Anda di halaman 1dari 12

Tugas Individu (Makalah)

Mata Kuliah : Epidemiologi Klinik


Dosen : Dr. Ida Leida Maria, SKM., M.KM., M.Sc.PH

MULTI DRUG RESISTENT TUBERCULOSIS

Oleh :
DELIA
ROSIDAH/P1804216026
KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI PRODI KESMAS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
O U T L I N E
Definisi
Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB)
adalah TB resistan Obat terhadap minimal 2
(dua) obat anti TB yang paling paten yaitu INH
dan Rifampisin secara bersama sama atau
disertai resisten terhadap obat anti TB lini
pertama lainnya seperti etambutol,
streptomisin dan pirazinamid
FAKTOR RISIKO
Unchangeable risk factors
Frekuensi Penyakit TB - MDR
Ukraina di antara sepuluh negara dengan beban TB-MDR
tertinggi di seluruh dunia, kedua setelah Rusia dikawasan
Eropa. WHO : 25 % kasus baru dan 58% pengobatan yang
berulang TB-MDR pada tahun 2015 .Tingkat keberhasilan
pengobatan MDR-TB 52%, bahkan lebih rendah dengan hanya
39% dari pasien yang dirawat di 2013.(Albana, et al,2017 ).

Di Cina, 6% dari isolat Mycobacterium tuberculosis yang


resisten terhadap isoniazid, 1% dari isolat yang multidrug
resistant . Secara global, 10,5 juta kasus insiden TB
diperkirakan terjadi pada tahun 2010, yang sebagian besar
terjadi di Asia dan Afrika . Secara keseluruhan, beban global
27 negara tinggi mencapai 85% dari seluruh kasus MDR-
TB. Mengingat meningkatnya jumlah kasus TB, masalah
resistensi obat anti-TBC tetap menjadi perhatian yang
signifikan. (Zhang,et al.2016)

Indonesia berada pada urutan 9 dengan jumlah kasus 6.100


(Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2013 WHO memperkirakan di
Indonesia terdapat 6.800 Kasus baru TB Dengan MDR TB setiap
tahun, diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus baru TB-MDR
dan 12% dari kasus TB dengan pengobatan ulang merupakan
kasus MDR TB (Kemenkes RI, 2015)
KEKUATAN HUBUNGAN TB - MDR
Pasien tuberculosis dengan status gizi yang baik atau normal memiliki logit
risiko 2.98 lebih rendah dari pada pasien dengan status gizi yang tidak
normal . Terdapat hubungan antara status gizi pasien tuberkulosis dan
penurunan logit risiko untuk terjadinya MDR TB dan hubungan tersebut
secara statistik signifikan.
(b = -2.98; CI 95% = -5.31 sd -0.64; p = 0.012)

patuh dalam minum obat tuberkulosis memiliki logit risiko 3.38 lebih
rendah dari pasien yang tidak patuh dalam minum obat tuberkulosis .
Terdapat hubungan antara kepatuhan pasien dalam minum obat dan
penurunan logit risiko untuk terjadi MDR TB dan hubungan tersebut secara
statistik signifikan.
(b= -3.38; CI 95% = -5.94 sd -0.82; p=0.010
Beberap Tenaga kesehatan yang melaksanakan pengobatan dengan
menggunakan strategi pengobatan DOTS memiliki logit risiko 0.88 lebih
rendah daripada tenaga kesehatan yang melakukan pengobatan tidak
dengan menggunakan strategi pengobatan DOTS (b= -0.88; CI 95% = -3.18
sd 1.43; p=0.456).
Terdapat hubungan antara pengobatan dengan strategi DOTS dan
penurunan logit risiko untuk terjadi MDR TB dan hubungan tersebut secara
statistik tidak signifikan.
Kekuatan Hubungan

Riwayat pengobatan TB (AOR 2,29; 95% CI 1,06-4,94; p


0,03,) Pasien yg mendapatkan riwayat pengobatan Tb
sebelumnya berpeluang 2,29 kali lebih besar menjadi
MDR di bandingkan dg yang tidak mempunyai riwayat
pengobatan sebelumnya. Dan ada hubungan antara
riwayat pengobatan sebelumnya dengan kejadian TB
MDR
IV-positif tanpa inisiasi ART (AOR 10,07; 95% CI 1,20-
4,45; p 0,03), BTA positif (AOR 2,54; 95% CI 1,37-
4,70; p 0,003), pengangguran (aOR 1,97; 95% CI
1,03-3,78; p 0,04) dan XDR-TB (aOR 9,19; 95% CI
1,17-72,06; p 0,03)
Laki-laki lebih mungkin untuk mengalami hasil yang
buruk tapi hasil ini adalah batas signifikansi setelah
penyesuaian (AOR 1,86; 95% CI 0,96-3,64; p 0,07).
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam risiko
hasil yang buruk dengan pengujian Xpert awal
dibandingkan dengan yang tidak melakukan
menerima Xpert (AOR 1,31; 95% CI 0,63-2,73).
Kekuatan hubungan
Pengobatan TB sebelumnya (AOR = 4.51,95% CI: 3,55-5,56)
menjadi faktor risiko yang kuat untuk MDR-TB.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa laki-laki (AOR = 1,09, 95%
CI: 0,24-1,88), sekolah tinggi atau pendidikan yang lebih rendah
(AOR = 1,87, 95% CI: 1,27-2,69), pengangguran (AOR = 1,30, 95%
CI: 0,78-2,52) , jarak tempat tinggal jauh dari fasilitas kesehatan
(AOR = 6.66,95% CI: 5,92-7,72), mempunyai kebiasaan merokok
(AOR = 2.07,95% CI: 1,66-3,19), pengetahuan minim mengenai
MDR TB (AOR = 2,06, 95% CI: 1,66-2,92), bepergian dengan
berjalan kaki untuk mencapai fasilitas kesehatan (AOR = 1,85, 95%
CI: 1,12-3,09), diperkirakan jumlah waktu untuk mencapai fasilitas
kesehatan 3 jam (AOR = 1,42, 95% CI: 0,51-2,35), stigma sosial
(AOR = 1,17, 95% CI: 0,27-2,03), mengalami infeksi oportunistik
(AOR = 1,45, 95% CI: 0,58-2,4), fokus lebih dari 3 TB di paru-paru
(AOR = 1,98, 95% CI: 1,49-3,25), pengobatan pertama berlangsung
lebih dari 8 bulan (AOR = 1,39, 95% CI: 0,65-2,54), efek samping
obat anti-TB (AOR = 2,39, 95% CI: 1,40-3,26), dan lebih dari 3
episode sebelum pengobatan anti-TB (AOR = 1.83,95% CI: 1,26-
2,80) Sebagai faktor paling penting yang berkontribusi pada
perkembangan MDR-TB di provinsi Henan di Cina (Zhang et al,2016)

KONSISTENSI

laki
KELAYAKAN
BIOLOGIS
Struktur genetik atau susunan genom M. tuberculosis
mempengaruhi mekanisme resistensi. Pada
M.tuberculosis, resistensi dapat terjadi secara
instrinsik ataupun dapatan. Resistensi instrinsik
disebabkan oleh struktur dinding sel yang sangat
hidrofobik dan impermeable serta adanya ekspresi
protein tertentu yang menrunkan kerja obat.
Resistensi dapatan cenderung disebabkan oleh
adanya mutasi pada gen-gen tertentu yang berperan
dalam kerja OAT.

Mekanisme resistensi terhadap INH, Rifampisin,


Pirazinamid, Ethambutol, Streptomysin,
Fluorokuinolon
PROGNOSIS TB- MDR
Sembuh

Anda mungkin juga menyukai