MAKSI 4
Nugrahyanti (0001 04 20 2015)
Syahriwiati Dasiran (0012 04 20 2015)
Novi Adhityo Sidharta (0047 04 20 2015)
Farid Kurniawan (0003 04 20 2015)
PENDAHULUAN
Tindak kecurangan di pemerintahan di Indonesia sudah mencapai
tingkat yang memprihatinkan. Bila kita sering membaca surat kabar
atau melihat televisi, maka kita akan disuguhi banyak berita tentang
kasus-kasus fraud yang telah melibatkan oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab, baik dijajaran lembaga legislatif, eksekutif bahkan
yudikatif.
Kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah sulit
terdeteksi karena pelaku biasanya merupakan orang-orang yang
dipercaya untuk menjalankan suatu proyek. Oleh karena itu, auditor
laporan keuangan harus mempunyai keahlian untuk mendeteksi
kecurangan ini. Untuk tindak lebih lanjut, auditor laporan keuangan ini
hanya dapat mendeteksi saja sedangkan untuk pengungkapannya
diserahkan pada akuntan forensik yang lebih berwenang. Akuntansi
forensik inilah yang nantinya akan menggunakan suatu aplikasi audit
lain selain audit biasa yang digunakan para auditor laporan keuangan
untuk mengungkapkan kecurangan.
Akuntansi forensik banyak diterapkan ketika Komisi
Pemeberantasan Korupsi (KPK) mengumpulkan bukti-bukti hukum
yang diperlukan untuk menangani kasus-kasus korupsi yang
dilaporkan kepada instansi tersebut. Akuntansi forensik juga digunakan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kepolisian, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta Inspektorat
Jenderal Kementerian untuk menggali informasi selama proses
pelaksanaan audit kecurangan (fraud audit) atau audit investigasi.
PEMBAHASAN
A. AKUNTANSI FORENSIK
1. Pengertian Akuntansi Forensik
a) Independensi
b) Objektivitas
c) Kemahiran Profesional
d) SDM
e) Pengetahuan, Pengalaman, Keahlian dan Disiplin
f) Supervisi
g) Pengetahuan Terhadap Standar Perilaku
h) Hubungan Manusia
i) Komunikasi
j) Pendidikan Berkelanjutan
k) Kehatia-hatian Profesional
l) Lingkup Penugasan
m) Pelaksanaan Tugas
7. Kode Etik Akuntansi Forensik
5.Hasil Investigasi
Hasil audit investigasi tidak boleh dibocorkan kepada pihak yang tidak
berhak mengetahuinya, di mana hasil ini biasanya telah diklarifikasi
dan dibacakan ulang kepada si auditee, agar auditee mengerti sejauh
mana investigasi dan eksaminasi dilakukan dan hasil yang didapatkan.
6. Standar Audit Investigasi
1) Seluruh investigasi harus dilandasi praktik yang diakui (accepted best
practices)
2) Kumpulkan bukti - bukti dengan prinsip kehati - hatian (due care)
sehinggabukti - bukti tadi dapat diterima di pengadilan
3) Pastikan seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan
diindeksdan jejak audit tersedia
4) Pastikan bahwa para investigatormengerti hak - hak asasi pegawai dan
senantiasa menghormatinya
5) Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan
kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut,
baikdalam kasus hukum dan administratif maupun hukum pidana
6) Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang
sangatkritis ditinjau dari segi waktu
7) Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk
perencanaan pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara,
kontakdengan pihak ketiga , pengamanan mengenai hal - hal yang bersifat
rahasia, ikut tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggara
catatan, melibatkan / dan atau melapor ke polisi, kewajiban hukum, dan
persyaratan mengenai pelaporan.
KESIMPULAN