Laporan Kasus
Laporan Kasus
Oleh :
dr. Esi Srijayanti
Pembimbing :
Dr. Mhd Taufiq Siregar
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Umum
Untuk melengkapi persyaratan
tugas dokter internship di RSUD
Pandan Tapanuli Tengah.
Tujuan Khusus
Memberikan penjelasan tentang
Perdarahan Saluran Cerna Bagian
Atas (PSCBA)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI SALURAN CERNA
DEFINISI
Perdarahan saluran cerna bagian atas
(PSCBA) adalah perdarahan saluran
cerna proksimal dari ligamentum Treitz.
Yang termasuk organ-organ saluran
cerna di proximal Ligamentum Treitz
adalah esofagus, lambung (gaster),
duodenum dan sepertiga proximal dari
jejunum. Sedangkan perdarahan saluran
cerna bagian bawah adalah perdarahan
berasal dari sebelah distal dari
ligamentum treitz.
ETIOLOGI
Pecahnya varises esophagus
Perdarahan tukak peptik (ulkus
peptikum)
Medication-Induced Ulcer
Esofagitis
Sindroma Mallory-Weiss
Keganasan
Angiodisplasia
FAKTOR RESIKO
Usia
Jenis Kelamin
Penggunaan obat antiinflamasi non steroid
(OAINS)
Penggunaan Antiplatelet
Merokok
Alkohol
Riwayat Gastritis
Diabetes mellitus (DM)
Infeksi bakteri Helicobacter pylori
Chronic Kidney Disease
Hipertensi
Chronic Heart Failure
PATOGENESIS
Varises
Varises Esofagus Sirosis Hati kerusakan hati
berat tekanan vena porta mengembang
membesar varises pecah
perdarahan
Non Varises
GAMBARAN KLINIK
1. Hematemesis
Muntah darah yang mengindikasikan adanya
PSCBA yang berwarna merah segar atau hematin
(hitam seperti kopi)
2. Hematochezia
Keluarnya darah dari rektum yang diakibatkan
PSCBB, tetapi dapat juga dikarenakan PSCBA
yang sudah berat.
3. Melena
kotoran yang berwarna gelap yang dikarenakan
kotoran bercampur dengan asam lambung.
Disertai dengan gejala anemia, yaitu : pusing,
sinkop, angina atau dyspnea.
DIAGNOSIS
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi Diagnostik
ANAMNESA
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan adalah:
waktu terjadinya perdarahan
perkiraan darah yang keluar
riwayat perdarahan sebelumnya
riwayat perdarahan dalam keluarga
ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain
penggunaan obat-obatan terutama anti inflamasi
non steroid, penggunaan obat antiplatelet
kebiasaan minum alkohol
kemungkinan adanya penyakit hati kronik,
diabetes mellitus, demam tifoid, gagal ginjal,
hipertensi dan riwayat transfusi sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
Menilai kondisi hemodinamik tidak stabil, dengan
tanda-tanda sebagai berikut :
Hipotensi (<90/60 mmHg atau Mean arterial presure
(MAP) <70 mmHg dengan frekuensi nadi
>100/menit.
Tekanan diastolik ortostatik turun >10 mmHg atau
sistolik turun > 20 mmHg.
Frekuensi nadi ortostatik meningkat > 15x/menit.
Akral dingin
Kesadaran menurun
Anuria atau oliguria (produksi urin <30 ml/jam)
Inspeksi dengan NGT
Aspirat warna merah terang, pasien memerlukan
pemeriksaan endoskopi segera baik untuk evaluasi
maupun perawatan intensif. Jika cairan aspirat
berwarna seperti kopi, maka diperlukan rawat inap
dan pemeriksaan dalam 24 jam pertama.
Studi melaporkan 15% kasus perdarahan SCBA
pemeriksaan NGT normal tetapi terdapat lesi
dengan resiko tinggi perdarahan pada endoskopi.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, fungsi
ginjal, Waktu Pembekuan, Waktu
perdarahan, Golongan darah.
ENDOSKOPI Diagnostik
Pasien dengan perdarahan yang terus berlangsung,
gagal dihentikan dengan terapi suportif
membutuhkan pemeriksaan endoskopi dini (urgent
endoscopy) untuk diagnosis dan terapi melalui
teknik endoskopi.Tujuan pemeriksaan endoskopi
selain menemukan penyebab serta asal
perdarahan, juga untuk menentukan aktivitas
perdarahan.
TERAPI
1. Stabilisasi
. Patensi jalan napas
. Suplementasi Oksigen
. Akses intravena 2 line dengan jarum besar,
pemberian cairan Normal Saline atau Ringer
Lactat
. Evaluasi laboratorium : waktu koagulasi, Hb, Ht,
serum elektrolit, fungsi hati, ratio blood urea
nitrogen : serum kreatin
. Transfusi Packed Red Cell (PRC)
. Pertimbangkan transfusi Fresh Frozen Plasma
(FFP) atau trombosit
. Pertimbangkan Intensive Care Unit apabila :
Pasien dalam keadaan syok
Perdarahan aktif yang berlanjut
2. Non Endoskopi
Kumbah lambung
Pemberian vitamin-K
Vasopressin
Somatostatin dan analognya
(octreotide)
Obatan golongan anti sekresi asam
Penggunaan balon tamponade
3. Endoskopi
Keberhasilan terapi endoskopi dalam menghentikan
perdarahan bisa mencapai di atas 95% dan tanpa terapi
tambahan lainnya perdarahan ulang frekuensinya
sekitar 15-20%.
Metode terapinya meliputi :
Contact thermal (monopolar atau bipolar
elektrokoagulasi, heater probe).
Noncontact thermal (laser).
Nonthermal (misalnya : suntikan adrenalin, polidokanol,
alkohol, cyanoacrylate, atau pemakaian klip).
4. Radiologi
Angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan
tetap berlangsung dan belum bisa ditentukan asal
perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal
dan pembedahan sangat beresiko
5. Pembedahan
Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi
medik, endoskopi dan radiologi dinilai gagal
KOMPLIKASI
Syok hipovolemik, pneumonia
aspirasi, gagal ginjal akut, sindrom
hepatorenal, koma hepatikum,
anemia karena perdarahan
BAB III
KESIMPULAN
Pemeriksaan Fisik
Status Presens
Keadaan Umum : Lemah
Sensorium : Compos mentis
TD : 130/90 mmHg
HR : 84x/i
RR : 22 x/i
Temp : 36,5 C
Status Lokalisata
Kepala : Normochepali
Rambut : Hitam, distribusi merata dan tidak mudah di
cabut
Mata : Anemis (+/+), ikterus (-/-), cekung (-/-)
Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, sisi
kanan dan kiri simetris, secret (-)
Telinga : serumen ( - )
Mulut : mukosa kering(-) pucat(+)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax :
PARU
Inspeksi : bentuk simetris, retraksi sela iga (-),
pergerakan dada simetris saat bernafas.
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri, tidak ada masa,
nyeri tekan (-), pelebaran sela iga (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesikular
JANTUNG
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1
cm medial garis midclavicularis
sinistra, tidak teraba thrill.
Perkusi : batas jantung atas di ICS 2
garis parasternal sinistra, batas jantung
kiri di ICS 5,1 cm medial dari garis
midclavicularis sinistra, batas jantung
kanan di ICS 3,4,5 garis sternalis kanan.
Auskultasi : BJ I normal, BJ II normal,
regular, tidak ada splitting, tidak ada
murmur, tidak ada gallop
Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak terdapat distensi
dan vena kolateral
Palpasi : Nyeri tekan regio epigastrium (+),
lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi : timpani diseluruh lapangan abdomen
Auskultasi : bising usus ( + ) normal
Ekstremitas
Superior : edema (-),pucat (+)
Inferior : edema (-),Pucat (+)
Genitalia
Rectal Touche
Perineum : Normal Ampula rekti: Kolaps (-)
Sphingter Ani: Ketat Mukosa rekti : Licin
Sarung : Feses (+), Hitam seperti ter
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah
18 Januari 2017
Darah rutin
HGB : 7,6 gr/dl MCV : 86,0 FL
RBC : 2.570.000 mm3 MCH : 30,4 Pg
WBC : 4.800 mm3 MCHC : 35.3 g/dl
HCT : 22,1 % RDW : 19,3%
PLT : 489.000 mm3 MPV : 8.3 FL
Waktu Pembekuan : 341
Waktu Perdarahan : 134
Glukosa Sewaktu : 95 mg/dl
Glukosa Puasa : 86 mg/dl
Elektrolit
Natrium : 127 mmol/L
Kalium : 3.0 mmol/L
Chlorida : 103 mmol
19 Januari 2017
Fungsi Hati
SGOT : 22 U/L
SGPT : 38 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum : 22 mg/dl
Creatinin : 0,7 mg/dl
20 Januari 2017
Elektrolit (Setelah pemberian Nacl 3%)
Natrium : 132 mmol/L
Kalium : 3,0 mmol/l
Chlorida : 113 mmol/L
. Diagnosa Kerja
PSMBA ec dd Gastritis Erosiva + Anemia ec
Perdarahan + Hiponatremia + Hipokalemia
Penatalaksanaan
Tirah baring
Diet MII
Pasang NGT Pasien Menolak
RL COR 1 flash 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam/iv
Inj. Omeprazol 80 mg bolus 40 mg/12 jam/iv
Inj. Asam Tranexamat 500 mg/8 jam/iv
Prognosa
Quo ad vitam : dubia at bonam
Quo ad functionam : dubia at bonam
Quo ad sanactionam : dubia at bonam
TERIMAKASIH