Anda di halaman 1dari 26

Clinical Sains Session

PERTUSIS
Oleh : Norhalisya Utami

Preseptor
Dr. IGM LOGO
Afridoni Sp.A
Pertusis
whooping cough, tussis quinta, violent cough

Batuk yang sangat


berat atau batuk
yang intensif,
merupakan
penyakit infeksi
saluran napas
akut

Pertusis/Norhalisya
Whooping Caugh

Ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri


dari batuk yang bersifat spasmodik dan
paroksismal disertai nada yang
meninggi

Karena pasien berupaya keras untuk


menarik napas sehingga pada akhir
batuk sering disertai bunyi yang khas

Pertusis/Norhalisya
Epidemiologi
Data yang diambil dari profil kesehatan
Jawa Barat 1993
Th.1990 Th.1991 Th.1992

4.970

Penyebaran
penyakit ini 2.752
terdapat diseluruh
udara, dapat
menyerang semua
golongan umur
1.379
Pertusis/Norhalisya
Etiologi

Genus Bordetella

B.Parapert B.Bronkise
B.pertussis B.avium
ussis ptika

Pertusis/Norhalisya
Morfologi
cocobasilus, gram negatif, kecil,
ovoid, ukuran panjang 0,5 1
m dan diameter 0,2-0,3 m,
tidak bergerak, tidak berspora
dan didapatkan dengan
melakukan swab pada daerah
nasofaring penderita pertusis.

Dengan pewarnaan toloidin biru,


terlihat granula bipoler
metakromatik dan mempunyai
kapsul. B.pertussis dapat mati
dengan pemanasan suhu 50C
selama setengah jam, tetapi
bertahan pada suhu rendah (0-
10C).

Pertusis/Norhalisya
Patogenesis
menular
Sekresi udara pernafasan

Melekat pada silia epitel


Perlekatan
saluran pernafasan

Filamentous Hemaglutinin (FHA),


Lymphosithosis Promoting Factor (LPF)/ Pertussis Toxin (PT)
dan protein 69-Kd
Perlawanan
Akhirnya
terhadap
Kerusakan timbul
mekanisme
lokal penyakit
pertahanan
sistemik
pejamu Company Logo

Pertusis/Norhalisya
Perlekatan B.Pertusis Menyebar
bermultiplikasi keseluruh
permukaan
PERTUSIS epitel saluran
Whooping
TOXIN nafas
caugh

Sub unit B berikatan dengan sel target

Sub unit A yg aktif pada daerah aktivasi


enzim membrane sel

Pertusis/Norhalisya
Peradangan ringan Meningkatkan
PERTUSIS dengan hyperplasia jumlah mucus
TOXIN jaringan limfoid pada
peribronkial permukaan
silia

Penumpukan
mukus

Fungsi silia sbg


pembersih
terganggu
Menimbulkan plak

Mudah terjadi
Obstruksi dan kolaps paru infeksi sekunder
Company Logo
www.themegallery.com

Pertusis/Norhalisya
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 6-20 hari, rata-rata 7 hari

Perjalanan penyakit antara m6-8 minggu atau lebih

Stadium Kataralis

Stadium Parosismal

Stadium Konvalenses

Pertusis/Norhalisya
Manifestasi
Klinis

Anak < 2 th Anak > 2 th


Batuk Lebih ringan
Paroksismal Lama sakit
Whoops lebih
Emesis pendek
Dispnea Kejang
kejang jarang
Suhu <38,4
Pertusis/Norhalisya
Stadium

St. Kataralis St.Paroksismal St.Konvalensi


1-2 mg 2-4mg

Frekuensi lebih Ditandai dg


sering berhentinya
Drajat batuk lebih whoop dan
Rinore dg
berat muntah
lender cair dan
Khas pengulangan dengan
jernih
5-10x batuk puncak
Injeksi
Muntah sesudah serangan
konjungtiva
batuk paroksismal paroksismal
Lakrimasi
Selama serangan yg menurun
Batuk ringan
muka merah, Batuk
Panas tidak
sianosis, mata menetap,
terlalu tinggi
menonjol, menghilang
lakrimasi, salivasi sekitar 2-3
Apatis, BB turun minggu

Pertusis/Norhalisya
Diagnosa

Penunjang
Diagnosa
ditegakkan
dengan
P.Fisik
Anamnesis

Pertusis/Norhalisya
Anamnesa

A Dari
Bunyi whoop yg jelas
anamnesa
Riw. Kontak dg penderita B ditemukan
pertusis

Riw. Imunisasi DPT ?


C
Tidak lengkap

Add Your Text

Pertusis/Norhalisya
Pemeriksaan Fisik

Injeksi
Stadium konjungtiva,
Kataral lakrimasi, demam
tidak terlalu tinggi

Gelisah,
Stadium berkeringat,
Paroksismal wajah memerah.

Pertusis/Norhalisya
Pemeriksaan
Penunjang

SwabDarah : Leukositosis
nasofaring dengan
ditanam pada media agar
Tes serologi
Bordetlimfositosisterhadap
absolute
Gengou. Positif antibody
khas kataral
pada stadium
toksin pertusis

Pertusis/Norhalisya
Batuk spasmodik
Bronkiolitis
Pneumonia
bakterial

Benda
Diagnosa
asing Banding

Sistik
Fibrosis
TB

Pertusis/Norhalisya
Penyulit
TB Laten dapat menjadi aktif

Pneumonia 1 3 Atelektasis
Sekunder
Penyulit

SSP : Kejang, 5 4 Panas tinggi dan


koma, batuk dg tekanan
ensefalitis tinggi

Pertusis/Norhalisya
Penatalaksanaan

Suportif umum, 02 dan ventilasi mekanik

Observasi ketat pada bayi

Penilaian kondisi pasien

Intake makanan atau cairan. Diet TKTP

Pasien diisolasi selama 4 minggu

Pertusis/Norhalisya
Medikamentosa

Sedativa
Antibiotik Mukolitik Antitusif
(bila perlu)

Eritromisin Bromhexin Luminal Kodein : 1


(50mg/kgbb Bayi 3x0.8 Oral 3-5 mg/kgBB/Ka
/hr) <5t : 2x4mg mg/kgBB/hr li
Ampisilin 5-10th : 4x4mg dlm 2-3 Dextrometro
(100mg/kgB >10th : 3x8mg dosis fan HBr :
B/hr) Gliseril Inj bayi 1mg/kgBB/h
Imunoglob Grakolat >6th 30mg/kali r dibagi 3-4
ulin 50-100mg Anak 75- dosis
pertussis tiap 2-6 jam 100mg/kali

Pertusis/Norhalisya
Pencegahan

Imunisasi
PASIF AKTIF
Vaksin dari
Human kuman
Hyperimm B.Pertusis yg
une telah
dimatiikan
Globulin untuk
Namun mendapat
kekebalan aktif
tidak Dosis 12 IU 3X
efektif jadi sejak usia 2
bulan jarak 8
tidak mgg
diberikan
lagi Text
ES. Demam :
Antikonvulsan

Pertusis/Norhalisya
Prognosis

Observasi jangka panjang apnea


dan kejang menyebabkan ggn.
intelektual

Tergantung ada/tidaknya
komplikasi

Anak usia lebih tua


Prognosis baik

Pertusis/Norhalisya
Komplikasi

Pernafasan
Pernafasan Pencernaan
Pencernaan SSP
SSP

OMA
OMA
Bronkitis
Bronkitis Kejang
Bronkopne Muntah Kejang
Bronkopne Muntah Kongesti
umonia Hernia Kongestidan
dan
umonia Hernia Oedem
Ulkus Oedemotak
otak
Atelektasis
Atelektasis Ulkuspada
pada Perdarahan
ujung Perdarahan
Emfisema
Emfisema ujunglidah
lidah otak
Bronkitis otak
Bronkitis
TB
TB

Company Logo
www.themegallery.com
Thank You !

LOGO

Anda mungkin juga menyukai