Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA Tn. B
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH DI RUANG
ABIMANYU RSJD SURAKARTA

OLEH :
KELOMPOK IV
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi
ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998). Menurut Townsend
(1998) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung
maupun tidak langsung.
B. TUJUAN

Tujuan Umum
agar mahasiswa memahami asuhan keperawatan
kepada klien dengan gangguan harga diri rendah.
TujuanKhusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien dengan harga diri rendah.
2. Mahasiswa dapat memahami strategi pelaksanaan
tindakan pada pasien dengan harga diri rendah.
C. PROSES PENULISAN
MAKALAH.
Dalam menuliskan laporan kasus ini, kelompok
mahasiswa mendiskusikan kasus-kasus diruang
Abimanyu, memutuskan untuk mengambil salah
satu kasus untuk seminar yaitu harga diri rendah,
kemudian kelompok melakukan studi literatur yang
terkait dengan kasus, selanjutnya melakukan
asuhan keperawatan pada klien yang dimaksud.
Asuhan keperawatan dilakukan mulai 2 sampai 4
April 2013. Akhirnya disusun secara tertulis dalam
bentuk makalah untuk diseminarkan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian:

Harga diri rendah atau biasa disebut dengan


minder merupakan sebuah gangguan
psikologis. Biasanya orang yang mengalami
harga diri rendah cenderung menjadi pemalu,
menarik diri dalam kehidupan sosial dan
lebih suka menyendiri daripada menujukkan
diri dalam khalayak ramai.
RENTANG PENILAIAN DIRI SESEORANG
KARAKTERISTIK HARGA DIRI
RENDAH
Mengkritik diri sendiri atau orang lain
Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
Perasaan tidak mampu
Rasa bersalah
Sikap negatif pada diri sendiri
Sikap pesimis pada kehidupan
Keluhan sakit fisik
Pandangan hidup yang terpolarisasi
Menolak kemampuan diri sendiri
Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB HARGA DIRI
RENDAH

Pola Asuh Keluarga


Tekanan/Trauma
Keadaan Fisik
Ketidakberfungsian Secara Sosial
MANIFESTASI KLINIS

a. mengkritik diri sendiri/orang lain


b. penurunan produktifitas/perasaan tidak mampu
c. destruktif
d. perasaan bersalah
e. ketegangan peran
f. keluhan fisik
g. penyalahgunaan zat
h. khawatir
i. menarik diri.
POHON MASALAH

ISOLASI SOSIAL----------akibat

GANGGUAN KONSEP DIRI : HDR----------core


problem

CITRA TUBUH----------penyebab
B. TINDAKAN KEPERAWATAN : MENARIK DIRI

1. Psikoterapeutik
2. Pendidikan kesehatan
3. Kegiatan hidup sehari-hari
4. Terapi Somatik
5. Lingkungan Terapeutik
BAB III
GAMBARAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
No RM : 040481
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
Alamat : Purwosari
Diagnosa Medis : F.20.3
Tanggal pengkajian : 01 Maret 2013
Alasan Masuk
Pasien datang ke IGD dengan keluhan 1 minggu klien
di rumah sering bingung, merusak barang-barang,
memecahkan kaca. Klien memiliki riwayat mondok di
RSJD Surakarta.

Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa dan memiliki
riwayat mondok di RSJD Surakarta, tetapi pengobatan
yang dilakukan sebelumnya kurang berhasil. Klien tidak
mengalami riwayat aniaya fisik, seksual, kekerasan
dalam keluarga dan tidak mengalami tindakan kriminal.
Tidak ada anggota keluarga pada Tn. B yang mengalami
gangguan jiwa.
Fisik
TTV :
Tekanan darah : 123/77 mmHg
Nadi : 97x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,7 C
Ukur
TB : 168 cm
BB : 49 kg
Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik pada dirinya.
Konsep diri
1. Gambaran diri
Tn. B tidak memiliki bagian tubuh yang cacat. Tn. B mengatakan,
tidak ada bagian tubuhnya yag tidak ia sukai.
2. Identitas diri
Tn. B seorang laki-laki belum menikah dan berumur 27 tahun.
3. Peran
Tn. B adalah anak dari 2 bersaudara. Dalam lingkungan masyarakat
klien tidak pernah mengikuti kegiatan bermasyarakat.
4. Ideal diri
Tn. B mengatakan, tidak memiliki cita-cita dan harapan karena
merasa tidak memiliki kemampuan.
5. Harga diri
Tn. B mengatakan, dirinya orang yang bodoh dan goblok.
Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah
ibunya.
2. Peran serta dalam kegiatan masyarakat
Klien mengatakan, jarang mengikuti kegiatan bermasyarakat.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan, orang bodoh, sehingga malu berhubungan
dengan orang lain.
Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam.
2. Kegiatan beribadah
Klien mengatakan jarang melaksanakan shalat.
Status Mental
1. Penampilan
Tn. B berpenampilan baik dan rapi, klien mengatakan mandi 2x sehari.

2. Pembicaraan
Tn. B berbicara dengan nada pelan dan kata-katanya bisa dimengerti

namun tidak mau memulai pembicaraan, kontak mata kurang, dan suka
mengalihkan pandangan.
3. Aktivitas motorik
Tn. B terlihat tremor saat dialkukan pengkajian.

4. Alam perasaan
Tn. B mengatakan, kadang merasa bingung.

5. Afek
Tn. B memiliki afek tumpul.

6. Interaksi selama wawancara


Tn. B kurang kooperatif tetapi jika diberi pertanyaan pasien selalu

menjawabnya.
7. Persepsi
Tn. B mengatakan, tidak mendengar bisikan-bisikan ataupun melihat
bayangan.
8. Proses pikir
Pembicaraan Tn. B mudah dimengerti, tapi pelan namun sopan pada intinya.
Pasien tidak mengalami obsesi, fobia maupun waham
9. Tingkat kesadaran
Pasien mengatakan bingung dan ketika diberin pertanyaanpun pasien
tampak kebingungan dan banyak diam.
10. Memori
Klien mudah lupa dengan kejadian jangka pendek.
11. Tingkat kosentransi
konsentrasi klien baik.
12. Kemapuan penilaian
Klien belum mampu menilai dirinya dan orang lain.
13. Daya tilik diri
Klien mengatakan, dibawa ke RSJD karena mengamuk-ngamuk dan
memecahkan kaca
Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Klien makan secara mandiri, sehari 3x dengan nasi lauk pauk, dan buah minum cukup. Saat

dikaji klien tampak tidak nafsu makan.


2. BAB/BAK
Klien mampu untuk BAB dan BAK secara mandiri di toilet.

3. Mandi
Klien mengatakan mandi sehari 2 kali di kamar mandi.

4. Berpakaian/Berhias
Klien berhias secara mandiri dan dapat berpakaian secara mandiri pula.

5. Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan semalam bisa tidur dan istirahat cukup.

6. Penggunaan Obat
Klien minum obat jika diingatkan oleh perawat.

7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mau minum obat secara teratur namun harus diingatkan oleh perawat.

Kegiatan

Terkadang klien kurang aktif melakukan kegiatan di rumah sakit. Klien lebih sering duduk dan

diam, melakukan kegiatan jika diperintah oleh perawat.


Kegiatan Di Luar Rumah

Setelah klien boleh pulang dari rumah sakit, klien mengatakan ingin bergabung dengan

tetangga di lingkungan tempat tinggalnya.


8. Kegiatan
Terkadang klien kurang aktif melakukan kegiatan di rumah sakit.
Klien lebih sering duduk dan diam, melakukan kegiatan jika
diperintah oleh perawat.
Kegiatan Di Luar Rumah
Setelah klien boleh pulang dari rumah sakit, klien mengatakan ingin
bergabung dengan tetangga di lingkungan tempat tinggalnya.
Mekanisme Koping
Klien belum mampu bersosialiasi dengan lingkungan sekitar, klien
tampak belum mampu bercakap-cakap dengan teman maupun
perawat yang ada di ruangan, klien lebih banyak diam.

Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien tinggal di rumah bersama ibu dan adiknya, klien jarang
berhubungan dengan lingkungan, dalam hal bekerja pasien
mengatakn tidak memilki kemampuan apa-apa/ bodoh sehingga
tidak memiliki cita-cita dan harapan. Dalam hal ekonomi pasien
berobat dengan menggunakan Jamkesmas.

Pengetahuan Kurang Tentang


klien tidak mengetahui tentang penyakit jiwa, klien tidak tau
bagaimana cara yang baik dan dapat dilakukan jika ada masalah,
klien mengatakan tidak tahu apa saja yang menyebabkan gangguan
jiwanya kambuh kembali.
Aspek Medik
Diagnosa medik : F. 20. 3
Terapi medik :
HLP 3x5 mg
THP 3x5 mg
TFP 3x5 mg
CPZ 1x100 mg

Kategori Pasien
Skor : 32
Kategori pasien : II
Tahap penganganan : pemeliharaan
Tujuan perawatan : kembalinya kondisi pasien/recovery
Fokus pengkajian : status fungsi pasien
Prinsip intervensi keperawatan: penguatan dan sokongan pada respon
koping adaptif pasien dan advokasi
Hasil yang diharapkan : meningkatnya fungsi dari pasien.
A. PROSES TERJADINYA MASALAH
KEPERAWATAN

Pada klien kelolaan Sdr Ho, menarik dirinya terjadi


karena perasaan tidak berharga yang dialami pada
masa yang lalu dimana klien mengalami kegagalan
dalam studi yaitu hanya lulus SD dan pernah diolok-
olok oleh teman-temannya serta pernah menjalin
hubungan dnegan wanita sudah sampai tunangan
namun gagal.
Menarik diri jika dibiarkan dapat berkembang menjadi
isolasi diri, gangguan aktivitas, penampilan diri yang
kurang dan kemungkinan terjadi halusinasi. Pada
klien kelolaan Sdr. Ho pemenuhan ADL masih
mampu, perawatan diri mandi dan makan masih
mampu, klien hanya menarik dari lingkungan dan
lebih senang menyendiri, tidak bergairah, lebih
banyak tidur.
PROBLEM TREE

Risiko Halusinasi Efek

MENARIK DIRI Core Problem

HARGA DIRI RENDAH Causa


MASALAH KEPERAWATAN

1. Menarik diri
D.S : Keluarga Sdr. Ho mengatakan sejak 3 tahun
yang lalu anaknya menjadi pendiam, sering di
rumah terus, senangnya sendirian, puncaknya sejak
seminggu terakhir Sdr. Ho. Lebih senang di kamar,
tidur, dan hanya makan, itu aja minta dianter ke
kamar. Jarang bergaul dengan teman sebaya,
D.O : Klien lebih banyak tidur, pandangan mata
menunduk saat berbicara dengan perawat dan
memainkan jari-jari saat berbicara dengan perawat,
aktifitas loyo, tidak bergairah bergairah,
Rencana Tindakan Keperawa
tan
Tindakan Keperawatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini akan dijelaskan sejauh
mana keberhasilan tindakan keperawatan secara
teoritis yang telah diaplikasikan pada kasus Sdr Ho,
dimana proses terjadinya menarik diri pada klien
hampir sama dengan teori yang ada yakni
disebabkan oleh harga diri yang rendah. Harga diri
rendah disebabkan beberapa kegagalan dan
kekecewaan yang pernah dialami pada masa lalu
hingga menyebabkan klien mengisolasi diri dari
lingkungan, tidak mau bergaul dengan sesamanya,
tidak peduli segala aktivitas dan tidak
memperhatikan penampilannya.
Adapun tindakan keperawatan menarik diri yang
paling utama dan pertama adalah membina
hubungan saling percaya, meskipun tidak ada
respon dari klien. Tindakan yang dilakukan perawat
antara lain : kontak sering dan singkat, memberi
dukungan, mengingatkan kontak mata klien saat
berinteraksi, mendengarkan ungkapan klien. Kontak
sering dan singkat, klien hanya mampu 20 menit
kemudian dilakukan modifikasi dengan melakukan
kontak selama 10 menit dengan jangka waktu 30
menit. Klien mau menerima tindakan tersebut dan
berhasil dengan baik.
Terhadap perasaan minder klien perawat
melakukan tindakan keperawatan dengan
melakukan latihan berkenalan dengan orang
yang belum di kenal, terutama mencoba
berkenalan dengan perawat wanita. Pada
awalnya klien malu, namun dengan
dukungan dari perawat klien berhasil
melakukan kenalan diosertai pemberian
reinforcement terhadap yang dicapai oleh
klien.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien Sdr. Ho dengan
menarik diri, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Membina hubungan saling percaya pada klien
menarik diri merupakan tindakan utama yang
harus dilakukan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan klien menarik diri.
Memberikan support dalam latihan bersosialisasi
dengan bertahap dari berkenalan dan memberikan
reiforcement kepeda pasien menarik diri menjadi
angatlah penting
B. Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai
berikut :
Dalam memberikan asuhan keperawatan menarik
diri hendaknya hubungan saling percaya dilakukan
secara bertahap, mulai dari perawat kemudian
perawat lain serta pada klien lainnya
Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya
dilakukan secara konsisten.
Memberikan reinforcement positip setiap
melakukan kegiatan

Anda mungkin juga menyukai