Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 2

AHMAD RIFAI (5315162333)


RIANGGA ( )
SYAEFUL ANWAR ( )
HENDRI AGUNG ( )
PENCEMARAN
TANAH
KASUS
PENCEMARAN
TANAH DI SOLO
Solopos.com, SOLO Sebanyak 70% dari 44 kilo
meter persegi tanah di Solo masuk kategori merah atau
tercemar. Pencemaran tanah tersebut lantaran
masyarakat membuang limbah tinja mereka menyalahi
aturan. Menurut Kepala Bidang Cipta Karya Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) Solo, Harjana, masyarakat masih
membuang limbah tinja di sembarang tempat. Tanah
tercemar paling banyak berada di wilayah dekat dengan
aliran sungai.
Masyarakat Solo masih berperilaku tidak sehat.
Mereka membuang tinja atau limbah rumah tangga
dengan sesuka hati. Paling ketara dari pencemaran itu
adalah perilaku masyarakat yang membuang limbah di
aliran sungai. Secara otomatis air sungai tersebut
terserap ke dalam tanah di sekitarnya. Tanah menjadi
tercemar, kata Harjana saat dijumpaiSolopos.comdi
kantornya, Kamis (19/6/2014).
Harjana menambahkan kategori tanah tercemar adalah
yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan lingkungan
atau manusia. Sebagian besar tanah di Solo tercemar
bakteriE-colifom. Bakteri tersebut mempengaruhi kesehatan
yang berhubungan dengan pencernaan. BakteriE-
colifomberkembang biak di kotoran manusia. Jika kotoran
dibuang sembarang tentu bakteri akan mencemari lingkungan
di sekitar, ujar Harjana.
Koordinator Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM)
Urban Sanitation and Rural Infrastructure (USRI) Solo, Hanun
Prajitno, mengatakan selain dekat dengan aliran sungai tanah
yang tercemar berada di wilayah padat penduduk.
Bisa dilihat saat ini Solo mulai padat merayap dan banyak
penduduk berdatangan. Kelurahan-kelurahan yang di
wilayahnya terdapat sentra industri ekonomi akan memancing
warga bertempat tinggal di sekitarnya. Mereka membangun
rumah baru hingga menjadi padat penduduk. Saya yakin di
antara mereka tidak memilikiseptic tank, imbuh Hanung.
Hanung mengatakan pengelolaan limbah tinja di wilayah
padat penduduk sulit untuk dikontrol. Tidak ada tempat yang
cukup untuk membangunsaptic tank. Minimnya sarana
pengelolaan limbah tinja tersebut menjadi penyebab utama
pencemaran tanah.
Di wilayah padat penduduk sebagian besar rumah mereka
tidak dilengkapi dengansaptic tank. Sebaliknya, mereka yang
memilikisaptic tankmalah tidak pernah sedot rutin lumpur tinja.
Mereka tidak tahu bahwa kondisi itu sebenarnya keliru.Saptic
tankbocor dan limbah tinja keluar sehingga mencemari tanah,
ujar Hanung.
Hanung menambahkan kesadaran dari masyarakat adalah
upaya utama untuk bisa mengurangi pencemaran tanah di Solo.
Hampir merata di lima kecamatan di Solo terjadi pencemaran
tanah. Sebut saja di Kelurahan Mojosongo dan Gandekan di
Kecamatan Jebres. Sebagian daerah di sana bisa dikategorikan
mayarakat Pak Kumis [padat, kumuh, miskin]. Masyarakat harus
mulai terlibat dalam menjaga kesehatan di lingkungan mereka
sendiri, imbuh Hanung.
PENYEBAB
PEMBUANGAN TINJA DISEMBARANG TEMPAT
PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH/PABRIK
TANGGA DI SUNGAI
SOLUSI
PEMBANGUNAN SEPTIC TANK KOMUNAL
MENGADAKAN PENYULUHAN KEPADA
MASYARAKAT UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH
MENGOLAH LIMBAH INDUSTRI SEBELUM
DIBUANG KE LINGKUNGAN
SUMBER
http://www.solopos.com/2014/06/19/70-tanah-
di-solo-tercemar-tinja-514340
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai