Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

KPD

Oleh:
Faridah
Pembimbing:
dr. H. Sigit Nurfianto, Sp.OG (K)
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini ADALAH ketuban pecah
spontan tanpa diikuti tanda-tanda
persalinan, ketuban pecah sebelum
pembukaan 3 cm (primigravida) atau
sebelum 5 cm (multigravida)

Kejadian KPD mendekati 10% dari semua


persalinan. Pada umur kehamilan kurang
dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%.
DEFINISI
Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD
adalah ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda
persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm
(primigravida) atau sebelum 5 cm (multigravida) (Hilal
Ahmar, 2010).

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput


ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban
pecah dini pada kehamilan prematur (Sarwono, 2008).
Etiologi
Serviks inkopeten
Polihidramnion
Infeksi (bakterial vaginosis)
Riwayat KPD sebelumnya
Merokok selama kehamilan
Trauma
Makrosomia
Kelainan letak
Patofisiologi
FAKTOR LAIN Infeksi

Pembesaran aktifitas iL-1


uterus dan
kontraksi prostaglandin
uterus dan
peregangan
berulang kolagenase
jaringan
gerakan janin

depolimerasi ketuban tipis,


MMP tidak
kolagen pada Lemah(rapuh)
seimbang
selaput korion/ mudah pecah
amnion, spontan.
Gejala Klinis
keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, cairan vagina berbau amis dan tidak
seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes
Janin mudah diraba.
Tidak adanya his dalam satu jam
Nyeri uterus, denyut jantung janin yang semakin
cepat serta perdarahan pervaginam sedikit
(jarang terjadi)
DIAGNOSIS
Anamnesis
Penderita merasa basah dari vaginanya atau mengeluarkan cairan banyak
dari jalan lahir.
Kadang kala cairan seperti urin
Inspeksi
Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban
baru pecah, dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin
jelas.
Pemeriksaan Inspekulo
Merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis KPD karena pemeriksaan
dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko infeksi
Pemeriksaan Lab
-Pemeriksaan alpha fetoprotein (AFP)
-Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisa
- Tes lakmus
Pemeriksaan USG
PENATALAKSANAAN
Konservatif
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
# Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan
janin:
Ampisilin 4 x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin
250mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari.
# Berikan kotikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki
kematangan paru janin:
Betametason 12mg I.M. dalam 2 dosis setiap 12 jam,
Atau deksmetason 6mg I.M. dalam 4 dosis setiap 6 jam.
(catatan: Jangan berikan kortikosteroid jika ada
infeksi)
# Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.
# Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi
persalinan preterm.
Aktif
Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37
minggu:
# Jika ketuban telah pecah > 18jam, berikan antibiotika
profilaksis untuk mengurangi risiko infeksi streptokokus
grub B:
Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam,
Atau penisilin G 2 juta unit I.V. setiap 6jam sampai
persalinan,
( Jika tidak ada infeksi paskapersalinan, hentikan
antibiotika)
# Nilai serviks:
Jika serviks sudah matang, lakukan induksi
persalinan dengan oksitoksin,
Jika serviks belum matang, matangkan dengan
prostaglandin dan infus oksitosin, atau lahirkan dengan
seksio sesarea.
KOMPLIKASI
Persalinan Prematur
Infeksi
Komplikasi Ibu:
Endometritis
Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)
Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki
vaskularisasi sangat banyak)
Syok septik sampai kematian ibu.
Komplikasi Janin :
Asfiksia janin
Sepsis perinatal sampai kematian janin.
Hipoksia dan Asfiksia
PROGOSIS
Prognosis dari KPD tergantung pada
waktu terjadinya, lebih cepat
kehamilan, lebih sedikit bayi yang
dapat bertahan
KASUS
IDENTITAS
ANAMNESIS
Keluhan utama : Melahirkan Anak ke-2
Riwayat penyakit sekarang : Pasien merupakan rujukan
bidan ester dengan inpartu kala I. Pasien hamil anak 2,
tidak ada riwayat abortus. Pasien merasa mules-mules
sejak 1 hari yang lalu. Selain itu pasien juga merasa
keluar air-air sejak sore kemaren sejak SMRS dan juga
disertai keluar lendir darah. Gerakan janin masih
dirasakan. Pasien tidak merasakan pusing, mual, muntah,
dan pandangan kabur. Buang air kecil pasien dikatakan
normal. Buang air besar pasien dikatakan sedikit. USG
terakhir 1 bulan yang lalu dengan hasil janin dalam
keadaan baik. Hari pertama haid terakhir (HPHT) pasien
tanggal 18 November 2015. ANC (+) 3X ke Puskesmas
Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Sah
Perkawinan ke : 1
Usia saat menikah : 34 tahun
Lamanya menikah : 3 tahun
Usia suami saat menikah : 46 tahun
Jumlah anak hidup : 1
Jumlah anak meninggal : 1
Riwayat menstruasi :
Menarche : SMP
Siklus : 1 bulan
Lamanya : 4-7 hari
Dismenorhoe: -
HPHT : 18- 11 - 2015
TP : 25 - 8 - 2016
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat KB :Pil KB
Riwayat kesehatan ibu : HT (-),
asma (-), alergi obat (-)
Riwayat kesehatan keluarga : HT (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sesak
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
TD : 130/90 mmHg Suhu: 37,3oC
Nadi : 96 x/mnt RR : 20 x/mnt
Cephal : CA (-/-), SI (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Pulmo : Ves(+/+), Rh (-/-),Wh(-/-)
Cor : S1-S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Supel, BU (+) normal, tymphani
Ekstremitas atas : Akral hangat
Ekstremitas bawah : Akral hangat, pitting edema (+/+)
Status obstetrik
Leopold :
L1: Bokong, TFU 2 jari di bawah PX (McD 32
cm)
L2: Punggung kanan
L3: Presentasi kepala
L4: Masuk PAP
DJJ : (+) 157 x/menit
His : (-)
VT : pembukaan 6 cm, portio tipis lunak, selket
(-), kepala Hd I
Pemeriksaan Darah Lengkap dan
Urine tanggal 13/8/2016
WBC : 20,06 103/uL (4,5 - 11,0. 103/uL)
RBC : 5,06 106/uL (3,50-5,50 106/uL)
HGB: 12,6 g/dL (12,0 - 16,0 g/dL)
HCT : 39,3 % (38,0 - 48,0 %)
PLT : 365 103/uL (150 - 440 103/uL)
BT : 2 (100 - 300)
CT : 4 (50 - 150)
HbsAg : Negatif
Creatinin : 0,93 mg/dl
Protein : (+) 1
DIAGNOSA
KPD > 24 Jam Pada G3P1A1 hamil
aterm
PENATALAKSANAAN
Inf. RL 30 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gram/IV
CTG diruangan
Observasi pertus pervaginam
Bila 2 jam tidak berhasil, rencana SC
Cito
FOLLOW UP
Lanjutan Follow up
DIAGNOSIS AKHIR

P2A1 Post SC a/I KPD > 24 JAM


PEMBAHASAN
Dilaporkan Ny. SK, 37 tahun, G2P1A1 hamil 36 minggu. Pasien masuk IGD RSUD dr. Doris Sylvanus
pada tanggal 13-8-2016 pukul 17.30 WIB diantar oleh keluarga. Pasien datang dengan ingin
melahirkan anak ke -2, kemudian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta obstetric.
Didapatkan pasien merasakan mules-mules, keluar lendir darah (+), gerakan janin (+), pasien
pernah melakukan pemeriksaan kehamilan, ANC (+) dan pernah melakukan pemeriksaan USG.
Dari pemeriksaan fisik tekanan darah saat itu adalah 130/90 mmHg, nadi 96 kali/menit, RR 20x/m,
suhu 37,3oC, tampak edema pada ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan obstetric didapatkan TFU
2 jari di bawah processus xiphoideus (McD : 32 cm), punggung kanan, presentasi kepala dan
belum masuk pintu atas panggul. DJJ irregular 157 kali/menit. Pemeriksaan dalam (VT) pembukaan
6 cm, portio tipis lunak, selket (-), kepala Hd I. Terapi dari IGD diberikan setelah dikonsulkan ke
bagian Obsgyn, yaitu : Inf. RL 30 tpm, Inj. Ceftriaxone 1 gram/IV, CTG diruangan, Observasi pertus
pervaginam, Bila 2 jam tidak berhasil, rencana SC Cito.

Pada pasien ini dilakukan SC cito karena KPD > 24 jam, yaitu keluarnya cairan dari jalan
lahir/vagina sebelum proses persalinan. Penyebab terjadinya KPD pada pasien ini kerena adanya
infeksi, dimana dari hasil leuksoit nya adalah 20.000/uL.

Pada tanggal 14/08/2016 pukul 05.00 wib dimulai tindakan SC, bayi lahir segera menangis dan
langsung dialih rawat ke bagian perinatologi. Keadaan umum pasien tampak baik dan pasien
dirawat di ruang HCU. Pasien dirawat selama 3 hari dan keadaan semakin membaik. Pada tanggal
16/08/2016 diperbolehkan pulang.
KESIMPULAN
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain. Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari
penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada
batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan
situasi setempat serta waktu.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-


tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda
persalinan. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam
bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur
dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta menyebabkan
infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah dini kemungkinan besar
menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka
dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu
maupun janin dengan ketat.
LANJUTAN
KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama
kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang
cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat
kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus
tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai
pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan
konservatif . Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana
harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup
bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan,
sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap
konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang
bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat
badan janin yang cukup.
LANJUTAN
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi,
karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti
pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan
membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu
membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat
persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya
infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering
terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi
yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress
Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.
Penatalaksanaan yang optimal harus mempertimbangkan 2 hal tersebut di
atas dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat
bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang
dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang
strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat
menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar R. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif
dan Obstetri Sosial. Jilid I. Ed. II. Jakarta. EGC. 1998.p. 255-8.
Komite Medik RSUP DR.Sardjito, Ketuban Pecah Dini dalam Standar Pelayanan
medis RSUP DR. Sardjito, Buku I, Medika Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, 1999, hal : 32 33
Manuaba.I.B.G. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta Penatalaksanaan
Obstetri Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta, 2001, hal : 221 225.
Jonathan G. Anamnesis dan Pemeriksaan Obstetrik dan Ginekologis. At a
Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik; alih bahasa, Artsiyanti D.; editor,
Amalia S., Rina A.. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007. Pp 32-5.
Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. In Prawirohardjo S.(ed.) Ilmu Kebidanan.
Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir. Edisi
Keempat. Cetakan Kedua. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2009. Pp 677-82.
American College of Obstetricians and Gynecologists. Premature rupture of
membranes. Clinical management guidelines for obstetrician-gynecologists.
ACOG practice bulletin no. 1. Int J Gynaecol Obstet. 2008;63:7584.
Reece, E.A MD at al; Clinical Obstetric The Fetus & Mother 3rd edition :
Prelabor rupture of the mambranes; Blackwell Publishing 2007; 1130 1173
DeCherney, AH. MD et al; LANGE Current Diagnosis & Treatment
Obstetrics & Gynecology 10thedition : Premature Rupture of
Membranes; McGraw-Hill 2007; 279 281.
Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds)
Pengantar Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan.
Ketuban Pecah Dini. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2007. Pp
456-60.
Kenneth J. Leveno,F. Gary Cunningham, Norman F. Gant, James M.
Alexander, Steven L. Bloom, Brian M. Casey, Jodi S. Dashe, Jeanne S.
Sheffield, Nicole P. Yost. Obstetri Williams Panduan Ringkas. Edisi 21.
Jakarta ECG, 2009 ;h 469
Morgan G., Hamilton C. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Trans
Syamsi R.M., Ketuban Pecah Dini (KPD). Kapoh R.P. Jakarta. Penerbit
EGC. 2009. Pp 391-4.
Premature Rupture of Membrane. http://Scrib.com/ diunduh tanggal 1
Juni 2011.
Nili F., Ansaari A.A.S. Neonatal Complications Of Premature
Rupture Of Membranes. Acta Medica Iranica. [Online] 2003. Vol
41. No.3. Diunduh dari
http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf. Diunduh pada 6
September 2013.
Benzion Taber. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001; h. 368-73.
Fortner, Kimberly B.; Szymanski, Linda M.; Fox, Harold E.;
Wallach, Edward E. Preterm Labor and Premature Rupture of
Membranes. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics
ebooks. 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007.
Morgan G., Hamilton C. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik.
Trans Syamsi R.M., Ketuban Pecah Dini (KPD). Kapoh R.P. Jakarta.
Penerbit EGC. 2009. Pp 391-4
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai