Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

Rhinitis Alergi
Pembimbing:
dr. Tenty, Sp. THT- KL, MKes

Disusun oleh:
Alvan Aresto Djari 11-2016-070

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RSUD CIAWI
PERIODE 13 MARET 15 APRIL 2017
Hidung bagian luar
Pendarahan Pada hidung
Bagian ataspendarahan dari a.ethmoid anterior &posterior
Bagian bawah cabang a.maksilaris interna
Bagian depan Cabang a. fasialis
Definisi
Inflamasi yg disebabkan reaksi alergi pada
pasien atopi yg sebelumnya sudah
tersentisasi dgn alergen yg sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulang dgn alergen tersebut.
Epidemiologi
40% pada anak-anak, 20-30% pada dewasa
Etiologi
Lingkungan & predisposisi genetik
Cara masuk:
- Alergen inhalan
- Alergen ingestan Debu rumah, tungau,
serpihan dari bulu binatang
- Alergen injektan Susu, telur, coklat
- Alergen kontaktan
PATOFISIOLOGI

Terdiri dari 2 tahap :


Tahap sensitisasi
Reaksi alergi, terdiri dari 2 fase :
Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) sejak kontak alergen
sampai 1 jam setelahnya
Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam
dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan berlangsung
24-48 jam
Diagnosis banding
ANAMNESIS

pola gejala (hilang timbul, menetap)


beserta onset dan keparahannya,
identifikasi faktor predisposisi,
respon terhadap pengobatan,
kondisi lingkungan dan pekerjaan
PEMERIKSAAN FISIK
Anak-anak : Allergic shiner,
Allergic Salute, Allergic
Crease
Mukosa edema, basah, pucat-kebiruan disertai adanya sekret
yang banyak, bening dan encer
konka inferior hipertrofi
Geographic
tongue ( alergi
makanan )
PEMERIKSAAN PENUNJANG
In vivo :
Tes kulit :
Tes cukit/tusuk (Prick test)
Intradermal
SET (skin end point titration)
In vitro :
IgE total : untuk skrining, bkn alat diagnostik
Eosinofil
PRICK TEST
Banyak dipakai sederhana,
mudah, murah, sensitivitas
tinggi, cepat, cukup aman
Tes pilihan dan primer untuk
diagnostik
Membuktikan telah terjadi fase
sensitisasi
Tes (+) ada reaksi
hipersensitivitas tipe I atau
telah terdapat kompleks Sel
Mast IgE pada epikutan
Penatalaksanaan
Allergen
avoidance
indicated
when possible

Pharmacotherapy Immunotherapy
effectiveness
safety specialist prescription
effectiveness may alter the natural
easily administered course of the disease

Patient
education
always indicated
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Kombinasi Antihistamin-Dekongestan
Banyak digunakan
Loratadin/feksofenadin/setirisin + pseudoefedrin 120 mg
Ipratropium Bromida
Topikal, antikolinergik
Efektif mengatasi rinore yang refrakter terhadap kortikosteroid
topikal/antihistamin
ES : iritasi hidung, krusta, epistaksis ringan
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal
Pilihan pertama untuk rinitis alergi persisten sedang-berat efek
antiinflamasi jangka panjang
Mula kerja lambat (12 jam), efek maksimum beberapa hari sampai minggu
Budesonide, beklometason, fluticason,mometason furoat, triamcinolon
acetonide
Dosis diberikan : 1 x semprot/hr
TERAPI LAINNYA
Imunoterapi:
Respon (-) terhadap terapi medikamentosa
Terdapat efek samping dari pemakaian obat
sublingual, suntikan

Operatif : konkotomi pada konka inferior, apabila hipertrofi berat dan kauterisasi
sudah tidak menolong.
Kesimpulan
Rhinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang dicetuskan
oleh reaksi hipersensitivitas system pertahanan tubuh terhadap
allergen-alergen tertentu. Penyakit ini dapat timbul secara musiman
atau sepanjang tahun
Tanda dan gejala yang khas dari rhinitis alergi adalah rhinorrhea,
bersin-bersin, obstruksi jalan nafas pada cavum nasi, lakrimasi, dan
rasa gatal pada hidung dan konjungtiva. Selain itu pada
pemeriksaan fisik bisa didapatkan mukosa nasal berwarna pcat dan
Nampak basah, kojungtiva bisa didaptkan kogesti dan edem,
Penatalaksanaan ntuk kasus rhinitis alergi berupa pencegahan
kontak dengan allergen. Untuk simptomatis dapat diberikan obat-
obatan anti histamine, simpatomimetik, kortikosteroid,
antikolinergik.

Anda mungkin juga menyukai