Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK

TIGA

TUBERCULOSIS
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

o ANIS KURLY NISFIANA DEWI (2014.04.3.0009)


o DELLA MEDYA ANISA I.P (2014.04.3.0018)
o DITA TRI PINANI (2014.04.3.0019)
o MARIA NONA ANDRIAI (2014.04.3.0029)
o MARY GRACE PADANG (2014.04.3.0030)
o NURITA PUSPARINI (2014.04.3.0036)
o RENDRA SATRYA HUTAMA (2014.04.3.0038)
o SEKAR ARUM WIDYASARI (2014.04.3.0045)
o SHELVYANTI KHAIRUN NISA (2014.04.3.0047)
o TSANIA DEVI ROSYIDAH (2014.04.3.0051)
TUBERCULOSIS (TB)
Suatu infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru (80%)
Berbentuk batang berukuran panjang 1-5 mm dg tebal 0,3-
0,6cm
Tersusun dari lemak/ lipid sehingga mampu tahan terhadap
asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Bersifat aerob, banyak ditemukan di daerah apeks paru-
paru(daerah konduksif untuk penyakit tuberkulosis)

Pertumbuhannya lebih lambat jika dibandingkan dengan bakteri


gram positif dan gram negatif (pembelahannya tiap 20 jam)

tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk


identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga disebut
sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Dipiro, Joseph T. DiPiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R.
Matzke Barbara G. Wells, L. Michael Posey. 2015.Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach 9th edition. McGraw-Hill
EPIDEMIOLOGY
Tidak mendapatkan akses
FAKTOR
kesehatan RESIKO
yang layak, tinggal di
tempat yang padat, sanitasi yang
buruk atau homeless.

orang terdekat dengan penderita


TB seperti anggota keluarga, teman
kerja dan orang yang tinggal
bersama (penjara, tempat
penampungan)

co-infected dengan hepatitis B


atau HIV

Dipiro,penurunan
Joseph T. DiPiro, Robert L.system kekebalan
Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke
Barbara G. Wells, L. Michael Posey. 2015.Pharmacotherapy A
tubuh Pathophysiologic Approach 9 edition. McGraw-Hill
th
KLASIFIKASI TB
Tuberkulosis paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan
Tuberkulosis Ekstra Paru
dahak, dibagi dalam:
Dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu:
1) Tuberkulosis Paru BTA Positif.
Sekurang-kurangnya 2 dari 3
1) TB Ekstra Paru Ringan
spesimen dahak SPS hasilnya
Misalnya: TB kelenjar limphe,
BTA positif.
pleuritis eksudativa unilateral,
Spesimen dahak SPS hasilnya
tulang (kecuali
BTA positif dan foto rontgen
tulang belakang), sendi, dan
dada
kelenjar adrenal.
menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif.
2) TB Ekstra-Paru Berat
Misalnya: meningitis, millier,
2) Tuberkulosis Paru BTA
perikarditis, peritonitis,
Negatif
pleuritis eksudativa duplex, TB
Pemeriksaan 3 spesimen dahak
tulang belakang, TB usus, TB
SPS hasilnya BTA negatif dan
saluran kencing dan alat
foto rontgen
kelamin.
dada menunjukkan gambaran
TRANSMISI

penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet


(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan
di udara selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi bila droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan.
PATOFISIOLOGI
SITES OF TB DISEASE
LOKASI FREKUENSI
PULMONARY TB Paru- paru Kebanyakan kasus
TB adalah jenis
ini.
EXTRAPULMONAR Daerah lain selain Sering ditemukan
Y TB paru-paru: pada pasien HIV
- larynx, kelenjar atau
limfe, pleura, immunosuppresse
otak, ginjal atau d dan pada anak-
tulang dan sendi anak.
MILIARY TB Dibawa ke seluruh Jarang terjadi
bagian tubuh
melalui peredaran
darah.
MENINGITIS TB Sekitar otak atau Jarang terjadi
spinal cord
DIAGNOSIS2.DAN TEST(tes
TES MANTOUX
tuberculin)
1. TES DARAH
(+) PADA TB paru
pasca-primer.
Penurunan WBC
Indurasi kulit >5 mm
(dihitung dengan
dengan 10 unit
leukosit predominance).
tuberculin
3. TES HEAF intradermal.
4. MIKROBIOLOGI
(tes skrinning, jarang
digunakan) BTA dideteksi pada
Suatu cincin dengan sputum atau bilasan
enam cocokan peniti paru yang
yang dibuat melalui menggunakan
larutan tuberculin pada pewarnaan Ziehl-
lengan bawah Neelsen.
DIAGNOSIS DAN TEST
5. HISTOPATOLOGI

Aspirasi pleura dengan


biopsy mengkonfirmasi
TB pada ~90% pasien
dengan efusi pleura. 6. RADIOGRAFI
DADA

Adanya kavitas
diapeks, efusi pleura
dan pneumotoraks
dapat terjadi.
MANAGEMENT THERAPY
Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah
melakukan
berbagai upaya untuk menanggulangi TB, yakni dengan strategi
DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse).

World Health Organization (WHO)


merekomendasikan 5 komponen strategi DOTS yakni :
Tanggung jawab politis dari para pengambil keputusan
(termasuk dukungan
dana)
Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka
pendek
dengan pengawasan langsung Pengawas Menelan Obat (PMO)
Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu
terjamin
Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan
pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB.
MANAGEMENT THERAPY

Chest
XRay

Main
sympto
ms

Dipiro, Joseph T. DiPiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke Barbara G.
Wells, L. Michael Posey. 2015.Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 9 th
edition. McGraw-Hill
TERAPI FARMAKOLOGI

Bertram G.Katzung. 2010. Farmakologi Dasar Dan Klinik 10th Ed.


TERAPI
TUBERCULOSIS
DENGAN OAT (OBAT
ANTI TUBERCULOSIS)

Ritter, J.M., Lewis, L.D., Mant, T.G. & Ferro, A., 2008. A Textbook of Clinical
Pharmacology and Therapeutics. 5th ed. London: Hodder Arnold.
TERAPI
FARMAKOLOGI
Untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka
prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan (mencegah timbulnya
kekebalan terhadap OAT)

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu


tahap intensif dan lanjutan.
REGIMEN DOSIS
Aktifitas obat B didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh
bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi.

Rejimen pengobatan TB mempunyai kode standar yang menunjukkan


tahap dan lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau
selang) dan kombinasi OAT dengan dosis tetap. Contoh : 2HRZE/4H3R3
atau 2HRZES/5HRE

Isoniazid,
Rifampisin,
Pirazinamid,
Etambutol
diberikan setiap
hari selama 2
bulan. Kemudian
diteruskan dengan
tahap lanjutan
yang terdiri dari
(HR) Isoniazid,
Rifampisin
diberikan tiga kali
dalam seminggu
REGIMEN DOSIS
Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program
Nasional Penanggulangan TB oleh Pemerintah Indonesia :

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.
Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3.
Disamping ketiga kategori ini, disediakan paduan obat
sisipan (HRZE)

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak,


dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan
menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai
selesai. 1 paket untuk 1 penderita dalam 1 masa
pengobatan.
KATEGORI -2

REGIMEN DOSIS
KATEGORI-1
(2HRZES/HRZE/5H3R3E
3)

(2HRZE/4H3R3) Tahap intensif diberikan


selama 3 bulan, yang KATEGORI-3
Tahap intensif terdiri dari terdiri dari 2 bulan (2HRZ/4H3R3)
HRZE diberikan setiap dengan HRZES Tahap intensif terdiri
hari selama 2 bulan. setiap hari. Dilanjutkan 1 dari HRZ diberikan
Kemudian bulan dengan HRZE setiap hari selama 2
diteruskan dengan tahap setiap hari. Setelah itu bulan (2HRZ),
lanjutan yang terdiri dari diteruskan diteruskan dengan
HR diberikan tiga kali dengan tahap lanjutan tahap lanjutan terdiri
dalam selama 5 bulan dengan dari HR selama 4
seminggu selama 4 HRE yang diberikan tiga bulan diberikan 3 kali
bulan. kali seminggu.
dalam seminggu.
Obat ini diberikan Obat ini diberikan
untuk: Obat ini diberikan untuk:
Penderita baru TB Paru untuk penderita TB Penderita baru BTA
BTA Positif. paru BTA(+) yang negatif dan rntgen
Penderita baru TB Paru sebelumnya positif sakit ringan,
BTA negatif Rntgen pernah diobati, yaitu: Penderita TB ekstra
Positif yang sakit berat Penderita kambuh paru ringan.
Penderita TB Ekstra Paru (relaps)
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Banyak Olahraga
Udara
Istirahat Menjaga Mengkonsum yg cukup
segar
Kebersihan si makanan
diri dan bergizi
lingkungan
TERAPI FARMAKOLOGI
Rifampisin FDA (Kategori Kehamilan) : C

Indikasi : Untuk pengobatan


tuberkulosis atau TBC dalam kombinasi
obat tuberkulosis lainnya, untuk
pengobatan lepra, digunakan dalam
kombinasi dengan senyawa leprotik lain

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas


terhadap obat, Penderita jaundice, dan
Penderita porfiria
Efek Samping Obat
Gangguan saluran pencernaan Interaksi Obat
seperti mual muntah
Gangguan fungsi hati, ikterus, Rifampisin menurunkan respons
purpura, reaksi hipersensitivitas atau antikoagulan, antidiabetik, kinidin,
alergi digitalis, kortikosteroid,
Trombositopenia, leukopenia, siklosporin, fenitoin, analgesik
abdominal distress Rifampisin mengganggu efektivitas
(ketidaknyamanan pada perut), absorbsi tolbutamid, ketoconazole
kolitis pseudo membran,influenza,
Rifampisin
Mekanisme Kerja
Antibiotika dengan efek bakterisid terhadap
mikobakteri dan organisme gram positif. Pada
dosis tinggi, rifampisin juga efektif terhadap
organisme gram negatif. Mekanisme kerja
Rifampisin dengan menghambat sintesa RNA
dari mikobakterium
Farmakokinetika
Eliminasi : pada liver menjadi metabolit aktif dan
terjadi resirkulasi enterohepatik,adanya produksi
konsentrasi bilier yang sangat tinggi dan adanya
makanan dapat menunda absorbsi tetapi tidak
pengaruhi bioavaibilitas, ikatan protein plasma
80%
Ekskresi : 50-60% pada feses, 12-15% pada urine
Waktu Paruh : 3,5 jam
Charles F. L, Lora L. A , Morton P. G. 2011. Drug Information Handbook 20th Ed.
USA: Lexi Comp
FDA (Kategori Kehamilan) : C

Isoniazid Indikasi : Pengobatan dan


(INH) pencegahan tuberkulosis, dalam bentuk
pengobatan tunggal maupun kombinasi
dengan obat tuberkulosis lainnya

Kontra Indikasi : Penderita penyakit


hati akut, Penderita dengan riwayat
kerusakan sel hati disebabkan terapi
isoniazid, dan penderita yang
hipersensitif atau alergi terhadap
isoniazid
Efek Samping Obat Farmakokinetika

Neuritis perifer, neuritis optik, reaksi psikosis, Eliminasi : pada liver


kejang, mual, muntah, kelelahan, gangguan menjadi metabolit
pada lambung, gangguan penglihatan, inaktif dan dieskresi
demam, kemerahan kulit, dan defisiensi melalui urine
vitamin B (pyridoxine). Efek samping yang Waktu Paruh : antara
berpotensi fatal adalah hepatotoksisitas 1,1 - 2,1 jam
(gangguan dan kerusakan sel hati)
Isoniazid
Mekanisme Kerja (INH)
Isoniazid (INH) bekerja dengan menghambat sintesa
asam mikolinat yang merupakan unsur penting
pembentukan dindisng sel mikobakterium tuberkulosis.
Isoniazid aktif terhadap bakteri M. tuberculosis, M. bovis,
dan beberapa strain M. kansasii
Interaksi Obat
Isoniazid dapat meningkatkan toksisitas karbamazepine,
ethosuximide, fenitoin, diazepam, triazolam, teofilin, dan
warfarin.
Konsentrasi dalam darah isoniazid dapat berkurang bila
digunakan bersamaan dengan ketokonazole.
Risiko hepatotoksisitas dapat meningkat bila digunakan
bersamaan dengan rifampisin dan obat hepatotoksik lainnya.
Pada penderita yang mengkonsumsi alkohol, efektivitas
isoniazid dapat menurun dan risiko neuropati dan
hepatotoksisitas dapat meningkat

Charles F. L, Lora L. A , Morton P. G. 2011. Drug Information Handbook 20th Ed.


USA: Lexi Comp
Pirazinamid
Indikasi : Tuberkolusis dalam
kombinasi dengan obat lain

Kontra Indikasi : Gangguan fungsi


hati berat, porfiria, hipersensitivitas
terhadap pirazinamid

Efek Samping : Hepatotoksisitas,


termasuk demam anoreksia,
hepatomegali, ikterus, gagal hati, mual,
Dosis
muntah, artralgia, anemia sideroblastik,
Dua atau tiga bulan urtikaria
pertama : 25mg/kg bb/hari
(20-30mg/kg bb/hari) Mekanisme :
Tiga kali seminggu : 35 Aktif dalam Mycobacterium yang rendah
PH pada lingkungan
mg/kg bb (30-40 mg/kg bb)
Dua kali seminggu 50
Monitoring :
mg/kg bb (40-60 mg/kg bb)
Tes fungsi hati, asam urat serum, kultur
sputum
(Informatorium Obat Nasional
Indonesia, 2008)
(Drug Information Handbook, 17 Edition)
Pirazinamid
Interaksi
a. Siklosporin: Pirazinamid dapat menurunkan
konsentrasi serum siklosporin. (monitoring terapi)
b. Rifampin: Pirazinamid dapat meningkatkan efek
hepatotoksik dari rifampisin. (mempertimbangkan
modifikasi terapi)

(Drug Information Handbook, 17 Edition)


Farmakokinetika

Bakteriostatik atau bakterisida


Penyerapan: Baik
Ikatan protein: 50%
Metabolisme: Hati
Waktu paruh: 9-10 jam
Waktu puncak, serum: Dalam waktu 2 jam
Ekskresi: Urin

Lacy, F.,C., Amstrong L.,L., Goldman,P.,M., Lance, L., L. 2008. Drug


Information Handbook, 17th Edition. Lexi-Comp, USA
Ethambutol
FDA (Kategori Kehamilan) : C

Indikasi :Pengobatan TBC dan


penyakit mikobakteri lainnya yang
berhuubungan dengan antituberkulosis
Farmakokineti
agent k
Absorpsi : 80%
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas Ikatan protein : 20% - 30%
terhadap etambutol atau komponen lain Metabolisme : di hati (20%)
dalam formulasi, neuritis optic, Waktu paruh : 2.5-3.6 jam
penggunaan pada anak-anak, pasien Waktu puncak, serum : 2-4 jam
tidak sadar

Efek Samping : Rash, pruritus,


dermatitis, sakit kepala, halusinasi, Interaksi
demam, myocarditis, pericarditis
Aluminium Hidroksida: Dapat
menurunkan penyerapan Etambutol
Risiko D = Pertimbangkan modifikasi
terapi
FDA (Kategori Kehamilan) : D
Streptomycin
Indikasi : Bagian dari terapi
kombinasi TB aktif; digunakan dalam
kombinasi dengan agen lain untuk
pengobatan streptokokus atau
enterococcal endokarditis, infeksi
mikobakteri, wabah, tularemia, dan
brucellosis

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas


terhadap streptomycin atau komponen
lain dalam formulasi, kondisi hamil

Efek Samping : Hipotensi, sakit


kepala, neurotoksisitas, ruam kulit, mual,Mekanisme Kerja
muntah Menghambat sintesis protein bakteri
Golongan
dengan mengikat langsung ke sub unit
Antibiotik
ribosom 30S sehingga menyebabkan
Anti tuberculosis
rusaknya urutan peptida dalam rantai
Aminoglikosida
protein
Streptomycin
Farmakokinetik
Absorpsi (I.M.) : Baik
Ikatan protein : 34%
Waktu paruh : Bayi baru lahir: 4-10 jam; Dewasa: 2-4,7
jam
Waktu puncak (I.M.) : dalam waktu 1 jam

Risiko X: Gallium nitrat Interaksi

Risiko D : Typhoid Vaccine, Penisilin (*kecuali:


Amoxicillin; Ampicillin; Cloxacillin; Dicloxacillin;
Methicillin; Nafcillin, Oxacillin; Penicillin G
(Parenteral/Aqueous); Penicillin G Benzathine; Penicillin G
Procaine; Penicillin V , Potassium

Risiko C : Loop Diuretics, Capreomycin, Vancomycin


Streptomycin

Dosis
Tuberculosis (I.M.) Dewasa
Terapi harian: 15 mg/kg/hari (maksimal: 1 g)
Directly observed therapy (DOT), duakali per minggu: 25-
30 mg/kg (maksimal: 1.5 g)
Directly observed therapy (DOT), 3 kali/minggu: 25-30
mg/kg (maksimal: 1.5 g)

(I.M.) Anak
Terapi harian: 20-40 mg/kg/hari (maksimal: 1 g/day)
Directly observed therapy (DOT), dua kali per minggu: 25-
30 mg/kg (maksimal: 1.5 g)
Directly observed therapy DOT, 3 kali/minggu: 25-30 mg/kg
(maksimal: 1.5 g)
MONITORING TERAPI
Untuk pasien BTA (+) dilakukan
uji sputum setiap 1-2 minggu
sampai 2 specimen negative
(untuk mengevaluasi respon
terapi)
Saat maintenance therapy,
dilakukan uji sputum setiap bulan
hingga 2 specimen negative saat
2-3 bulan. Jika uji sputum tetap
positif maka dilakukan uji drug
susceptibility dan konsentrasi
serum obat dicek.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, Joseph T. DiPiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke
Barbara G. Wells, L. Michael Posey. 2015.Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach 9th edition. McGraw-Hill

Bertram G.Katzung. 2010. Farmakologi Dasar Dan Klinik 10th Ed. Jakarta:
EGC

Ward, Jeremy et al. 2006. At Glance SISTEM RESPIRASI. Edisi kedua.


Jakarta: Erlangga

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina


Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. 2005. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Tuberculosis. Depkes RI.

Ritter, J.M., Lewis, L.D., Mant, T.G. & Ferro, A., 2008. A Textbook of Clinical
Pharmacology and Therapeutics. 5th ed. London: Hodder Arnold.

CDC. Treatment of tuberculosis. American Thoracic Society, CDC, and


Infectious Diseases Society of America. MMWR 2003; 52 (No. RR-11).
www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5211a1.html

American Thoracic Society and CDC. Diagnostic standards and


classification of tuberculosis in adults and children. Am J Respir Crit Care
Med 2000; 161 (4): 1376 1395.

Anda mungkin juga menyukai