KECIL
MAWAR WANITA
ANEMIA GRAVIS
PEMBIMBING : DR.TIARA PARAMITA POERNOMO, SP.PD
DISUSUN OLEH : OKE HERAWATI (1610221093)
ARGO DWI REZA (1610221118)
MUH.FAISHAL HIDAYAT (G4A016020)
2017
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 71 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Sikampuh 44/04 Kroya
No.CM : 00-95-57-00
DPJP : dr.Yunanto Dwi Nugroho, Sp.PD
Tanggal masuk RS : 28 Februari 2017
Tanggal periksa : 2 Maret 2017
Ruang rawat : Mawar wanita
ANAMNESIS
Community
Pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk. Rumah satu dengan yang
lain berdekatan. Hubungan antara pasien dengan tetangga dan keluarga dekat
baik. Pasien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Home
Rumah pasien berdesain minimalis dengan ukuran 6 meter x 12 meter,
berdinding beton, jendela dibuka setiap pagi, terdapat ventilasi dengan lantai
dari keramik. Pasien sekarang tinggal satu rumah bersama dengan anak,
menantu dan 2 cucu pasien sehingga jumlah anggota keluarga yang tinggal
dirumah ada lima orang.
Riwayat Sosial-Ekonomi
Occupational
Pasien merupakan ibu rumah tangga
Personal habit
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, pasien tidak minum
minuman beralkohol. Pasien setiap harinya makan secara teratur 3 kali
sehari dengan mengkonsumsi sayuran, buah-buahan, daging, telur,
ikan dan susu.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Simetris, mesocephal, rambut warna hitam dan putih merata, venektasi
temporal (-)
Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), NCH (-/-), deformitas (-/-)
Telinga : Simetris kanan kiri, otore (-/-), nyeri tekan (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), hiperemis (-), bibir kering (+),
Leher : Deviasi trakea (-), Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe (-)
Kulit : Ikterus (-), kering (+)
Status Generalis
Toraks
Paru
Inspeksi : Dinding dada simetris,ketinggalan gerak -,retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus tidak dapat dinilai
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru-hepar SIC V linea midclavicularis dextra
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, Rbh (+/+), Rbk (+/+), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V linea midclavicula sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra, kuat angkat (+)
Perkusi : Batas kanan atas SIC II linea parasternal dekstra
Batas kanan bawah SIC IV linea parasternal dekstra
Batas kiri atas SIC II linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah SIC V, 2 jari linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Murmur (-), gallop (-)
Status generalis
Abdomen
Inspeksi : Datar, supel
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+) di region epigastrium, Hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), sianosis (-/-), akral hangat (+/+)
Inferior : Edema (-/-), sianosis (-/-), akral hangat (+/+)
Anggota Gerak
Refleks Fisiologis : (+) normal
Refleks Patologis : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anemia gravis
Anemia mikrositik hipokrom
Dispepsia
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Bed rest
Edukasi penyakit kepada pasien meliputi terapi, komplikasi penyakit, prognosis penyakit dan cara pencegahan
perburukan penyakit.
Medikamentosa
O2 3 lpm nk
IVFD RL 500 cc 20 tpm
Inj. Ranitidin 2 x 1 Ampul
PO Sukralfat syr 3 x C1
PO Sulfas Ferosus 3 x 1
Transfusi PRC 3 kolf hingga HB 8 mg/dl
Monitoring
Hemodinamik pasien
Cek darah lengkap post transfusi
PROGNOSIS
ANEMIA GRAVIS
DEFINISI
Anemia gravis kronis juga dapat dijumpai pada infeksi kronis seperti tuberkulosis
(TBC) atau infeksi parasit yang lama, seperti malaria, cacing dan lainnya. Anemia
gravis sering memberikan gejala serebral seperti tampak bingung, kesadaran
menurun sampai koma, serta gejala-gejala gangguan jantung-paru (Tramuz & Jereb,
2003).
EPIDEMIOLOGI
B. Kekurangan zat gizi seperti Fe, asam folat, dan vitamin B12.
PATOFISIOLOGI
Segera setelah kehilangan darah akut yang sangat banyak, dehidrasi, atau hiperhidrasi, mula-mula
volume darah harus kembali normal dahulu sebelum anemia dapat didiagnosis. Dengan
menggunakan parameter eritrosit volume korpuskular rata-rata (MCV) dan hemoglobin korpuskular
rata-rata, anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan perbandingan konsentrasi Hb dengan jumlah
eritrosit (Silbernagl, 2007).
Proliferasi dan diferensiasi sel prekusor eritroid sampai menjadi eritrosit yang matang
membutuhkan waktu satu minggu. Waktu ini dapat diperpendek menjadi beberapa hari jika
eritropoiesis terangsang, misalnya karena jumlah sel yang hilang meningkat (hemolisis atau
perdarahan). Karena masa hidup rata-rata sel darah merah di pembuluh darah perifer 100 hari,
gangguan pembentukan sel yang singkat tidak akan terdeteksi, tetapi bila jumlahnya
meningkat dapat segera menimbulkan anemia. Dengan leukosit neutrodil yang memiliki waktu
diferensiasi yang kurang lebih sama, keadaannya menjadi terbalik karena masa hidupnya di
pembuluh darah perifer hanya selama 10 jam, neutropenia terjadi pada gangguan
pembentukan sel yang akut, tetapi tidak terjadi setelah kehilangan sel (Silbernagl, 2007).
Dengan masa hidup rata-rata sekitar 107 detik dan jumlah total sel darah merah sekitar
1,6x1013 di dalam darah, kecepatan pembentukannya adalah 1,6 juta eritrosit per detik. Jika
dibutuhkan, kecepatan pembentukan ini dapat meningkat sampai sepuluh kali lipat tanpa
menimbulkan kelelahan pada sumsum tulang. Contohnya, keadaan anemia hemolitik yang
berlangsung lama dapat tetap terkompensasi (Silbernagl, 2007).
GEJALA
Tanda spesifik dikaitkan dengan jenis anemia tertentu, misalnya koilonikia dengan
defisiensi besi, ikterus dengan anemia hemolitik atau megaloblastik, ulkus tungkai
dengan anemia sel sabit dan anemia hemolitik lainnya, deformitas tulang dengan
talasemia mayor dan anemia hemolitik kongenital lain yang berat (Lissaeur, 2007).
PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
. Gejala umum anemia disebut juga sindrom anemia, timbul karena iskemia organ
target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar
hemoglobin. Gejala ini muncul pada anemia dengan kadar Hb <7g/dl. Pada
anamnesis dapat ditanyakan sindrom anemia ini yang terdiri dari lemah, lesu, cepat
lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin,
dan sesak nafas (Sudoyo Aru, 2006).
PENEGAKAN DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan Fisik
. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien tampak pucat, yang mudah
dilihat pada konjungtiva yaitu anemis, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan
dibawah kuku untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda anemia yang menyebabkan
kurangnya oksigenasi ke bagian tubuh perifer (Sudoyo Aru, 2006).
PENEGAKAN DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Penyaring
. Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, indeks eritrosit dan apusan darah tepi. Dari pemeriksaan ini dapat
dipastikan adanya anemia serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat
berguna untuk pengarahan diagnosis lebih lanjut
PENEGAKAN DIAGNOSIS
. Pemeriksaan ini meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit dan laju endap darah.
. Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi yang sangat berharga mengenai keadaan
sistem hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis definitf pada beberapa jenis
anemia. Pemeriksaan sumsum tulang mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastic,
anemia megaloblastik, serta pada keadaan hematologic yang dapat mensupresi sistem eritroid.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
d. Pemeriksaan Khusus
4. Pendekatan Diagnosis
Anemia merupakan suatu sindrom, bukan suatu kesatuan penyakit, anemia dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit dasar. Hal ini penting diperhatikan dalam diagnosis anemia, dan harus
secepat mungkin menentukan penyakit dasar yang menyebabkan anemia. Tahap-tahap dalam
diagnosis adalah :
Menentukan adanya anemia
Menentukan jenis anemia
Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia
Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil
pengobatan
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Erythropoetin-Stimulating Agents (ESAs)
Epoetin Alfa
Obat untuk Mengatasi Pendarahan
FRESH FROZEN PLASMA (FFP)
CRYOPRECIPITATE
Garam Besi
Fereous Sulfate
Carbonyl Iron
Iron Dextran Complex
Ferric Carboxymaltose
PENATALAKSANAAN
Transfusi
Pembatasan Aktivitas
KOMPLIKASI