mikroba, seperti bakteri, jamur, fungi, virus dan protozoa yang sering
disebut sebagai entomopatogen.
Namun pemanfaatan berbagai jenis cendawan tersebut sering menghadapi kendala, antara lain
kurangnya pengetahuan petani tentang jenis hama serta manfaat dan upaya mempertahankan
viabilitas dan keefektifan cendawan dalam pengendalian hama, termasuk cara perbanyakan,
penyiapan dan aplikasinya.
Hasil uji keefektifan Beauveria bassiana diperoleh hasil setelah 3 hari pengaplikasian terjadi
penurunan aktifitas makan pada serangga sasaran. Penuruna katifitas makan terjadi karena
cendawan telah masuk kedalam integumen serangga dan masuk ke dalam haemolimf serangga.
Pengaruh cendawan dalam haemolimf yaitu mempengaruhi pH dalam haemocul. Sehingga dapat
menyebabkan keracunan pada serangga.
Konsentrasi yang berhasil diujikan yaitu pada konsentrasi 50%. Pada konsentrasi ini mula-mula
serangga kaku dan kemudian tumbuh miselium jamur di daeral letal perbatasan caput dan toraks.
Kemudian jamur menyebar keseluruh badan serangga. Sementara pada konsentrasi lain tidak
terjadi pertumbuah cendawa, hal ini disebabkan instar hama yang digunakan berbeda-beda,
sehingga mempengaruhi kerja dari Beauveria basiana.
Nematoda Steinernema sp. merupakan salah satu alternatif
agensiahayati untuk mengendalikan hamasecara non kimiawi selain
parasitoid, predator, cendawan,virus dan bak-teri lainnya. Sebagai
bioinsektisida, entomopatogen inimempunyai be-berapa
kelebihan,yaitu efektif, per-sisten di dalamtanah; dapat dipro-duksi
secaramassal, diformulasi, dandiaplikasikan secara konven-
sional;kompatibel dengan kompo-nen laindalam pengendalian hama
terpadu(PHT); serta tidak men-cemarilingkungan.
Kemungkinannematoda ini diproduksi secaramurah berpeluang sangat
besar se-cara in vivo dan in vitro. Beberapakelemahan nematoda
Steinernema sp. antara lain persistensinya yang pendek bila
diaplikasikan padakanopi, namun dapat ditanggulangidengan teknik
formulasi
Nematoda Steinernema sp.