PREKSUS 85/2016
15202 UGM B
Cara mati:
Natural
Tidak natural (bunuh diri, pembunuhan, kecelakaan, sudden death?)
Sebab kematian:
Trauma
Penyakit
Keracunan
Mekanisme kematian
Asfiksia
Pendarahan
Tromboembili
Refleks vagal
Kerusakan organ vital
Manner of Death
Neonaticide
Alamiah/natural/stillbirth
Ketidaksengajaan/accident
Abandonment/neglect
Pembunuhan bayi/homicide
Undetermined
Unclassified
KEMATIAN BAYI
Dekomposisi harus dibedakan dengan maserasi intrauterine (tanda
kematian stillbirth yang pasti).
Maserasi intauterin adalah proses pembusukan yang disebabkan
oleh lingkungan luar janin/uterus, menandakan bahwa lingkungan
janin tidak adekuat untuk mendukung kehidupan. Tandanya adalah
Jika kematian bayi terjadi 2-3 hari setelah kelahiran dari uterus,
penampakan umumnya normal, namun secara umum fisik bayi
menjadi makin lembut dan secara histologi akan nampak autolysis
general.
Jika bayi ditemukan setelah beberapa tahun: coklat-pink,
vesikel/bula, slimy, deskuamasi, kadang jelly-like. Sendi-sendi
lepas, crnial plate terpisah di bawah scalp Spauldings sign.
Plasenta: jika bayi sempat hidup 24-48 jam, pada
plasenta belum terdapat bukti pemisahan, namun
setelah >1 hati, akan timbul cincin kemerahan di
sekeliling dasar tali pusat dan kulit abomen sekitarnya.
5-9 hari tali pusat akan lepas seutuhnya.
Vernix caseosa: jika tidak ada, mengindikasikan bahwa
tubuh bayi sudah dibasuh, kemungkinan artinya bayi
hidup saat dilahirkan.
NEONATICIDE
deliberate killing of a child within 24 h of its birth. Pelaku biasanya ibu
+/- bantuan. dapat berupa kelalaian /omission ataupun
kesengajaan/commission
infant murder of the day of birth.
The infanticide act of England and wales: where a woman by a wilful act
of omission or commission cause the death of her child being under age of
12 months but at the same time the balance of hermind was disturbed by
the effects of child birth or lactation she may be dealt with as if she had
committed manslaughter.
(bonnet 1993) aktif: membunuh dengan secara aktif menyakiti, seringkali
karena sangat panik, pasif: abandonment/negligence
Metode umum: suffocation > tidak menyisakan tanda fisik.
Dapat terjadi mumifikasi, didukung kondisi bayi bacteria-free
STILL BIRTH VS BORN ALIVE
STILL BIRTH BORN ALIVE
- 1
+/- Susu/material makanan lainnya dalam
lambung. 1
- Uji hidrostatik (+ jika sudah terjadi + Uji hidrostatik (mengapung), bisa jadi
pembusukan) 1 palsu 1
Mikroskopis (alveolus kolaps) 1 Mikroskopis (uniformly distended), bisa
jadi + palsu jika telah diresusitasi.
Spesifisitas lebih rendah? 1
+/- xray udara pada lambung 1
+/- xray udara pada lambung 1
- 2
Bila lahir >6h, akan ditemukan sel-sel
Inflamasi pada pangkal tali pusat. 2
Makroskopis (paru belum memenuhi Makroskopis (Sudah memenuhi dinding
dinding toraks, batas bawah paru masih toraks, batas bawah paru sudah tumpul) 2
+ terlihat aglutinasi
- Tidak ada aglutinasi
Psikologi Neonaticide
Pembenaran dengan sebab: anak haram, preferensi
masyarakat atas anak laki-laki, control populasi, eugenika,
keyakinan agama, dan kemiskinan. 3
Demografis psikologi ibu: biasanya muda, remaja atau awal
20-an; etnis apapun; belum menikah dan tidak ada hubungan
apapun dengan ayah dari si bayi; hidup dengan keluarga
atau relatifnya. Selain itu kebanyakan adalah orang miskin. 3
Rata-rata usia ibu 19,3 (15-39 tahun), 23 (15-40 tahun).
Wanita yang melakukan neonaticide umumnya lebih muda
(<25 tahun) daripada mereka yang membunuh anaknya
setelah mereka berusia >24 jam (filicide) 3
3% kasus neonaticie memiliki motif unwanted child, biasanya oleh
ibu muda dan belum dewasa dan primipara. Ibu tidak memiliki catatan
kejahatan dan jarang sekali melakukan percobaan aborsi> karakter
neonaticide: ibu dalam tahap penyangkalan akan kehamilannya dan
menghindari keputusan apapun tentang kehamilannya. 3
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan mental jangka panjang. 3
namun sering kali ada abnormal mental functioning during
pregnancies, ex denial.
Denial umumnya pada ibu: korban inses, dengan psikosis, atau dengan
kelainan disosiasi. 4
Film: failed dissociative response followed by ego disintegration or
hysterical psychosis
Miller (2003) also describes two additional types of denial: affective and pervasive.
Affective and pervasive pregnancy denial are most common among young,
unmarried, women bearing their first child; though sometimes the women have
children from previous pregnancies (Bonnet, 1993; Spinelli, 2003). Miller (2003)
reports that women who affectively deny their pregnancy cognitively realize they
are pregnant, but do not experience the normal emotions associated with a
pregnancy, and their behavior does not change to accommodate the pregnancy.
They simply do not feel pregnant, and they do not prepare for the impending birth.
Pervasive denial is more extreme denial than is affective denial. Women who
pervasively deny pregnancy, unlike the women experiencing affective denial, do
not intellectually acknowledge that they are pregnant. Brozovsky & Falit (1971)
also reported that some women who deny their pregnancies do not experience
normal physical changes associated with pregnancy, such as weight gain and
nausea, and they continue to have monthly bleeding. Labor is often misinterpreted
as a need to defecate, and the birth is endured in a state of dissociation (Miller,
2003).