Anda di halaman 1dari 9

Rencana Asuhan

Kefarmasian (PLAN)
1. Tujuan Pengobatan
2. Obat yang direkomendasikan untuk pasien tersebut :
1). Golongan Antasida, yaitu antasida magnesium oxide (kategori A)
- Dosis = 350 mg/day, PO (19-30 tahun)
- Aturan pakai = 1xsehari, sebelum makan
- Efek terapi = menetralkan asam lambung
- Efek samping = diare jika dosis lebih, iritasi GI
*Golongan antasida yang tidak direkomendasikan
KATEGORI C
1. Alumunium hidroxida
2. Na bikarbonat
3. Kalsium karbonat
4. Magnesium trisiklat

.Jika dengan antasida tidak memberikan efek terapi yang


maksimal, pilihan lainnya yaitu : Golongan H2 blocker
(contohnya ranitidin) kategori B. Apabila gejalanya masih
dirasakan juga , dapat menggunakan golongan Proton pump
inhibitors (PPI) (Contohnya : omeprazole, lansoprazol) kategori
C.
Sumber UMHS GERD GUIDLINE, 2012
FDA menggolongkan tingkat keamanan penggunaan obat pada
kehamilan dalam 5 kategori yaitu :
Kategori A : Studi kontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin
pada kehamilan trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester selanjutnya),
dan sangat rendah kemungkinannya untuk membahayakan janin. Contoh : Vitamin C, asam
folat, vitamin B6, zinc. Kebanyakan golongan obat yang masuk dalam kategori ini adalah
golongan vitamin, meski demikian terdapat beberapa antibiotik yang masuk dalam Ketegori A
ini
Kategori B : Studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya
resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan.
Atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping
obat (selain penurunan fertilitas) yang tidak diperlihatkan pada studi terkontrol pada wanita
hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester berikutnya).
Contoh :acarbose, acyclovir, amiloride, amoxicillin, ampicillin, azithromycine, bisacodyl,
buspirone, caffeine, cefaclor, cefadroxil, cefepime, cefixime, cefotaxime, ceftriaxone,
Kategori C : Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin
(teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada
wanita, atau studi terhadap wanita dan binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya
dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh melebihi besarnya resiko yang mungkin timbul
pada janin. Contoh :acetazolamide, albendazole, albumin, allopurinol, aminophylin,
amitriptyline, aspirin, astemizol, atropine, bacitracin, beclometasone, betacaroten,
bupivacaine, calcitriol, calcium lactate, chloramphenicol, ciprofloxacin, clidinium bromide,
Kategori D : Terbukti menimbulkan resiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat
yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan (misalnya jika obat
diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat
yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan). Contoh:alprazolam, amikacin,
amiodarone, atenolol, bleomycin, carbamazepine, chlordiazepoxide, cisplatin,
Kategori X : Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya
abnormalitas janin dan besarnya resiko obat ini pada wanita hamil jelas-jelas melebihi
Catatan : Pada pasien ibu hamil 3 bulan
(trisemester pertama) sebaiknya tidak
mengonsumsi obat-obatan. Karena
dikhawatirkan akan mengganggu janin.
Gejala mual dan muntah yang
dirasakan kemungkinan pengaruh dari
kehamilan ibu tersebut. sehingga untuk
mengurangi gejala tersebut dapat
dilakukan dengan memperbaiki life
style.
Pertimbangan obat yang digunakan pada masa kehamilan :

1. Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperoleh ibu

diharapkan lebih besar daripada resiko janin

2. Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari penggunaannya selama trisemester

pertama kehamilan

3. Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang tidak dipakai secara luas pada

kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada obat baru atau obat yang

belum pernah dicoba secara klinis

4. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat

mungkin

5. Hindari polifarmasi

6. Pertimbangkan perlunya penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada

beberapa obat.
3. Monitoring
4. Non Farmakologi
Referensi
Joel J Heidelbaugh, MD . 2012.Gastroesophageal
Reflux Disease (GERD) . Guidelines for Clinical
Care Ambulatory . University Of Michigan.
Adapted from: FDA Consumer magazine.Volume
35, Number 3, May-June 2001.
http://www.perinatology.com/Archive/FDA
%20CAT.htm (Maret, 9,2017).

Anda mungkin juga menyukai