STIFARM PADANG
2017
HUBUNGAN KADAR GULA DARAH TIDAK
TERKONTROL DAN LAMA MENDERITA
DIABETES MELITUS DENGANFUNGSI
KOGNITIF PADA SUBYEK DIABETES
MELITUS TIPE 2
BAB I
Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Berbagai penelitian epidemiologi
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan
prevalensi DM tipe 2 di seluruh dunia, sekitar 90% kasus. World Health
Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang
diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang.2 Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) melaporkan pada tahun 2013 terdapat 2,4% kejadian DM
di Indonesia. Prevalensi berdasarkan diabetes yang terdiagnosis, tertinggi
terdapat di Yogyakarta (2,6%), Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi berdasarkan diabetes yang terdiagnosis
dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3%.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kadar gula darah yang tidak
terkontrol dan lama menderita DM dengan fungsi kognitif pada subyek
diabetes melitus tipe 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DM tipe 2 adalah salah satu penyakit kronis yang berhubungan dengan
peningkatan risiko penurunan kognitif dan demensia. Bila gejala
penurunan kognitif dapat dikenali lebih awal maka dapat dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan fungsi
kognitif agar tak jatuh dalam keadaan demensia. Beberapa faktor
utama yang mempengaruhi hubungan antara diabetes melitus dan
disfungsi kognitif, antara lain: aterosklerosis, penyakit mikrovaskular,
advanced protein glycation dan stres oksidatif akibat toksisitas
glukosa; dan insufficient insulin action sedangkan faktor lain yang
mempengaruhi adalah penuaan, genetik dan penyakit penyerta seperti
hipertensi, dislipidemia. Gangguan glukosa darah, seperti
hiperglikemia dan hipoglikemia menjadi penyebab utama terjadinya
gangguan kognitif pada subyek diabetes. Selain hiperglikemia dan
hipoglikemia, gangguan insulin seperti resistensi insulin dan
insufisiensi insulin, telah terbukti menyebabkan penurunan fungsi
kognitif.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2014.
Populasi penelitian adalah subyek DM tipe 2 yang berobat di
poliklinik Endokrin Metabolik RSUP Prof.Dr.dr.R.D.Kandou
Manado.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional .
Prosedur Penelitian
Sampel penelitian berjumlah 36 orang serta dipilih dengan cara
consecutive sampling. Variabel yang digunakan untuk variabel
bebas kadar HbA1c > 7 mg/dL dan lama DM ; variabel tergantung
skor MMSE.
Analisis Data
Analisis data adalah analisis univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji statistik korelasi dengan bantuan komputer
program SPSS versi 21.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan Tabel 1, hasil menunjukkan bahwa sampel
berjumlah 36 orang dengan usia termuda 34 tahun dan tertua
60 tahun memiliki rata-rata 55,2. Dari 36 sampel terbaru
menderita DM adalah 5 tahun dengan terlama yaitu 30 tahun,
memiliki nilai rata-rata yaitu 9,1 dengan simpangan baku
sebesar 5,9. Nilai HBA1c terendah adalah 7,1 mg/dl
sedangkan nilai HBA1c tertinggi adalah 14,4 mg/dl, kadar
HBA1c rata-rata sebesar 9,9 mg/dl dengan simpangan baku
sebesar 2,1. Skor MMSE terendah yaitu 11 danskor MMSE
tertinggi adalah 30, skor rata-rata adalah 24,7 dengan
simpangan baku adalah 3,8.
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji korelasi, didapatkan tidak ada hubungan
yang bermakna antara kadar HbA1c dengan skor MMSE (p=0,215;
r=-0,212) dan lama menderita DM dengan skor MMSE (p=0,237;
r=-0,202). Hasil yang didapatkan berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Takahiko Kawamura dkk dimana terdapat hubungan yang
progresif dalam mempengaruhi penurunan fungsi kognitif.
Faktor-faktor seperti penggunaan insulin, makanan tinggi
karbohidrat, infeksi, penyakit, stress dan aktivitas dapat
mempengaruhi kadar gula darah yang tidak terkontrol. Begitu juga
dengan penurunan fungsi kognitif, dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya: Usia, hipoglikemia, resistensi insulin, defisiensi
insulin, merokok, diet, exercise, stress, depresi, genetik,
aterosklerosis, penyakit penyerta, dan dukungan keluarga.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat
hubungan negatif antara kadar gula darah tidak terkontrol
dengan fungsi kognitif dan terdapat hubungan negatif antara
lama menderita DM dengan fungsi kognitif dengan nilai
korelasi pearson berturut-turut r=-0,212 dan r=-0,202
namun secara statistik tidak bermakna pada subyek DM tipe
2.