Oleh I Made Subrata Filariasis adalah penyakit menular bersifat menahun (Kronis). Penyebab cacing Filaria Vektor adalah berbagai nyamuk.
Pada tahun 2004 diperkirakan seperlima (1,1 M)
penduduk di 83 negara beresiko terinfeksi filariasis.Di Indonesia diperkirakan 6 juta terinfeksi filariasis terutama di daerah pedesaan. AKIBAT PENYAKIT FILARIA a.Kecacatan, stigma sosial,hambatan psikososial dan penurunan produktivitas kerja penderita,keluarga, dan masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi. b.Bila tidak mendapat pengobatan, dapat menyebabkan cacat permanen yaitu pembesaran kaki, lengan, payudara, serta alat kelamin baik pada lai-laki maupun perempuan c.Kesimpulan dapat menyebabkan kecacatan, kemiskinan, dan masalah sosial lainnya. Tiga spesies cacing penyebab filariasis 1. Wucheria bancrofti. 2. Brugia malayi. 3. Brugia timori.
W. Bancrofti, bersifat periodik nokturna
(malam ada di dalam darah tepi dan siang pada kapiler organ yaitu jantung, paru dan ginjal) Secara Epidemiologi Cacing Filaria dibagi menjadi enam type yaitu: 1.Wucheria bancrofti type perkotaan (urban) Ditemukan di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Semarang, Pekalongan, memiliki periodisitas nokturna. Ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus yang berkembangbiak di air limbah rumah tangga. 2.W. Bancrofti type pedesaan (Rural). Ditemukan di luar Jawa yaitu di Papua, NTT, mempunayi perioditas nukturna ditularkan spesies nyamuk Anopheles, Culex dan Aedes.
3.Brugia malayi type periodik nokturna
Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari.Sebagai penular Anopheles barbirostis ditemukan di daerah persawahan. 4.Brugia malayi type subperiodik nokturna Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada siang dan malam hari, tapi lebih banyak ditemukan pada malam hari.Penularnya adalah mansonia spp, hidup di daerah rawa.
5.Brugia malayi type nonperiodik
Mikrofilaria ditemukan pada darah tepi pada siang dan malam hari.Penularnya Mansonia bonneae dan Mansonia uniformis, ditemukan di hutan rimba.
6.Brugia timori type periodik nokturna
Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari. Sebagai penular Anophels barbirostis ditemukan di daerah persawahan di NTT dan Maluku Tenggara. B. MORFOLOGI CACING FILARIA Daur hidup ketiga spesies cacing: 1.Dalam tb manusia 2.Dalam tb nyamuk. Status umur: a.Dewasa disebut makrofilaria. b.Muda/anak disebut mikrofilaria. 1.Makrofilaria Berbentuk silindris,halus seperti benang putih susu dan hidup di dalam sistem limfe Cacing betina bersifat ovovipar dan berukuran 55 100 mm x 0,16 mm, dapat menghasilkan jutaan mikrofilaria. Cacing jantan berukuran lebih kecil + 55 mm x 0,9 mm dengan ujung ekor melingkar. 2.Mikrofilaria Ukuran 200 600 um x 8 um dan mempunyai sarung. Secara mikroskopis dapat dibedakan berdasarkan ukuran ruang kepala serta warna sarung pada pewarnaan giemsa. Susunan inti badan, jumlah dan letak inti pada ujung ekor. Jenis Mikrofilaria terdpt di Indonesia dalam SD(Giemsa) N Karakteristik W. B.malayi B.timori O bancrofti 1 Gambaran Melengku Melengku Melengku umum dlm ng mulus ng kaku ng kaku SD dan dan patah. patah. 2 Perbandinga 1:1 1:2 1:3 n lebar dan panjang ruang kepala 3 Warna Tidak Merah Tidak Larva dalam tubuh nyamuk. Nyamuk menghisap darah manusia/hewan ada mikrofilaria. Masuk ke lambung dan melepas selubungnya. Menembus dinding lambung bergerak menuju otot(jaringan lemak di dada). Mikrofilaria berubah bentuk larva stadium 1 (btk sosis) uk.125-250 um x 10-17 um, setelah 6 hr menjadi L.2 uk.200-300 um x 15x30 um, hari 10- 19 larva spesies Brugia atau hari ke 10-14 spesies Wucheria tumbuh menjadi L.3 uk. + 1400 um x um , panjang dan ramping aktif bergerak menjadi cacing infektif. Vektor Filariasis Di Indonesia teridentifikasi 23 spesies nyamuk 5 genus (Mansonia, Anopheles, Culex, dan Armigeres) Pemberantasan vektor filariasis: a.Berkembang biak. b.Perilaku. c.Tempat istirahat. Hospes Cacing Filaria A. Manusia Semua manusia bisa tertular filariasis. Pada daerah endemis tidak semua orang terinfeksi filariasis punya gejala klinis Penduduk pendatang bila diperiksa ada sedikit filariasis akan tetapi menunjukkan gejala klinis lebih berat. B. Hewan. Semua hewan dapat berperan sebagai sumber penularan filariasis menginfeksi manusia kecuali Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non periodik ditemukan pada: Lutung (Presbytis cristatus) Kera (Macaca fascicularis) Kucing (Felis catus) Lingkungan Pada daerah endemis: Brugia malayi :hutan rawa,sepanjang sungai ditumbuhi tanaman air. Wucheria bancrofti: perkotaan dan pedesaan. Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi : lingkungan fisik, biologik, sosial, ekonomi dan budaya. Rantai Penularan Filariasis Terdapat 3 unsur: 1.Sbr penularan:Manusia/ hospes reservoir. 2.Vektor. 3.Manusia yang rentan filariasis Penularan Filariasis Berbeda dengan Anopheles dan DBD karena: 1.Digigit nyamuk ribuan kali. 2.Kemampuan nyamuk menghisap darah yang banyak mikrofilaria terbatas. 3.Nyamuk bila menghisap darah banyak mikrofilaria akan mati. 4.Bila mikrofilaria sedikit terhisap akan memperkecil stadium larva l3 ditularkan. Keberadaan mikrofilaria 1.Periodik nokturna (terdapat dalam darah tepi malam hari). 2.Sub periodik nokturna, non periodik: penularan dapat terjadi pada siang hari dan malam hari. Mekanisme penularan 1. Nyamuk menghisap darah manusia yang mengandung filaria. 2. Filaria masuk ke tubuh melalui probosis. 3. Lalu masuk ke lambung dan menembus dinding lambung, 4. Bergerak menuju otot, terjadi perkembangan dari larva stadium 1 (L1), L2,L3 (infektif). 5. Larva L3 bergerak menuju probosis. 6. Bila menggigit manusia, akan tertular filariasis. Teknik Pengendalian 1.Berapa dosis racun serangga. 2.Macam serangga diberantas. 3.Dimana racun serangga disemprotkan. 4.Kapan penyemprotan dilakukan. 5.Tindakan lain diluar penyemprotan.