Anda di halaman 1dari 65

RAW MATERIAL

DJEDJEN ACHMAD
BAHAN UTAMA
LIMESTONE (BATU KAPUR)
CLAY (TANAH LIAT)

BAHAN KOREKSI :
PASIR SILIKA
PASIR BESI
BAUXIT
dsb
LIME STONE
LIMESTONE
Batu Kapur atau calcium carbonate (CaCO3) terbentuk
lebih dari dari 30 sampai 500 Juta Tahun yang lalu, yang
berasal dari kerang, karang, ikan purba dan kalsium yang
mengendap dari dasar laut membentuk lapisan dari
batuan kapur.

Batu kapur atau batu gamping (bahasa Inggris:


limestone) adalah batuan sedimen yang sebagian besar
terdiri dari kalsit (calcite)dan aragonit (aragonite)
mineral, yang merupakan bentuk kristal lain dari calcium
carbonate (CaCO3). Batu gamping banyak yang terdiri
dari fragmen kerangka organisme laut seperti karang
atau foraminifera.

MERUPAKAN BATUAN ENDAPAN (SEDIMEN)


Batu kapur (gamping) dapat terjadi
dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara
kimia. Sebagian besar batu kapur yang
terdapat di alam terjadi secara organik,
jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang/rumah kerang dan siput,
foraminifera atau ganggang, atau
berasal dari kerangka binatang
koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna
putih susu, abu muda, abu tua, coklat
bahkan hitam, tergantung keberadaan
mineral pengotornya.
JENIS BATU KAPUR
Batu Kapur di alam ini terdiri dari beberapa jenis.
Diantaranya adalah
1. Batu Kapur Kalsium (CaCO3), mempunyai unsur
kemurnian yang tinggi apabila unsur bahan kimia yang
lain kurang dari 15 %
2. Batu Kapur Magnesia(CaCO3MgCO3), apabila
mengandung unsur magnesium karbonat diantara 5-
20%
3. Batu Kapur Dolomite, mengandung unsur magnesium
karbonat lebih dari 30% dan kurang dari 44%
4. Batu Kapur Hidrolis, mengandung senyawa lain lebih
dari 5 % yang terdiri dari alumunium,besi dan silika
5. Batu Kapur mergel, merupakan batu kapur campuran
dengan tanah liat
PEMBAKARAN BATU KAPUR

CaCO3-------- CaO + CO2


900C KAPUR TOHOR
MgCO3-------- MgO + CO2
700C
PEMADAMAN KAPUR TOHOR

KAPUR PADAM

CaO + H2O -------- Ca(OH)2 + PANAS


KAPUR PADAM (MENGEMBANG )

MgO + H2O -- Mg(OH) 2 + panas


PENGIKATAN (BEREAKSI DENGAN
CO2 )
KAPUR PADAM
Ca(OH)2 + CO2 ----- CaCO3 + nH2O

Mg(OH)2 + CO2 ----- MgCO3 + nH2O

Terbentuk :
Bahan/material keras, tapi kuat tekannya
rendah
Mudah larut dalam air
KLASIFIKASI BATU BATU KAPUR BERDASARKAN KANDUNG
KAPUR DAN TANAH LIAT
KANDUNGAN KIMIA DALAM
DALAM BATU KAPUR DAN
MARL YANG DIGUNAKAN
DALAM SEMEN PORTLAND
CLAY

Tanah liat dihasilkan oleh alam, yang bersal dari pelapukan kerak
bumi yang sebagian besar tersusun oleh batuan feldspatik, terdiri
dari batuan granit dan batuan beku. Kerak bumi terdiri dari unsur
unsur seperti silikon, oksigen, dan aluminium. Aktivitas panas
bumi membuat pelapukan batuan silika oleh asam karbonat.
kemudian membentuk terjadinya tanah liat
Tanah Liat atau tanah lempung memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.

Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok


untuk dijadikan lahan pertanian.

Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam


keadaan basah dan kuat menyatu antara butiran
tanah yang satu dengan lainnya.
Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-
pecah secara halus.

Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan


kerajinan tangan lainnya yang dalam pembuatannya
harus dibakar dengan suhu di atas 10000C.
tanah liat Primer
Tanah liat primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari
pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah
dari batuan induk (batuan asalnya), karena tanah liat tidak berpindah
tempat sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan tanah liat
sekunder. Selain tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari dalam
bumi mempunyai andil dalam pembentukan tanah liat primer. Karena
tidak terbawa arus air dan tidak tercampur dengan bahan organik
seperti humus, ranting, atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah
liat berwarna putih atau putih kusam. Suhu matang berkisar antara
13000C1400 0C, bahkan ada yang mencapai 17500C. Yang termasuk
tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite, feldspatik, kwarsa dan
dolomite, biasanya terdapat di tempat-tempat yang lebih tinggi
daripada letak tanah sekunder. Pada umumnya batuan keras basalt dan
andesit akan memberikan lempung merah sedangkan granit akan
memberikan lempung putih. Mineral kwarsa dan alumina dapat
digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena merupakan hasil
samping pelapukan batuan feldspatik yang menghasilkan tanah liat
kaolinit.
CIRI TANAH LIAT PRIMER

warna putih sampai putih


kusam
cenderung berbutir kasar,
tidak plastis,
daya lebur tinggi,
daya susut kecil
bersifat tahan api
Dalam keadaan kering, tanah liat primer sangat rapuh
sehingga mudah ditumbuk menjadi tepung. Hal ini
disebabkan partikelnya yang terbentuk tidak simetris dan
bersudut-sudut tidak seperti partikel tanah liat sekunder
yang berupa lempengan sejajar. Secara sederhana dapat
dijelaskan melalui gambar penampang irisan partikel
kwarsa yang telah dibesarkan beberapa ribu kali. Dalam
gambar di bawah ini tampak kedua partikel dilapisi lapisan
air (water film), tetapi karena bentuknya tidak
datar/asimetris
, lapisan air tidak saling bersambungan, akibatnya partikel-pa
rtikel tidak saling menggelincir.
Tanah liat Sekunder

Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah


liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari
batuan induknya karena tenaga eksogen yang menyebabkan
butiran-butiran tanah liat lepas dan mengendap pada daerah
rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, tanah
danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat
bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik
sehingga merubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat menj
adi partikel-partikel yang menghasilkan tanah liat sekunder yang leb
ih halus dan lebih plastis.
Jumlah tanah liat sekunder lebih lebih banyak dari tanah liat
primer. Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah
liat, salah satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus
mineral tanah liat menjadi partikel-partikel yang semakin
mengecil. Pada saat kecepatan arus melambat, partikel yang
lebih berat akan mengendap dan meninggalkan partikel yang
halus dalam larutan. Pada saat arus tenang, seperti di danau atau
di laut, partikel partikel yang halus akan mengendap di
dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan biasanya terbentuk dari
beberapa macam jenis tanah liat dan berasal dari beberapa
sumber. Dalam setiap sungai, endapan tanah liat dari beberapa
situs cenderung bercampur bersama. Kehadiran berbagai oksida
logam seperti besi, nikel, titan, mangan dan sebagainya, dari
sudut ilmu keramik dianggap sebagai bahan
pengotor. Bahan organik seperti humus dan
daun busuk juga merupakan bahan
pengotor tanah liat.
Karena pembentukannya melalui proses panjang
dan bercampur dengan bahan pengotor, maka
tanah liat mempunyai sifat: berbutir halus, berwarna
krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu
matang antara 9000C-14000C.

Pada umumnya tanah liat sekunder lebih plastis


dan mempunyai daya susut yang lebih besar
daripada tanah liat primer.
Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras dan
semakin kecil porositasnya, sehingga benda keramik
menjadi kedap air.

Dibanding dengan tanah liat primer, tanah liat


sekunder mempunyai ciri tidak murni, warna lebih
gelap, berbutir lebih halus dan mempunyai titik
lebur yang relatif lebih rendah. Setelah dibakar
tanah liat sekunder biasanya berwarna krem, abu-
Ciri tanah liat sekunder
Kurang murni.
Cenderung berbutir halus.
Plastis.
Warna krem/abu-abu/coklat/merah
jambu/kuning, kuning muda, kuning
kecoklatan, kemerahan, kehitaman.
Daya susut tinggi.
Suhu bakar 12000C13000C, ada yang
sampai 14000C (fireclay, stoneware,
ballclay).
Suhu bakar rendah 9000C11800C, ada yang
sampai 12000C (earthenware).
Warna tanah tanah alami terjadi karena adanya
unsur oksida besi dan unsur organis, yang biasanya
akan berwama bakar kuning kecoklatan, coklat,
merah, wama karat, atau coklat tua, tergantung dan
jumlah oksida besi dan kotoran-kotoran yang
terkandung. Biasanya kandungan oksida besi sekitar
2%-5%, dengan adanya unsur tersebut tanah
cenderung berwarna Iebih gelap, biasanya matang
pada suhu yang lebih rendah, kebalikannya adalah
tanah berwama lebih terang atau pun putih akan
matang pada suhu yang lebih tinggi.
Senyawa dalam tanah liat
Karakteristik fisik tanah liat
BAHAN KOREKSI
BAHAN YANG DIBATASI
MAGNESIUM OKSIDA ( MgO )

ALKALI ( Na2O dan K2O)


SULFUR (SO3)
CHLORIDA
FLUORIDE
PHOSPHORUS ( P2O5)
Mineral dalam semen
Catatan :

Berat atom Ca = 40
O = 16
Si = 28
Al = 22
Fe = 56
Rumus RH Bogue
K Lime saturation formula
Modulus Semen

Modulus hidraulis

HM yang baik adalah 2.0


HM < 1.7 kekuatan pada semen rendah
HM >= 2.4 Stabilitas volume buruk

Makin tinggi HM dibutuhkan suhu tinggi dalam


pembakaran klinker, Kekuatan terutama kuat tekan
awal meningkat, panas hidrasi meningkat,
ketahanan terhadap serangan kimia menurun
Silica ratio
No atom/no atom

1.9 3.2, angka disarankan antara 2,2 sampai 2,6.


ka terendah untuk rasio silika dapat diterima antara 2 samp
in tinggi SR
mperlambat pengikatan dan kekuatan pada semen
in rendah SR fase cair meningkat,
ingkatkan burnability klinker dan pembentukan lapisan di kil
RASIO ASAM SILIKAT
No atom/no atom

Ketika pembakaran klinker di rotary kiln,


kondisi lapisan menguntungkan diciptakan
pada zona pembakaran ketika nilai quotient ini
terbatas pada 2,5-3,5

Rasio Alumina harus tetap dijaga antara 1,8-


2.3.
Alumina ratio
No atom / no atom

AR = 1.5 - 2.5
Pada semen alumina tinggi nilai AR > 2,5
AR < 1,5 disebut semen ferro
Nilai-nilai AR yang lebih rendah dijumpai pada jenis semen
yang tahan terhadap sulfat, sedangkan harga-harga AR yang
lebih tinggi dijumpai pada semen putih. Akan tetapi biasanya
nilai AR yang dikehendaki adalah nilai AR yang serendah
mungkin
AR = 0,637 kedua oksida ada dalam perbandingan molekular,
yang terbentuk hanya C4AF tanpa adanya C3A akibatnya
Panas hidrasi rendah, pengikatan lama, penyusutan kecil

AR tinggi dan SR rendah pengikatan cepat, membutuhkan


gypsum
lebih banyak untuk mengontrol pengikatan
Lime formulas

Untuk mencapai kapur jenuh lengkap


dalam klinker, total silika harus
dikombinasikan sebagai C3S, semua
oksida besi harus menggabungkan
dengan jumlah yang setara dengan
alumina untuk C4AF, dan alumina yang
tersisa harus bergabung untuk C3A.
Apabila nilai LSF terlalu rendah, maka semen
kekurangan komponen C3S. Jika harga LSF lebih
besar dari 1.0, maka semua Silika menjadi Calsium
Silikat sehingga dalam semen terdapat Kapur bebas.

Bilamana nilai C3S terlalu rendah, maka mutu semen


jelek. Kapur bebas dalam semen akan menyebabkan
semen yang terhidrasi itu tidak stabil volumenya.

Jadi secara umum 0.66 < LSF < 1.02. LSF lebih
besar dari 1.02 (LSF>1.02) mutu semen jelek
karena terdapat kapur bebas dalam semen.
LSF = 1.00 semua Silika yang terdapat dalam
bentuk C3S.
LSF < 1.00 Silika yang terdapat dalam bentuk
campuran C2S dan C3S.
Al2O3 >= Fe2O3 (ratio alumina >= 0,64)
terbentuk C4AF
Dengan menganggap C4AF terdiri dari : C3A + CF
sehingga
CaO / Fe2O3 = 0,35
kadar kapur maksimum (pada rasio alumina>
0,64), adalah :

Tingkat kapur dalam klinker ditandai dengan faktor


kejenuhan kapur (LSF) yaitu rasio kadar kapur yang
efektif yang mungkin ada dengan kadar kapur
maksimum dalam klinker
Kinds formula, yang digunakan di Uni soviet
didasarkan pada asumsi bahwa hasil saturasi
kapur tidak lengkap hanya dari tingkat yang
lebih rendah, yaitu ikatan antara kapur dan
silika
Untuk keperluan teknis, tingkat faktor kejenuhan kapur sesuai
dengan rumus di atas, berfluktuasi antara 0,8 dan 0,95
Dalam clincer menunjukkan kadar oksida besi yang tinggi (rasio
alumina AR <0,64) alumina terikat hanya pada fase kristal
campuran C2 (A,F) dan kadar kapur maksimum, serta faktor
kejenuhan kapur adalah
LIME STANDARD
Saturasi kapur yang telah dibahas, didasarkan pada asumsi bahwa
dari suhu sintering mendinginnya klinker pada tingkat yang lambat
sehingga selama kristalisasi fase cair dapat mencapai kesetimbangan
dengan fase padat
Namun, hal ini tidak terjadi pada klinker yang mengandung C3A. Pada suhu
sintering sekitar 1450 C, mineral silikat C3S dan C2S, tidak merubah kapur
bebas berada dalam keadaan padat.
sebaliknya C3A dan C4AF berada dalam keadaan lebur. walaupun, fase cair
pada kapur lebih rendah dari yang dihasilkan dari partisipasi C3A, untuk
menyelesaikan C3A, kekurangan kapur dapat dikembalikan dengan
mengekstraksi kapur yang kurang selama proses kristalisasi dari fase padat,
yang sekaligus merupakan yang paling kaya dalam kapur, yaitu kapur bebas
dan C3S. Namun, proses ini akan selesai pada pendinginan cepat klinker,
aluminat cair tidak dapat mengikat lebih kapur daripada yang sudah telah
diserap pada temperatur sintering ("keseimbangan beku", menurut Kuhl)
Penyelidikan experimental menunjukkan bahwa sebagian besar kapur jenuh
aluminat cair secara praktis mengikat dua molekul CaO setiap Al2O3. Oleh
karena itu, dalam kondisi teknis, ini adalah batas kapur yang dapat dicapai,
yang disebut standar kapur
Kemudian standar ini dilambangkan sebagai kapur
standar I (KSt I) untuk membedakan formula ini dari
penyelidikan yang lebih tepat berdasarkan sistem
kuaterner CaO-SiO2-Al2O3-Fe2O3 dan dilambangkan
sebagai kapur Standar II
Koefisien yang berbeda dari hasil pemeriksaan yang tepat
menunjukkan bahwa dalam fase cair 2.15 molekul CaO terikat Al2O3,
dan menurut perhitungan, untuk mengikat Fe2O3 yang tertinggal
hanya 4 - 2,15 =1,85 molekul CaO

Baru-baru ini, penyempurnaan lebih


lanjut dari Kuhls standar kapur
formula diusulkan, dengan
mempertimbangkan MgO-konten
Untuk refine formula, kandungan MgO hanya sampai 2% yang dapat
digunakan, karena di atas batas ini, MgO muncul sebagai periclase
Biasanya KStII umum digunakan. Nilai ini, sesuai persis dengan LSF
Inggris. Ini memiliki arti yang sama dengan Jerman Lime Standar
(KSt), tetapi tidak sama sebagai faktor kejenuhan kapur Jerman
(KSG). Untuk TM <= 0,64, tidak ada perbedaan antara KSt dan KSG
LSF juga merupakan bagian dari standar spesifikasi Inggris, dan
berfungsi untuk menentukan kadar kapur yang dapat diterima
Dalam formula ini LSF mengacu pada semen yang sudah jadi. Faktor 0,7
SO3 dalam pembilang berarti bahwa kandungan CaO yang sama dengan
konten SO3 analitis yang diperkirakan, harus dikurangi dari total konten
CaO. Sehubungan dengan ini diasumsikan bahwa total SO3 berasal dari
gipsum ditambahkan dan bukan dari klinker.
Suatu standar kapur yang tinggi biasanya menyebabkan kekuatan semen
yang tinggi. Nilai standar kapur berikut merupakan karakteristik untuk
portland semen
Modulus lainnya

Peningkatan SM mengintensifkan
perlawanan terhadap serangan kimia
dan atmosfer dan menyebabkan
kekuatan semen lebih tinggi
pengerasan rasio :
Dengan meningkatnya ME
ada peningkatan dalam
kekuatan awal dari semen,
peningkatan panas hidrasi
dan mengurangi ketahanan
terhadap serangan kimia.
ME semen standar di atas
0,5. Kekuatan awal yang
tinggi semen memiliki ME
sekitar 8; semen dengan ME
<0,5 adalah semen belitic
dan cenderung disintegrasi
diri dari klinker.
Kombinasi dari kedua
modul, yaitu MS dan ME
menunjukkan hubungan
erat antara modul ini dan
Makin tinggi Mk, makin bertambah panas
hidrasi pada semen.
Batasan nilai Mk adalah antara 0.3 sampai
1.8

Anda mungkin juga menyukai