Anda di halaman 1dari 14

MALARIA

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


parasit Plasmodium bentuk aseksual yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang infektif.6
Malaria ialah penyakit yang dapat bersifat akut
maupun kronis, yang disebabkan oleh protozoa genus
Plasmodium dan ditandai dengan demam yang dapat
meningkat hingga 410C atau lebih tinggi dengan atau
tanpa gejala menggigil, anemia dan splenomegali.
Malaria positif adalah penderita dengan gejala malaria
dan dalam darahnya ditemukan parasit Plasmodium
melalui pemeriksaan mikroskopis. 7,8
EPIDEMIOLOGI
Di Dunia, Indonesia termasuk daerah endemis.
Di Indonesia penyakit malaria tersebar di seluruh
pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-
beda dan dapat berjangkit di daerah dengan
ketinggian sampai 1800 meter di atas permukaan
laut. Biasanya infeksi malaria tidak membedakan
jenis kelamin laki-laki atau perempuan akan tetapi
yang paling berisiko adalah ibu hamil, karena dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu
maupun janin.
EPIDEMIOLOGI
Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok
risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil.
Pada bayi biasanya terlindung dari malaria klinis selama beberapa
bulan pertama kehidupannya karena adanya antibodi ibu dari
plasenta ke janin. Namun, bayi yang lahir dari ibu dengan malaria
plasenta, lebih 41% kemungkinan mengalami malaria parasitemia
pada usia yang lebih muda.
Wanita hamil, terutama gravida pertama, tampak sangat rentan
terhadap infeksi malaria. Pada daerah geografis endemis
Plasmodium falciparum, ditemukan angka serangan 4-12 kali lebih
besar daripada angka serangan pada wanita tidak hamil.
Biasanya infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin laki-laki
atau perempuan akan tetapi yang paling berisiko adalah ibu hamil,
karena dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu maupun
janin.
Jika ditemukan perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki
dan perempuan atau pada berbagai golongan umur sebenarnya
disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti aktivitas, imunitas dan

FAKTOR RISIKO
Anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa terhadap infeksi parasit malaria karena daya
tahan tubuhnya (imun) lebih rendah dari pada orang dewasa. WHO (2000), melaporkan bahwa
sekitar satu juta anak-anak di bawah lima tahun meninggal karena Plasmodium falciparum di
Afrika. Kebanyakan disebabkan karena malaria serebral dan anemia.
Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap
malaria. Misalnya, di Afrika di mana prevalensi dari hemoglobin S (Hb S) cukup tinggi,
penduduknya ternyata lebih tahan terhadap akibat dari infeksi Plasmodium falciparum. Hb S
terdapat pada penderita dengan kelainan darah yang merupakan penyakit turunan/herediter
yang disebut sickle cell anaemia.
Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan malaria. Misalnya tidur tidak memakai
kelambu dan sering berada di luar rumah pada malam hari.
Anak-anak yang gizinya kurang baik dan tinggal di daerah endemis malaria lebih rentan
terhadap infeksi malaria.
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi dua, yakni kekebalan
tidak spesifik (non-spesific resistance) dan kekebalan spesifik (spesific resistance). Kekebalan
tidak spesifik adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi
badan dari suatu penyakit. Untuk kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber yaitu
genetik dan kekebalan yang diperoleh (acquired immunity). Kekebalan yang bersumber dari
genetik biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit) dan kelompok-kelompok etnis,
misalnya orang kulit hitam cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax.
Kekebalan yang diperoleh (acquired immunity) ini diperoleh dari luar tubuh anak. Kekebalan
dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif.
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup Plasmodium berlangsung pada manusia dan nyamuk. Di dalam tubuh manusia yang merupakan
hospes perantara, terjadi siklus hidup aseksual yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap skizogoni, tahap
skizogoni eksoeritositik, tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni. Tahap skizogoni preeritrositik dan skizogoni
eksoeritrositik berlangsung di dalam sel-sel hati, sedangkan tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni
berlangsung di dalam sel-sel eritrosit.
Pada tahap skizogoni preeritrositik, stadium sprozoit yang masuk bersama gigitan nyamuk, mula-mula masuk
dan berkembang biak di dalam jaringan sel-sel parenkim hati. Tahap skizogoni preeritrositik berlangsung selama 8
hari pada Plasmodium vivax, 6 hari pada Plasmodium falciparum dan 9 hari pada Plasmodium ovale. Lamanya tahap
ini pada Plasmodium malariae sukar ditentukan. Siklus preeritrositik di dalam jaringan hati pada Plasmodium
falciparum hanya berlangsung satu kali, sedangkan pada spesies lainnya siklus ini dapat berlangsung berulang kali.
Keadaan ini disebut skizogoni eksoeritrositik yang merupakan sumber pembentukan stadium aseksual parasit yang
menjadi penyebab terjadinya kekambuhan pada malaria vivax, malaria ovale dan malaria malariae.
Tahap skizogoni eritrositik berlangsung di dalam sel darah merah (eritrosit). Tahap ini berlangsung selama 48
jam pada Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale, sedangkan pada Plasmodium malariae
berlangsung setiap 72 jam. Pada tahap ini akan terjadi bentuk-bentuk trofozoit, skizon dan merozoit. Bentuk-bentuk
tersebut mulai dijumpai 12 hari sesudah terinfeksi Plasmodium vivax, dan 9 hari sesudah terinfeksi Plasmodium
falciparum.
Multiplikasi malaria pada tahap skizogoni eritrositik akan menyebabkan pecahnya sel eritrosit yang
menyebabkan terjadinya demam yang khas pada gejala klinik malaria.
Sesudah tahap skizogoni eritrositik berlangsung beberapa kali, sebagian dari merozoit akan berkembang
menjadi bentuk gametosit. Perkembangan ini terjadi di dalam eritrosit yang terdapat di dalam kapiler-kapiler limpa
dan sumsum tulang. Tahap ini disebut tahap gametogoni yang berlangsung selama 96 jam. Gametosit tidak
menyebabkan gangguan klinik pada penderita malaria, sehingga penderita dapat bertindak sebagai karier malaria.
Di dalam tubuh nyamuk Anopheles yang bertindak sebagai hospes definitive, berlangsung siklus hidup seksual
(sporogoni). Bentuk gametosit yang terhisap bersama darah manusia, di dalam tubuh nyamuk akan berkembang
menjadi bentuk gamet dan akhirnya menjadi bentuk sporozoit yang infektif bagi manusia.
Di dalam lambung nyamuk terjadi proses awal pematangan parasit. Dari satu mikrogametosit akan terbentuk 4-
8 mikrogamet, dan dari satu makrogametosit akan terbentuk satu makrogamet. Fusi antara mikrogamet dengan
makrogamet akan menghasilkan zigot yang dalam waktu 24 jam akan berkembang menjadi ookinet.
Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk, masuk ke jaringan antara lapisan epitel dan membran
basal dinding lambung, berubah menjadi ookista yang bulat bentuknya. Di dalam ookista akan terbentuk ribuan
sprozoit. Jika ookista telah matang, dindingnya pecah dan sporozoit menyebar ke berbagai organ nyamuk, terutama
PENULARAN MALARIA
Penularan Secara Alamiah
Penularan malaria yang berlangsung secara alamiah yaitu melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama darah
penderita. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian
nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain.

Penularan yang Tidak Alamiah


Malaria Bawaan (Kongenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan, karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui
tali pusat atau plasenta. Malaria kongenital dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
Secara Mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak
terjadi pada para morfinis yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian.
Kadang-kadang seorang anak atau bayi dapat terinfeksi oleh transfusi darah yang didonor seorang
donor darah terinfeksi, tetapi asimtomatik.
Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection)
dan monyet (P.Knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah
manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagi
simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh penyakit malaria, belum diketahui ada hewan lain
yang dapat menjadi sumber bagi plasmodium yang biasanya menyerang manusia.
GEJALA: DEMAM
Mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan berbagai
macam antigen, antigen ini akan merangsang sel makrofag, sel monosit dan limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin. Antara lain TNF (Tumor Necrosis Factor). TNF ini akan
dibawa oleh darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh dan terjadi
demam. Proses skizogoni pada empat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda beda.
P. Falcifarum memerlukan waktu 36-48 jam. P. vivax/ovale 48 jam. P. malariae 72 jam.
Demam pada P.Falsifarum dapat terjadi setiap hari. P. vivax/ovale selang satu hari. Dn
P.malariae demam timbul selang dua hari.
Stadium Dingin (Cold Stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak, nadi
cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, penderita
mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara
15 menit sampai 1 jam.
Stadium Demam (Hot Stage)
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, mual serta muntah
seringkali terjadi. Nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu
badan dapat meningkat sampai 410C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2-4 jam.
Demam disebabkan oleh karena pecahnya sizon darah yang telah matang dan masuknya
merosoit darah kedalam aliran darah.
Stadium Berkeringat (Sweating Stage)
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai-sampai tempat tidurnya basah.
Suhu badan menurun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah suhu normal.
Penderita biasanya dapat tidur nyenyak, pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi
tidak ada gejala lain. Stadium ini berlangsung antara 2-4 jam.
GEJALA
Anemia
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Plasmodium
falciparum menginfeksi seluruh stadium sel darah merah sehingga anemia dapat
terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax hanya menginfeksi sel darah
merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah,
sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya
hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae umunya terjadi pada keadaan kronis.
Pembesaran Limpa (Splenomegali)
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa
merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh sel-sel
makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa
membesar. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang
mengandung parasit malaria. Lama-kelamaan konsisten limpa menjadi keras karena
jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik, limpa
akan kembali normal.
Leukositosis
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peran utama leukosit atau sel darah putih.
Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh dari berbagai
infeksi ; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Variasi kecil dalam jumlah
leukosit tidak mempunyai arti klinik, tetapi adanya infeksi dalam tubuh meningkatkan
leukosit sampai 20.000 bahkan 40.000 per mm3 darah. Terjadinya leukositosis
merupakan indikator prognosis buruk penyakit malaria.
GEJALA PENYERTA
Pada anamnesis sangat perlu diperhatikan:
Keluhan utama : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai nyeri kepala,
mual, mutah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
Riwayat berkunjung atau bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemic malaria.
Riwayat sakit malaria
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
Riwayat mendapat transfuse darah
Selain hal diatas pada tersangka malaria berat dapat ditemukan keadaan berikut ini:
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
Kejang kejang
Panas sangat tinggi
Mata dan tubuh kuning
Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
Napas cepat atau sesak napas
Muntah terus menerus dan tidak dapat minum
Warna air seni seperti the tua dan dapat sampai kehitaman
Jumlah air seni kurang ( oliguria) sampai tidak ada (anuria)
Telapak tangan sangat pucat
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan
pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes
diagnosis cepat ( RDT Rapid Diagnostik Test)
Pemeriksaan dengan tes diagnostic cepat
(Rapit Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan Deteksi antigen
parasit malaria, dengan menggunakan metode
imunokromatografi, dalam bentuk dipstick. Tes ini
sengat bermanfaat pada unit gawat darurat atau pada
saat terjadi kerjadian luar biasa.
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
puskesmas/lapangan/rumah sakit untuk menentukan :
Ada tidaknya parasit malaria
Spesies dan stadium plasmodium
Kepadatan parasit
KOMPLIKASI: Malaria Berat
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria
berat yang menurut WHO (2000), didefenisikan sebagai infeksi Plasmodium
falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut antara lain : malaria
serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran. Penilaian
derajat kesadaran pada anak-anak dilakukan berdasarkan Blantyre Coma Scale
3, atau koma lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan
oleh penyakit lain. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam. Acidemia/acidosis
dengan pH darah <7,25 atau plasma bikarbonat <15 mmol/liter. Komplikasi lain
ditandai dengan anemia berat dengan Hb <5 g/dl atau hematokrit <15% pada
keadaan parasit >10.000/l.24,25
Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau
<1 ml/kg BB/jam pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi). Komplikasi gagal
ginjal akut jarang pada anak <5 tahun dengan malaria berat, dan berkurangnya
keluaran urin sering disebabkan oleh karena dehidrasi. Hipoglikemia (gula darah
<40 mg/dl), terutama sering terjadi pada usia yang lebih muda (di bawah usia 3
tahun). Gagal sirkulasi atau syok, dengan tekanan sistolik <70 mmHg (pada anak
tekanan nadi 20 mmHg), disertai keringat dingin.
Terjadi perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler. Makroskopik
hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut. Diagnosa dengan post-mortem
dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada jaringan
otak.
PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan Terhadap Parasit (Pengobatan Profilaksis)
Usaha pencegahan yang dilakukan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan
profilaksis yang bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria, sehingga
bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Pengobatan perorangan ini
dilakukan oleh masing-masing individu yang memerlukan pencegahan terhadap
penyakit malaria selama ia berada di daerah malaria dan beberapa waktu sesudah
meninggalkan daerah itu. Oleh karena itu keberhasilan usaha ini tergantung pada
sikap disiplin si pemakai obat.
Pencegahan Terhadap Vektor/Gigitan Nyamuk
Pencegahan terhadap vektor/gigitan nyamuk, antara lain : 8
Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria dengan cara tidur
dengan menggunakan kelambu, pada malam hari tidak berada di luar rumah,
mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, memakai obat nyamuk,
memasang kawat kasa pada jendela dan memelihara ternak seperti sapi atau
kerbau.
Membersihkan tempat sarang nyamuk, dengan cara membersihkan semak
belukar disekitar rumah, tidak membiarkan pakaian yang bergantungan di
dalam kamar dan mengalirkan genangan-genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk anopheles.
Membunuh nyamuk dewasa (dengan penyemprotan insektisida)
Membunuh jentik-jentik dengan menebarkan ikan pemakan jentik dan
membunuh jentik dengan menyemprot larvasida.
PENCEGAHAN SEKUNDER
Active Case Detection (ACD) dan Passive Case Detection (PCD)
Pencarian secara aktif penderita malaria melalui scrining oleh petugas khusus
dengan cara mengunjungi rumah secara teratur (Active Case Detection) dan
secara pasif dengan cara melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus
malaria yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke puskesmas dan rumah
sakit yang menunjukkan gejala klinis malaria (Passive Case Detection).
Pengobatan Malaria
Tujuan pengobatan malaria secara umum adalah untuk mengurangi angka
kesakitan, mencegah kematian, menyembuhkan penderita dan mengurangi
kerugian akibat sakit. Selain itu, upaya pengobatan mempunyai peranan penting
lainnya yaitu mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari
seseorang yang mengidap penyakit kepada orang-orang sehat lainnya.
Pengobatan Khusus
Pengobatan malaria klinis pada anak-anak dapat diberikan pada hari I yaitu
klorokuin basa dengan dosis 10 mg/kgBB dan primakuin 0,75 mg/kgBB, hari II
klorokuin basa 10 mg/kgBB, hari III klorokuin basa 5 mg/kgBB. Bila dengan
pengobatan pada hari IV masih panas atau hari ke VIII masih dijumpai parasit
maka diberikan kina 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 7 hari. Apabila
pada hari IV setelah pengobatan lini kedua, penderita tetap demam segera dirujuk
untuk mendapatkan diagnosis yang pasti.
PENCEGAHAN TERTIER
Pencegahan tertier ditujukan kepada penderita malaria berat atau
malaria dengan komplikasi agar tidak terjadi komplikasi lain.
Penanganan yang tepat dapat memperpanjang harapan hidup
penderita. Pencegahan tertier pada penderita malaria dilakukan
penanganan berupa pengobatan segera akibat lanjutan dari
komplikasi malaria, rehabilitasi yang tepat baik secara
mental/psikologis, sosial dan spiritual serta pemulihan pasca
pengobatan.
PROGNOSIS
Prognosis malaria tergantung kepada jenis malaria yang menginfeksi.
Malaria tanpa komplikasi biasanya akan membaik dengan pengobatan
yang tepat. Tanpa pengobatan, infeksi Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale dapat Universitas Sumatera Utara berlanjut dan
menyebabkan relaps sampai 5 tahun. Infeksi Plasmodium malariae
bisa bertahan lebih lama daripada Plasmodium vivax dan Plasmodium
ovale. Infeksi Plasmodium falciparum dapat menyebabkan malaria
serebral yang selanjutnya dapat mengakibatkan kebingungan mental,
kejang dan koma. Prognosis untuk infeksi Plasmodium falciparum
lebih buruk dan dapat berakhir dengan kematian dalam 24 jam
sekiranya tidak ditangani dengan cepat dan tepat. (Medical Disability

Anda mungkin juga menyukai