Anda di halaman 1dari 93

PSIKOPATOLOGI

Pembimbing:
Dr. ERLINA SUTJIADI, Sp.KJ (K)

Presentator :
Ronauly FK UPN
Adi FK UPN
Definisi
Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari
kelainan atau gangguan dibidang kejiwaan.
Ditinjau dari pengertian tersebut diatas
batasannya sangat luas.
Kelainan/ gangguan dibidang kejiwaan pada
dasarnya merupakan gangguan dari bebagai
aspek kepribadian, misalnya: aspek kesadaran,
aspek tingkah laku atau perbuatan, kehidupan
afektif, proses pikir dsb.
Memahami psikopatologi dari bebagai aspek tsb
adalah penting untuk memahami keadaan
gangguan jiwa.
Dalam psikiatri perlu pengenalan dan definisi
tanda dan gejala perilaku emosional
Tanda (Sign) adalah temuan objektif yang
diobservasi oleh Dokter (sebagai contohnya afek
yang terbatas dan retardasi psikomotor)

Gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif


yang digambarkan oleh pasien (sebagai contohnya
mood yang tertekan dan berkurangnya tenaga)

Suatu sindroma adalah kelompok tanda &


gejala yang terjadi bersama-sama sebagai
suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungin
kurang spesifik dibandingkan gangguan atau
penyakit yang jelas
Apersepsi : Persepsi yang dimodifikasi
oleh emosi dan pikiran diri seseorang
Sensorium : Keadaan fungsi kognitif
tentang perasaan khusus (seringkali
digunakan sebagai sinonim kesadaran)
Gangguan kesadaran paling sering
berhubungan dengan asal patologis
1. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat,
atau orang

2. Pengaburan kesadaran : kejernihan ingatan yang


tidak lengkap dengan gangguan persepsi dan sikap

3 Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran


terhadap lingkungan sekeliling

4 Delirium : Kebingungan, gelisah, konfusa, reaksi


disorientasi yang disertai dengan rasa takut dan
halusinasi

5. Koma : derajat ketidak sadaran yang berat


6. Koma Vigil : koma dimana pasien tampak
tertidur tetapi segera dapat dibangunkan
( juga dikenal sebagai mutisme akinetik )

7. (twilight state) : gangguan kesadaran


dengan halusinasi

8. Keadaan seperti mimpi ( dreamlike state ):


seringkali digunakan secara sinonim dengan
kejang parsial kompleks atau epilepsi
psikomotor

9. Somnolensi : mengantuk yang abnormal yang


paling sering ditemukan pada proses organik.
Atensi adalah...
jumlah usaha yang dilakukan untuk
memusatkan pada bagian tertentu
dari pengalaman, kemampuan untuk
mempertahankan perhatian pada
satu aktivitas, kemampuan untuk
berkonsentrasi
1. Distraktibilitas : ketidakmampuan
untuk memusatkan atensi
2. Inatensi selektif :
hambatan hanya pada hal-hal yang
menimbulkan kecemasan
3. Hipervigilensi : atensi &
pemusatan yang berlebihan pada semua
stimuli internal dan eksternal, biasanya
sekunder dari keadaan delusional atau
paranoid
4. Keadaan tak sadarkan diri
(trance) : atensi yang terpusat dan
kesadaran yang berubah.
Kepatuhan dan respon yang tidak kritis
terhadap gagasan atau pengaruh
1. Folie a deux atau folie a trois :
penyakit emosional yang
berhubungan antara dua (atau tiga)
orang
2. Hipnosis : modifikasi kesadaran
yang diinduksi secara buatan yang
ditandai dengan peningkatan
sugestibilitas
Suatu kompleks keadaan perasaan
dengan komponen Psikis, somatik, dan
perilaku yang berhubungan dengan Afek
dan mood
Ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak
konsisten
dengan emosi yang dikatakan pasien

1. Afek yang sesuai ( appropriate affect ) : kondisi


dimana irama emosional adalah harmonis dengan
gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai.
2. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) :
ketidakharmonisan antara irama perasaan
emosional dengan gagasan, pikiran, atau
pembicaraan yang menyertainya
3. Afek yang tumpul (blunted affect) : gangguan
pada afek yang di manifestasikan oleh penurunan
berat pada intensitas irama perasaan yang
diungkapkan keluar
4. Afek yang terbatas (restricted or
constricted affect) : penurunan intensitas
irama perasaan yang kurang parah dari
pada afek yang tumpul tetapi jelas
menurun
5. Afek yang datar (flat affect) : tidak
adanya atau hampir tidak adanya tanda
ekspresi afek, suara yang monoton, wajah
yang tidak bergerak
6. Afek yang labil (labile affect) :
perubahan irama perasaan yang cepat dan
tiba-tiba, yang tidak berhubungan dengan
stimuli eksternal
Suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang
dialami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien
dan
Terlihat oleh orang lain, contohnya adalah depresi,
elasi,
Kemarahan
1. Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan
2. Mood eutimik : mood dalam rentang normal
menyatakan tidak adanya mood yang tertekan
atau melambung
3. Mood yang meluap-luap (expansive mood) :
ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan,
seringkali dengan penilaian yang berlebihan
terhadap kepentingan atau makna seseorang
4. Mood yang iritabel (irritable mood): dengan
mudah diganggu atau dibuat marah
5. Pergeseran mood (mood yang
labil) : osulasi antara euforia dan
depresi atau kecemasan
6. Mood yang meninggi (elevated
mood) : suasana keyakinan dan
kesenangan, suatu mood yang lebih
ceria dari biasanya
7. Euforia: elasi yang kuat dengan
perasaan kebesaran
8. Kegembiraan yang luar biasa
(ectasy) : perasaan kegairahan yang
kuat
9. Depresi : perasaan kesedihan yang
psikopatologis
10. Anhedonia : hilangnya minat dan menarik diri
dari semua aktifitas rutin dan menyenangkan,
seringkali disertai dengan depresi
11. Duka cita atau berkabung : kesedihan yang
sesuai dengan kehilangan yang nyata
12. Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan
dalam menggambarkan atau menyadari emosi
atau mood seseorang
1. Kecemasan : perasaan ketakutan yang
disebabkan oleh dugaan bahaya, yang
mungkin berasal dari dalam atau luar
2. Kecemasan yang mengambang bebas
(free floating anxiety) : rasa takut yang
meresap dan tidak terpusatkan yang tidak
berhubungan dengan suatu gagasan
3. kecemasan yang disebabkan oleh bahaya
yang dikenali secara sadar dan realistik
4. Agitasi : kecemasan berat yang disertai
dengan kegelisahan motorik
5. Ketegangan (tension) :
peningkatan aktivitas motorik dan
psikologis yang tidak
menyenangkan
6. Panik : serangan kecemasan yang
akut, eposodik, dan kuat yang
disertai dengan perasaan
ketakutan yang melanda dan
pelepasan otonomik
7. Apati : irama emosi yang tumpul
yang disertai dengan pelepasan
(detachment) atau ketidakacuhan
8. Ambivalensi : terdapatnya secara
bersama-sama dua impuls yang berlawanan
terhadap hal yang sama pada satu orang
yang sama pada waktu yang sama
9. Abreaksional : pelepasan atau pelimpahan
emosional setelah mengingat pengalaman
yang menakutkan
10. Rasa malu : kegagalan membangun
pengharapan diri
11. Rasa bersalah : emosi sekunder karena
melakukan sesuatu yang dianggap salah
Tanda disfungsi somatik (biasanya
otonomik) pada seseorang, paling sering
berhubungan dengan depresi (juga
disebut tanda vegetatif)

1. Anoreksia : hilangnya atau


menurunnya nafsu makan
2. Hiperpagia : meningkatnya nafsu
makan dan asupan makanan
3. Insomnia : hilangnya atau
menurunnya kemampuan untuk tidur
a. Awal : kesulitan jatuh tertidur
b. Pertengahan : kesulitan tidur sepanjang
malam
terbangun dan kesulitan kembali tidur.
c. Terminal : terbangun pada dini hari
4. Hipersomnia : tidur yang berlebihan
5. Variasi diurnal : mood yang secara
teratur terburuk pada pagi hari, segera
setelah terbangun, dan membaik dengan
semakin siangnya hari
6. Penurunan libido : penurunan minat,
dorongan, dan daya seksual (peningkatan
libido sering disertai keadaan manik)
7. Kontipasi : ketidakmampuan atau
kesulitan defekasi
Aspek jiwa yang termasuk impuls,
motivasi, harapan, dorongan,
instink, dan idaman, seperti yang
diekspresikan oleh perilaku atau
aktivitas motorik seseorang
1. Ekopraksia : peniruan pergerakan yang
patologis seseorang pada orang lain
2. Katatonia : kelainan motorik dalam
gangguan non organik (sebagai lawan dari
gangguan kesadaran dan aktivitas motorik
sekunder dari patologi organik)

a. Katalepsi : istilah umum untuk suatu


posisi yang tidak bergerak yang
dipertahankan terus menerus
b. Luapan katatonik : aktivitas motorik
yang teragitasi, tidak bertujuan, dan tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal
c. Stupor katatonik : penurunan
aktivitas motorik yang nyata sering kali
sampai titik imobilitas dan tampaknya
tidak menyadari sekeliling

d. Rigiditas katatonik : penerimaan


postur yang kaku yang disadari,
menentang usaha untuk digerakkan
e. Posturing katatonik : penerimaan postur
yang tidak sesuai atau kaku yang disadari,
biasanya dipertahankan dalam waktu
yang lama

f. Cerea Flexibilitas (Fleksibilitas lilin):


seseorang dapat diatur dalam suatu posisi
yang kemudian dipertahankannya
3. Negativisme : tahanan tanpa
motivasi terhadap semua usaha
untuk menggerakan atau terhadap
semua intruksi
4. Katapleksi : hilangnya tonus otot
dan kelemahan secara sementara
yang dicetuskan oleh berbagai
keadaan emosional
5. Strereotipik : pola tindakan fisik
atau bicara yang terfiksasi dan
berulang
6. Mannerisme : pergerakan tidak disadari
yang mendarah daging dan kebiasaan
7. Otomatisme : tindakan atau tindakan-
tindakan yang otomatis yang biasanya
mewakili suatu aktivitas simbolik yang tidak
disadari
8. Otomatisme perintah : otomatisme
mengikuti sugesti (juga disebut kepatuhan
otomatik)
9. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan
struktural
10. Overaktivitas :

a. Agitasi psikomotor : overaktivitas


motorik dan kognitif yang berlebihan,
biasanya tidak produktif dan sebagai respon
dari ketegangan dalam

b. Hiperaktivitas : (hiperkinesis):
kegelisahan, agresif, aktivitas destruktif,
seringkali disertai dengan patologi otak dasar

c. Tik : pergerakan motorik yang spasmodik


dan tidak disadari
d. Tidur berjalan (sleepwalking)
(somnambulisme): aktivitas motorik
saat tertidur
e. Akathisia: perasaan subjektif tentang
tegangan motorik sekunder dari
medikasi antipsikotik atau medikasi lain,
yang dapat menyebabkan kegelisahan,
melangkah bolak-balik, duduk dan
berdiri berulang-ulang, dapat disalah
artikan sebagai agitasi psikotik
f. Ataksia: kegagalan koordinasi otot,
iregularitas gerakan otot
g. Folifagia: makan berlebihan yang
patologis
h. Kompulsi: impuls yang tidak terkontrol untuk
melakukan suatu tindakan secara berulang

i. Dipsomania: kompulsi untuk minum alkohol


ii. Kleptomania: kompulsi untuk mencuri
iii. Nimfomania: kebutuhan untuk koitus yang
kuat dan
komfulsif pada seorang wanita
iv. Satiriasis: kebutuhan untuk koitus yang kuat
dan komfulsif pada seorang laki-laki
v. Trikotilomania: kompulsi untuk mencabut
rambut
vi. Ritual: aktivitas kompulsif otomatis sifat
menurunkan kecemasan yang orisinil
11. Hipoaktivitas (hipokinesis): penurunan
aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada
retardasi psikomotor, perlambatan pikiran,
bicara, dan pergerakan yang dapat terlihat

12. Mimikri: aktivitas motorik tiruan dan


sederhana pada anak-anak

13. Agresi: tindakan yang kuat dan diarahkan


tujuan yang mungkin verbal atau fisik, bagian
motorik dari afek kekasaran, kemarahan, atau
permusuhan
14.Memerankan (acting out): ekspresi
langsung dari suatu harapan atau
impuls yang tidak disadari dalam
bentuk gerakan, fantasi yang tidak
disadari dihidupkan secara impulsif
dalam perilaku
15. Abulia: penurunan impuls untuk
bertindak dan berfikir, disertai dengan
ketidak acuhan tentang akibat
tindakan, disertai dengan defisit
neurologis
Aliran gagasan, simbol dan asosiasi
yang diarahkan oleh tujuan dimulai
oleh suatu masalah atau suatu tugas
dan mengarah pada kesimpulan yang
berorientasi kenyataan, jika terjadi
urutan yang logis, berfikir adalah
normal, para praksis (tergelincir dari
logis yang termotivasi secara tidak
disadari juga disebut pelesetan
menurut freud) dianggap sebagai
bagian dari berpikir yang normal
1. Gangguan mental: sindroma perilaku atau
psikologis yang bermakna secara klinis, disertai
dengan penderitaan atau ketidakmampuan,
tidak hanya suatu respon yang diperkirakan dari
peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan
antara seseorang dan masyarakat
2. Psikosis: ketidakmampuan untuk membedakan
kenyataan dari fantasi, gangguan tes realitas,
dengan menciptakan realitas baru (berlawanan
dengan neurosis: gangguan mental dimana tes
realitas adalah utuh, perilaku tidak jelas adalah
norma-norma sosial, relatif bertahan lama atau
rekuren tanpa pengobatan
3. Tes realitas: pemeriksaan dan
perkembangan obyektif tentang dunia
diluar diri
4. Gangguan pikiran formal: gangguan
dalam bentuk pikiran, malahan isi
pikiran, berpikir ditandai dengan
kekenduran asosiasi, neologisme, dan
kontruksi yang tidak logis, proses berpikir
mengalami gangguan, dan orang
didefinisikan sebagai psikotik
5. Berpikir tidak logis: berpikir mengandung
kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal,
hal ini adalah patologis jika nyata dan tidak
disebabkan oleh nilai kultural atau defisit
intelektual
6. Dereisme: aktivitas mental yang tidak sesuai
dengan logika atau pengalaman
7. Berpikir autistik: preokupasi dengan dunia
dalam dan pribadi, istilah digunakan agak sama
dengan dereisme
8. Berpikir magis: suatu bentuk pikiran
dereistik, berpikir adalah serupa dengan fase
pra operasional pada masa anak-anak (jean
piaget), dimana pikiran, kata-kata, atau
tindakan mempunyai kekuatan (sebagai
contohnya, mereka dapat menyebabkan atau
mencegah suatu peristiwa)
9. Proses berpikir primer: istilah umum
untuk berpikir yang dereistik, tidak logis,
magis, normalnya ditemukan pada mimpi,
abnormal pada psikosis
1. Neologisme: kata baru yang diciptakan oleh
pasien, seringkali dengan mengkombinasikan
suku kata dari kata-kata lain, untuk alasan
keanehan psikologis

2. Word salad (gado-gado kata): campuran


kata dan frasa yang membingungkan

3. Sirkumstansialitas: bicara yang tidak


langsung yang lambat dalam mencapai tujuan
tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan
yang diharapkan
4. Tangensialitas: ketidakmampuan untuk
mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan
oleh tujuan
5 Inkoherensi (pembicaraan yang tidak
logis): pikiran yang biasanya tidak dapat
dimengerti berjalan bersama pikiran atau kata-
kata dengan hubungan yang tidak logis atau
tanpa tata bahasa, yang menyebabkan
disorganisasi
6 Perseverasi: respon terhadap stimulus
sebelumnya yang menetap setelah stimulus
baru diberikan, sering disertai dengan
gangguan kognitif
7. Verbigerasi: pengulangan kata-kata atau
frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai
arti

8 Ekolalia: pengulangan kata-kata atau frasa-


frasa seseorang oleh orang lain secara
psikopatologis, cenderung berulang dan
menetap, dapat diucapkan dengan mengejek
atau intonasi terputus-putus

9. Kondensasi: penggabungan berbagai


konsep menjadi satu konsep
10.Jawaban yang tidak relevan: jawaban
yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang
ditanyakan
11.Pengenduran asosiasi: aliran pikiran
dimana
gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek
kesubjek lain dalam cara yang sama sekali
tidak berhubungan, jika berat, bicara mungkin
membingungkan (inkoheren)
12. Keluar dari jalur (derailment):
penyimpangan yang mendadak dalam urutan
pikiran tanpa penghambatan; seringkali
digunakan secara sama dengan pengenduran
asosiasi
13. Flight of ideas: verbalisasi atau permainan
kata-kata yang cepat dan terus menerus
yang menghasilkan pergeseran terus
menerus dari satu ide ke ide lain

14. Asosiasi bunyi (clang association):


asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya
tetapi berbeda artinya, kata-kata tidak
mempunyai hubungan logis, dapat termasuk
sajak dan permainan kata
15. Penghambatan (blocking): terputusnya
aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran
atau gagasan diselesaikan, setelah suatu periode
terhenti singkat

16. Glossolalia: ekspresi pesan-pesan yang


relevan melalui kata-kata yang tidak dapat
dipahami
1. Kemiskinan isi pikiran: pikiran yang memberikan
sedikit informasi karena tidak ada pengertian,
pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas

2. Gagasan yang berlebihan: keyakinan palsu yg


dipertahankan dan tidak beralasan yang dipertahankan
secara kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham

3. Waham: keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan


yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan
dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultura,
yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan
a. Waham yang kacau (bizzare
delusion): keyakinan palsu yang aneh,
mustahil dan sama sekali tidak masuk akal
(sebagai contoh orang dari angkasa luar
telah menanamkan suatu elektroda pada
otak pasien)

b. Waham tersistematisasi: keyakinan


yang palsu yang digabungkan oleh suatu
tema atau peristiwa tunggal (sebagai contoh
pasien dimata-matai oleh agen
rahasia,mafia,atau boss)
c. Waham yang sejalan dengan mood:
waham dengan isi yang sesuai dengan
mood

d. Waham yang tidak sejalan dengan


mood: waham dengan isi yang tidak
mempunyai hubungan dengan mood atau
merupakan mood netral

e. Waham nihilistik: perasaan palsu bahwa


dirinya, orang lain, dan dunia adalah tidak
ada atau berakhir
f. Waham kemiskinan: keyakinan palsu bahwa
pasien kehilangan atau akan terampas semua
harta miliknya

g. Waham somatik: keyakinan yang palsu


menyangkut fungsi tubuh pasien (sebagai
contohnya: keyakinan bahwa otak pasien adalah
berakar atau mencair)
h. Waham paranoid: termasuk waham
persekutorik dan waham referensi, kontrol
dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid,
dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari
bagian waham)

i. Waham menyalahkan diri sendiri:


keyakinan yang palsu tentang penyesalan
yang dalam dan bersalah
j. Waham pengendalian: perasaan palsu
bahwa kemauan, pikiran atau perasaan
pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar

i. Penarikan pikiran (thought withdrawal):


waham
bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatan
nya oleh orang lain atau tenaga lain
ii. Penanaman pikiran (thought insertion):
waham
bahwa pikiran ditanam dalam pikiran pasien
oleh orang atau tenaga lain
iii. Siar pikiran (thought broadcasting):
waham bahwa pikiran pasien dapat
didengar oleh orang lain, seperti pikiran
mereka sedang disiarkan keudara
iv. Pengendalian pikiran (thought
control): waham bahwa pikiran pasien
dikendalikan oleh orang atau tenaga lain
4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran:
pemusatan isi pikiran pada ide tertentu,
disertai dengan irama afektif yang kuat,
seperti kecenderungan paranoid atau pre
okupasi tentang bunuh diri atau membunuh
5. Egomania: preokupasi pada diri sendiri yang
patologis
6. Monomania: preokupasi dengan suatu objek
tunggal
7. Hipokondria: keprihatinan yang berlebihan
tentang kesehatan pasien yang didasarkan
bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi,
pada interprestasi yang tidak realistik terhadap
tanda atau sensasi fisik yang berbagai abnormal
8. Obsesi: ketekunan yang patologis dari
suatu pikiran atau perasaan yang tidak
dapat ditentang yang tidak dapat
dihilangkan dari kesadaran oleh usaha
logika, yang disertai dengan kecemasan
(juga dikenal sebagai perenungan
[rumination])
9. Kompulsi: kebutuhan yang patologis untuk
melakukan suatu impuls yang jika ditahan
menyebabkan kecemasan, perilaku berulang
sebagai respon suatu obsesi atau dilakukan
menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang
sebenarnya dalam diri selain daripada untuk
mencegah dari terjadi dimasa depan
10. Koprolalia: pengungkapan secara
kompulsif dari kata-kata yang cabul
11. Fobia: rasa takut patologis yang persisten,
irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi
tertentu; menyebabkan keinginan yang
memaksa untuk menghindari stimulus yang
ditakuti
a. Fobia sederhana: rasa takut yang jelas
terhadap objek atau situasi yang jelas
(sebagai contohnya rasa takut terhadap
laba-laba atau ular)
b. Fobia sosial: rasa takut akan
keramaian masyarakat, seperti rasa takut
berbicara dengan masyarakat, bekerja, atau
makan dalam masyarakat
c. Akrofobia: rasa takut terhadap tempat
yang tinggi
d. Agorafobia: rasa takut terhadap tempat
yang terbuka
e. Panfobia: rasa takut terhadap segala
sesuatu
f. Klaustrofobia: rasa takut terhadap
tempat yang tertutup
g. Xenofobia: rasa takut terhadap orang
asing
h. Zoofobia: rasa takut terhadap binatang
Gagasan, pikiran, perasaan yang
diekspresikan
melalui bahasa/ komunikasi melalui
penggunaan kata-kata dan bahasa
1. Tekanan bicara: bicara cepat yaitu
peningkatan jumlah dan kesulitan untuk
memutus pembicaraan
2. Kesukaan bicara (logohea): bicara yang
banyak sekali, bertalian dan logis
3. Kemiskinan bicara (poverty of speech):
pembatasan jumlah bicara yang digunakan:
jawaban mungkin hanya satu suku kata
(monosyllabic)
4. Bicara yang tidak spontan: respon verbal
yang diberikan hanya jika ditanya atau
dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang
dimulai dari diri sendiri
5. Kemiskinan isi bicara: bicara yang
adekuat dalam jumlah tetapi memberikan
sedikit informasi karena ketidakjelasan,
kekosongan, atau frasa yang stereotipik
6. Disprosodi: hilangnya irama bicara yang
normal (disebut prosodi)
7. Disartria: kesulitan dalam artikulasi bukan
dalam penemuan kata atau tatabahasa
8. Bicara yang keras atau lemah secara
berlebihan: hilangnya modulasi volume bicara
normal; dapat mencerminkan berbagai keadaan
patologis mulai dari psikosis sampai depresi
sampai ketulian
9. Gagap: pengulangan atau perpanjangan suara
atau suku kata yang sering, menyebabkan
gangguan kefasihan bicara yang jelas
10. Kekacauan: bicara yang aneh dan disritmik,
yang mengandung semburan yang cepat dan
menyentak
Gangguan dalam pengeluaran bahasa
1. Afasia motorik: gangguan bicara yang
disebabkan oleh gangguan kognitif dimana
pengertian adalah tetap tetapi kemampuan
untuk bicara adalah sangat terganggu; bicara
terhenti-henti, susah payah, dan tidak akurat
2. Afasia sensoris: kehilangan kemampuan
organik untuk mengerti arti kata; bicara
adalah lancar dan spontan, tetapi
membingungkan dan yang bukan-bukan
3. Afasia nominal: kesulitan untuk
menemukan nama yang tepat untuk suatu
benda
4. Afasia sintatikal: ketidakmampuan
untuk menyusun kata-kata dalam
urutan yang tepat
5. Afasia logat khusus: kata-kata yang
dihasilkan seluruhnya neologistik; kata-
kata yang bukan-bukan diulangi
dengan berbagai intonasi dan nada
suara
6. Afasia global: kombinasi afasia yang
sangat tidak fasih dan afasia fasih yang
berat
Proses memindahkan stimulasi fisik
menjadi Informasi psikologis; proses
mental dimana Stimulasi sensoris
dibawa ke kesadaran
1. Halusinasi: persepsi sensoris yang
palsu yang tidak disertai dengan stimuli
eksternal yang nyata; mungkin terdapat
atau tidak terdapat interprestasi waham
tentang pengalaman halusinasi
a. Halusinasi hipnagogik: persepsi
sensori yang palsu yang terjadi saat
akan tertidur biasanya dianggap
sebagai fenomena yang nonpatologis
b. Halusinasi hipnopompik: persepsi
palsu yang terjadi saat terbangun dari
tidur, biasanya dianggap tidak patologis
c. Halusinasi dengar (auditoris):
persepsi bunyi yang palsu, biasanya
suara tetapi juga bunyi-bunyi lain,
seperti musik, merupakan halusinasi
yang paling sering pada gangguan
psikiatrik
d. Halusinasi visual: persepsi palsu tentang
penglihatan yang berupa citra yang berbentuk
(sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak
berbentuk (sebagai contohnya, kilatan cahaya),
paling sering pada gangguan organik
e. Halusinasi cium (oflaktoris): persepsi
membau yang palsu, paling sering pada
gangguan organik
f. Halusinasi kecap (gustatoris): persepsi
tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa
kecap yang tidak menyenangkan yang
disebabkan oleh kejang, paling sering pada
gangguan organik
g. Halusinasi raba (taktil;haptic): persepsi
palsu tentang perabaan atau sensasi
permukaan, seperti dari tungkai yang
teramputasi (phantom limb), sensasi adanya
gerakan pada atau dibawah kulit (kesemutan)
h. Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang
sesuatu hal yang terjadi didalam atau terhadap
tubuh, paling sering berasal dari visceral
I. Halusinasi liliput: persepsi yang palsu
dimana benda-benda tampak lebih kecil dari
ukurannya
j. Halusinasi yang sejalan dengan mood
(mood-congruent hallucination): halusinasi
dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan
mood yang tertekan atau manik (sebagai
contohnya, pasien yang mengalami depresi
mendengar suara yang mengatakan bahwa
pasien adalah orang yang jahat, seorang
pasien manik mendengar suara yang
mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri,
kekuatan dan pengetahuan yang tinggi)
k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan
mood
(mood-incongruent hallucination):
halusinasi dimana isinya tidak konsisten
dengan mood yang tertekan atau manik
(sebagai contohnya, pada depresi, halusinasi
tidak melibatkan tema-tema tersebut seperti
rasa bersalah, penghukuman yang layak
diterima, atau ketidakmampuan; pada mania,
halusinasi tidak mengandung tema-tema
tersebut seperti harga diri atau kekuasaan
yang tinggi)
l. Halusinosis: halusinasi, paling sering
adalah halusinasi dengar, yang berhubungan
dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan
terjadi dalam sensorium yang jernih, berbeda
dengan delirium tremens (DTs), yaitu
halusinasi yang terjadi dalam konteks
sensorium yang berkabut
m. Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang
disebabkan oleh sensasi lain (sebagai
contohnya, suatu sensasi auditoris yang
disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi
visual, suatu bunyi dialami sebagai dilihat,
atau suatu penglihatan dialami sebagai
didengar)
n. Trailing phenomenon: kelainan persepsi
yang berhubungan dengan obat-obat
halusinogen dimana benda yang bergerak
dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah
dan tidak kontinu
2. Ilusi: mispersepsi atau misinterprestasi
terhadap
stimuli eksternal yang nyata

B. Gangguan yang berhubungan dengan


gangguan kognitif:
agnosa-ketidakmampuan untuk mengenali
dan menginterprestasikan kepentingan kesan
sensori
1. Anosognosia (ketidaktahuan tentang
penyakit): ketidakmampuan untuk
mengenali suatu defek neurologis yang terjadi
pada dirinya
2. Somatopagnosia (ketidaktahuan
tentang tubuh): ketidakmampuan untuk
mengenali suatu bagian tubuh sebagai milik
tubuhnya sendiri (juga disebut sebagai
autopagnosia)
3. Agnosia visual: ketidakmampuan untuk
mengenali benda-benda atau orang
4. Astereognosis: ketidakmampuan untuk
mengenali benda melalui sentuhan
5. Prosofagnosia: ketidakmampuan mengenali
wajah
6. Apraksia: ketidakmampuan untuk melakukan
tugas tertentu
7. Simultagnosia: ketidakmampuan untuk
mengerti lebih dari satu elemen pendangan visual
pada suatu waktu atau untuk mengintegrasikan
bagian-bagian menjadi keseluruhan
8. Adiadokokinesia: ketidakmampuan untuk
melakukan pergerakan yang berubah dengan
cepat
C. Gangguan yang berhubungan
dengan fenomena konversi dan
disosiatif:

Somatisasi material yang direpresi atau


perkembangan gejala dan distorsi fisik
yang melibatkan otot volunter atau organ
sensorik tertentu bukan dibawah kontrol
volunter dan tidak disebabkan oleh suatu
gangguan fisik
1. Anestesia histerikal: hilangnya modalitas
sensoris yang disebabkan oleh konflik
emosional
2. Makropsia: menyatakan bahwa benda-benda
tampak lebih besar dari sesungguhnya
3. Mikropsia: menyatakan bahwa benda-benda
adalah lebih kecil dari sesungguhnya (baik
makropsia dan mikropsia juga dapat
berhubungan dengan kondisi organik yang
jelas, seperti kejang parsial kompleks
4. Depersonalisasi: suatu perasaan
subjektif merasa tidak nyata, aneh, atau
tidak mengenali diri sendiri
5. Derealisasi: suatu perasaan subjektif
bahwa lingkungan adalah aneh atau
tidak nyata, suatu perasaan tentang
perubahan realitas
6. Fuga (fugue): mengambil identitas baru
pada amnesia identitas yang lama;
seringkali termasuk berjalan-jalan atau
berkelana kelingkungan yang baru
7. Kepribadian ganda (multiple
personality): satu orang yang tampak
pada waktu yang berbeda menjadi dua
atau lebih kepribadian dan karakter yang
sama sekali berbeda (disebut gangguan
identitas disosiatif dalam diagnostic and
statistical manual of mental disorder edisi
keempat [DSM-IV])
Fungsi dimana informasi disimpan
diotak dan selanjutnya diingat
kembali kekesadaran
1. Amnesia: ketidakmampuan sebagian
atau keseluruhan untuk mengingat
pengalaman masa lalu, mungkin
berasal dari organik atau emosional

a. Anterograd: amnesia untuk peristiwa


yang
terjadi setelah suatu titik waktu
b. Retrograd: amnesia sebelum suatu
titik wakt
2. Paramnesia: pemalsuan ingatan oleh
distorsi pengingatan

a. Fausse reconnaissance: pengenalan


yang palsu
b. Pemalsuan retrosfektif: ingatan secara
tidak diharapkan (tidak disadari) menjadi
terdistorsi saat disaring melalui keadaan
emosional, kognitif, dan pengalaman
pasien
sekarang.
c. Konfabulasi: pengisian kekosongan ingatan
secara tidak disadari oleh pengalaman yang
dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya
pasien tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan,
paling sering berhubungan dengan patologi
organik
d. Dj vu: ilusi pengenalan visual dimana
situasi yang baru secara keliru dianggap
sebagai suatu pengulangan ingatan
sebelumnya
e. Deja entendu: ilusi pengenalan
auditoris
f. Deja pense: ilusi bahwa suatu pikiran
baru dikenali sebagai pikiran yang
sebelumnya telah dirasakan atau
diekspresikan
g. Jamais vu: perasaan palsu tentang
ketidakkenalan terhadap situasi nyata
yang telah dialami oleh seseorang
3. Hipermensia: peningkatan derajat
penyimpangan dan pengingatan
4. Eidetic Image: ingatan visual tentang
kejelasan halusinasi
5. Screen memory: ingatan yang dapat
ditoleransi secara sadar menutupi
ingatan yang menyakitkan
6. Represi: suatu mekanisme
pertahanan yang ditandai oleh
pelupaan secara tidak disadari
terhadap gagasan atau impuls yang
tidak dapat diterima
7. Letologika: ketidakmampuan
sementara untuk mengingat suatu
nama atau suatu kata benda yang
tepat
1. Segera (immediate): reproduksi atau
pengingatan hal-hal yang dirasakan
dalam beberapa detik sampai menit
2. Baru saja (recent): pengingatan
peristiwa yang telah lewat beberapa
hari
3. Agak lama (recent past):
pengingatan peristiwa yang telah lewat
selama beberapa bulan
4. Jauh (remote): pengingatan peristiwa
yang telah lama terjadi
Kemampuan untuk mengerti,
mengingat, menggerakkan, dan
menyatukan secara konstruktif
pelajaran sebelumnya dalam
menghadapi situasi yang baru
Kurangnya intelegensia sampai derajat
dimana terdapat gangguan pada kinerja sosial
dan kejuruan:
Ringan (I.Q.50 atau 55 sampai kira-kira 70)
Sedang (I.Q.35 atau 40 sampai 50 atau 55)
Berat (I.Q.20 atau 25 sampai 35 atau 40)
Sangat berat (I.Q. dibawah 20)

Istilah lama adalah :


- Idiot (usia mental kurang dari 3 tahun)
- Imbesil (usia mental 3 sampai 7 tahun)
- Moron (usia mental kira-kira 8 tahun)
Pemburukan fungsi intelektual organik dan
global tanpa pengaburan kesadaran
1. Diskalkulia (akalkulia): hilangnya
kemampuan untuk melakukan
perhitungan yang tidak disebabkan oleh
kecemasan atau gangguan konsentrasi
2. Disgrafia (agrafia): hilangnya
kemampuan untuk menulis dalam gaya
yang kursif, hilangnya struktur kata
3. Aleksia: hilangnya kemampuan
membaca yang sebelumnya dimiliki,
tidak disebabkan oleh gangguan
ketajaman penglihatan
C. Pseudodemensia: gambaran klinis yang
menyerupai demensia yang tidak disebabkan
oleh suatu kondisi organik; paling sering
disebabkan oleh depresi (sindroma demensia
dari depresi)
D. Berpikir konkret: berpikir harafiah,
penggunaan kiasan yang terbatas tanpa
pengertian nuansa; pikiran satu-dimensional
E. Berpikir abstrak: kemampuan untuk
mengerti nuansa arti; berpikir
multidimensional dengan kemampuan
menggunakan kiasan dan hipotesis dengan
tepat
Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab
sebenarnya dan arti dari suatu situasi (seperti
sekumpulan gejala)

A. Tilikan intelektual: mengerti kenyataan objektif


tentang suatu keadaan tanpa kemampuan untuk
menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk
mengatasi situasi

B. Tilikan seseungguhnya: mengerti kenyataan objektif


tentang suatu situasi, disertai dengan daya pendorong
(impetus) motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi

C. Tilikan yang terganggu: menghilangnya


kemampuan untuk mengerti kenyataan objektif dari suatu
situasi
Kemampuan untuk menilai situasi secara
benar dan untuk bertindak secara tepat
didalam situasi tersebut

A. Pertimbangan kritis: kemampuan untuk menilai,


melihat dan memilih berbagai pilihan didalam suatu
situasi

B. Pertimbangan otomatis: kinerja refleks didalam


suatu tindakan

C. Pertimbangan yang terganggu: menghilangnya


kemampuan untuk mengerti suatu situasi dengan benar
dan bertindak secara tepat
Kaplan edisi 3
Buku psikopatologi

Anda mungkin juga menyukai