembahasan
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva
atau radang selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata. Konjungtivitis akut yang
disebabkan bakteri dapat disebabkan oleh infeksi
Stafilokok, Streptokok, Corynebacterium
diphtheriae, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria
gonorrhoea, dan Haemophilus injluenzae.
Memberikan gejala sekret muko-purulen dan
purulen, kemosis dan hiperemesis konjungtiva,
edema kelopak, kadang-kadang disertai keratitis dan
blefaritis, kornea jernih. Dapat terdapat papil pada
konjungtiva dan mata merah. Konjungtivitis bakteri
ini mudah menular.
Pembahasan
Pada pasien ini, dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan didapatkan data sebagai berikut :

Mata bengkak dan mengeluarkan sekret


purulen sejak usia pasien 2 hari.
Keluhan disertai juga dengan mata merah,
edema palpebra (+), nyeri tekan (+)
Conjunctiva tarsalis superior hiperemis OD
dan OS disertai adanya pseudomembran (+)
pada OD, conjunctiva tarsalis inferior OD
hiperemis, conjunctiva bulbi hiperemis dan
kemosis (+), kornea jernih
Adanya riwayat leukore seminggu
sebelum melahirkan yang tidak
diobati.
Ibu pasien melahirkan di paraji dan
setelah pasien lahir, pasien tidak diberi
tetes nitras argenti.
Riwayat penyakit serupa pada keluarga
dan orang sekitarnya yang pernah
kontak dengan pasien disangkal
Secara teoritis :
Gejala Klinik dari Oftalmia neonatorum
Timbul gejala sekret muko-purulen dan
purulen, kemosis dan hiperemesis
konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang
disertai keratitis dan blefaritis, kornea jernih.
Dapat terdapat papil pada konjungtiva dan
mata merah.
Konjungtivitis bakteri ini mudah menular.
Oftalmia neonatorum merupakan
konjungtivitis yang terjadi pada bayi di
bawah usia 1 bulan, dapat disebabkan oleh :
-Konjungtivitis kimia seperti nitras
argenti, terjadi dalam 24 jam
sesudah penetesan nitras argenti
profilaksis untuk gonorhea
- Konjungtivitis stafilokok, masa inkubasinya
lebih dari 5 hari
- Konjungtivitis inklusi (klamidia), masa
inkubasi 5-10 hari, pada bayi yang baru lahir
bisa timbul 3-5 hari setelah lahir.
- Konjungtivitis Gonorhea, masa inkubasi 2-5
hari
- Konjungtivitis virus, dapat dibawa langsung
setelah lahir, atau dengan masa inkubasi 1-2
minggu setelah lahir.
- Konjungtivitis jamur.
Dari data-data di atas dapat disimpulkan
bahwa etiologi konjungtivitis akut
pada pasien ini kemungkinan besar
adalah bakteri yang didapatkan dari
jalan lahir, maka kami mengambil
diferensial diagnosis sebagai berikut :
1. Konjungtivitis blenorheae OD dan
OS
2. Konjungtivitis inklusi e.c.
Clamidia OD dan OS
Konjungtivitis inklusi
Merupakan penyakit okulogenital yang
disebabkan oleh infeksi klamidia, dengan
masa inkubasi 5-10 hari.
Pada bayi timbul 3-5 hari setelah lahir
Dapat memberikan gambaran konjungtivitis
purulen
Pada orang dewasa dapat dalam beberapa
bentuk, konjungtiva hiperemik, kemosis,
pseudomembran, folikel yang nyata terutama
pada kelopak bawah dan tidak jarang
memberikan gambaran seperti hipertrofi papil
disertai pembesaran kelenjar preaurikel
Pada neonatal konjungtivitis yang terjadi bisa
tanpa menunjukkan respon folikuler.
Konjungtivitis gonore
Merupakan radang konjungtiva akut dan
hebat yang disertai dengan sekret purulen
Gonokok merupakan kuman yang sangat
pathogen, virulen, dan bersifat invasive
sehingga reaksi radang terhadap kuman ini
sangat berat
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi
pada saat berada pada jalan kelahiran,
sedang pada bayi penyakit ini ditularkan
oleh ibu yang sedang menderita penyakit
tersebut.
Memberikan sekret purulen padat
dengan masa inkubasi antara 12 jam
hingga 5 hari, disertai perdarahan
subkonjungtiva dan konjungtivitis
kemosis.
Pada bayi biasanya mengenai kedua
mata dengan sekret kuning kental.
Dari gambaran klinis, etiologi
konjungtivitis bakteri akut pada pasien
ini dapat disebabkan oleh gonorrhea
dan klamidia, namun ditinjau dari
masa inkubasinya dan hasil
pemeriksaan gram, maka kami
menyimpulkan bahwa diagnosa kerja
pada pasien ini adalah:

Konjunctivitis blenorhea OD dan OS


Diagnosa pasti dari penyakit ini
didapatkan dari hasil pemeriksaan
pewarnaan Gram pada apus sekret
dimana ditemukan bakteri gram
negatif Diplococcus ekstrasel.
Pembahasan
Penatalaksanaan penderita :
Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada pewarnaan gram
menunjukkan gram(-) diplokokus batang intraselular dan
sangat dicurigai konjungtivitis gonorrhea Pasien dirawat dan
diberi pengobatan dengan penisilin salep dan suntikan, pada
bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih
(direbus) atau dengan garam fisiologis setiap 1,4 jam. Pada
bayi diberikan Penisilin Procain injeksi IM dengan dosis
50.000 IU/kgBB/hari dan Kloramfenikol tetes mata dengan
dosis 0,5%-1% / jam. Bila tidak ada perbaikan dan atau terjadi
komplikasi pada kornea, lanjutkan dengan terapi sebagai
berikut, berikan gentamisin / ciprofloxacin salep mata injeksi
ceftriaxon 25-50 mg/kgBB atau cefotaxim 100 mg/kgBB IV
atau IM, lamanya terapi tergantung respone klinis.
Pembahasan
Follow up
Dilakukan setiap hari sampai perbaikan nyata
dan kemudian diperiksa tiap 2-3 hari sampai
kondisi sembuh. Pasien dapat dipulangkan
apabila pewarnaan gram menunjukkan gram(-)
diplokokus intraselular negatif pada
pemeriksaan 3 x berturut-turut.
Pembahasan
Saran-saran yang perlu diberikan
Karena ibu dari pasien masih menderita leukore akibat tidak
pernah berobat ke dokter, maka ibu pasien dan partner
seksusalnya harus diperiksakan ke dokter bagian kulit kelamin
untuk kemungkinan penyakit hubungan seksual yang diderita
demi mencegah terjadinya kasus yang serupa pada kelahiran
anak berikutnya.
Kedua orangtua pasien juga perlu dinasehati agar hati-hati
ketika kontak dengan pasien, ingatkan untuk selalu mencuci
tangannya agar tidak tertular penyakit yang serupa dari pasien.
Ingatkan juga agar apabila mau melahirkan anak lagi lebih
baik datang ke bidan atau rumah sakit agar bayinya
mendapatkan tindakan yang lebih baik seperti tetes nitras
argenti yang pada pasien ini tidak didapatkan.
Pembahasan

Penyulit yang dapat terjadi adalah tukak


kornea marginal terutama di bagian atas.
Tukak ini mudah perforasi akibat adanya
daya lisis kuman gonokok ini. Pada anak-
anak sering terjadi keratitis ataupuin tukak
kornea sehingga sering terjadi perforasi
kornea. Pada orang dewasa tukak yang
terjadi sering terletak marginal dan sering
berbentuk cincin. Perforasi kornea dapat
mengakibatkan endoftalmitis dan
panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total.
Pembahasan
Prognosa pada pasien ini, pada quo ad vitam adalah
dubia ad bonam dan pada quo ad functionam adalah
dubia ad bonam.
Karna apabila dilakukan tindakan dan penanganan
yang tepat dan cepat, komplikasi ulkus kornea yang
dapat menyebabkan perforasi kornea dapat
dihindari.
Apabila sudah terjadi perforasi pada kornea, hal ini
dapat menyebabkan kebutaan karena terjadinya
infeksi intraokular. Oleh karena itu penanganan
yang tepat, cepat dan intensif pada pasien sangat
menentukan prognosa dari penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai