I. PSIKIATRIK FORENSIK - Gabungan dua kata psikiatrik dan forensik-> anggapan -> gabungan dua ilmu dasar yaitu Ilmu psikiatrik dan Ilmu forensik. - Tinjau bidang forensik lain > kimia Forensik, kedokteran forensik atau Psikologi Forensik kesimpulan-forensik bukanlah ilmu dasar tetapi fungsi dari ilmu dasar- (psikiatri, kimia,kedokteran psikologi) yaitu membantu hukum dan peradilan. Jadi psikiatri forensik -> merupakan sub- spesialisasi ilmu kedokteran yang menelaah mental manusia dan berfungsi membantu hukum dan peradilan Posisi Dokter : - Posisi Medis : hubungan dokter dengan orang yang diperiksa hubungan dokter-pasien. - Posisi Legal : surat dari lembaga hukum ( Pengadilan, Kejaksaan, dan Polisi) yang meminta dokter untuk memeriksa seseorang yang telah mempunyai status hukum tertentu : terdakwa, saksi, penggugat, dan sebagainya. Dalam hal ini, sesungguhnya bukan sesorang yang melaksanakan profesi dokter tetapi seorang sarjana kedokteran ia tidak terikat pada etika profesi dokter, tetapi lebih terikat kepada etika sebagai ilmuan, objek telaahnya adalah manusia, memperhatikan asas-asas profesionalisme (ilmiah dan objektif), manfaat untuk umum, serta kehormatan dan harga diri pada orang yang menjadi obyek penelaahan. II. TATA LAKSANA DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN Hakim : wasit yang pada akhir persidangan akan menentukan keputusan. Jaksa : petugas negara yang mewakili masyarakat umum
yang dirugikan dalam suatu perkara
Penggugat : orang yang merasa dirugikan yang mencoba
menuntut haknya melalui pengadilan
Tergugat atau terdakwa : orang yang dianggap telah
merugikan sesorang atau masyarakat secara keseluruhan.
Saksi : orang yang melihat atau mendengar sengketa
hukumnya yang kemudian memberikan keterangan
berdasarkan apa yang pernah ia lihat atau ia dengar. Saksi ahli : seseorang yang sebenarnya tidak terlibat di dalam satu perkara, tetapi mempunyai ilmu yang dapat dipakai untuk menganalisa perkara dan mengemukakannya kepada hakim sebagai bahan untuk mengambil keputusan Aspek Hukum Hukum mengatur hak dan kewajiban manusia dalam kelompoknya. Manusia->mempunyai kepentingan pribadi tp di lain pihak ia harus memperhatikan kepentingan orang lain.Untuk tidak terjadi benturan-benturan itu > Hukum. Dasar sebagai sumber hukum untuk suatu tempat dan suatu periode tertentu adalah : a. Undang-undang->yang merupakan perwujudan dari negara hukum yang menganut asas demokrasi. b. Traktat-> yaitu suatu perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih. c. Putusan putusan hakim (yurisprudensi) d. Hukum-hukum formal yang tidak tertulis -> hukum adat Aspek Medis kesaksian ahli Psikiatri --> diduga terdapat gangguan jiwa (satu pihak yang berperkara). berbeda dari pemeriksaan medik umum : - fungsi mental - emosional - perilaku pemeriksaan klinis : - wawancara psikiatris - riwayat penyakit - pemeriksaan status mental Untuk menegakkan diagnosa yang tepatTerapi yang efektif dan prognosis III. VISUM ET REPERTUM PSYCHIATRICUM Alat bukti sah untuk memberikan keyakinan pada hakim dalam mengambil keputusan : - pengakuan terdakwa - keterangan saksi / saksi ahli - alat bukti surat - alat bukti petunjuk - alat bukti terdakwa Keterangan ahli : Lisan Tertulis (visum et repertum) dalam bidang kedokteran Visum Repertum : hasil pemeriksaan medis yang dilakukan oleh dokter atau sebuah tim dokter dan ditujukan untuk kepentingan peradilan sebagai sarana pembuktian. Visum Repertum : paduan antara fakta dan pendapat dokter terhadap fakta tersebut Utk Psikiatri : Visum et Repertum Psychiatricum ( bidang psikiatri) Visum et Repertum Psychiatricum : dibuat setelah seorang dokter memeriksa objek (pasien, terperiksa, orang, dan barang bukti) setelah seseorang mengalami suatu peristiwa atau sengketa hukum > post facto. Prediksi tentang suatu keadaan yang belum terjadi ->Pre facto. Permintaan dan yang berhak meminta Visum et Repertum Psychiatricum adalah : - Hakim - Jaksa - Polisi - yang bersangkutan (pelaku, korban, atau walinya) Visum et Repertum Psychiatricum : Dokter (yang mempunyai ijin yang berpraktek di wilayah Indonesia) ( dapat mengajukan keberatan - ada kaitan keluarga) 14 hari (observasi) jangka waktu ini dengan seijin permintaan pembuatan Visum et Repertum Psychiatricum dapat diperpanjang 14 hari lagi setelah jangka waktu ini Visum et Repertum Psychiatricum sudah diterbitkan, walaupun barangkali belum dapat diambil suatu kesimpulan. Selama observasi - diberi terapi kecuali dalam keadaan darurat (agresif, destruktif, kecendrungan bunuh diri, sakit fisik yang gawat) Pemberian terapi ini harus dilaporkan kepada pihak yang meminta visum dan dilaporkan pula pada Visum et Repertum Psychiatricum Bentuk baku Visum et Repertum Psychiatricum : Visum et Repertum Projustitia Identitas pemeriksa Identitas peminta Identitas terperiksa Laporan hasil pemeriksaan Anamnesis Status internistik Status neurologik Status psikiatrik Pemeriksaan tambahan Diagnosis Kesimpulan Bahasa kedokteran bahasa hukum setidak-tidaknya bahasa umum yang lebih dapat dipahami oleh ahli hukum. Bagian penting bagi ahli hukum adalah kesimpulan (merupakan jawaban dari pertanyaan yang tercantum didalam surat permintaan pembuatan surat Visum et Repertum Psychiatricum). Pertanyaan dalam surat Visum et Repertum Psychiatricum : bagaimana kemampuan bertanggung jawab terdakwa, dapatkah saksi diajukan dalam sidang peradilan atau apakah orang yang diminta untuk diperiksa cakap atau berkompeten dalam lalu lintas hukum. Kasus-kasus Hukum : pembuatan Visum et Repertum Psychiatricum adalah kasus pidana Kasus Pidana :
- terperiksa sebgai pelaku
- terperiksa sebagai korban Kasus Perdata : Pembatalan kontrak Pengampunan atau curatelle Hibah Perceraian Adopsi Kasus-Kasus lain : Kompetensi untuk diinterview kelayakan untuk diajukan di sidang pengadilan Beberapa pemeriksaan yang lazim dilaksanakan : 1. Pemeriksaan kemampuan bertanggung jawab 2. Pemeriksaan kompetensi (cakap) akan lalu lintas hukum 3. Penentuan hubungan sebab akibat (kausalitas) antara suatu kondisi dengan timbulnya suatu gangguan jiwa 4. Kompetensi untuk ditanya (competence to be interviewed) dan kelayakan untuk diajukan di sidang pengadilan (fitness to stand trial) 5. Pemeriksaan-pemeriksaan lain pemeriksaan kemampuan bertanggung jawab Dalam menentukan kemampuan bertanggung jawab sesorang, kita harus menentukan hal-hal sbb : Diagnosis : adanya gangguan jiwa pada saat pemeriksaan Diagnosis : dugaan adanya gangguan jiwa pada saat pelanggaran hukum Dugaan bahwa tindakan pelanggaran hukum merupakan bagian atau gejala dari gangguan jiwanya. Penentuan kemampuan tanggung jawab : - tingkat kesadaran pada saat melakukan pelanggaran hukum - kemampuan memahami nilai perbuatannya - kemampuan memahami nilai resiko perbuatannya, dan - kemampuannya memilih dan mengarahkan kemauannya Tingkat-tingkat kemampuan bertanggung jawab, antara lain : Yang tidak mampu bertanggung jawab : Yang tidak menyadari Tidak memahami Tidak dapat memilih dan mengarahkan kemauannya (misal ; pelaku yang menderita epilepsi lobus temporalis)
Yang menyadari : tetapi tidak memahami dan tidak mampu memilih dan mengarahkan kemauanya (misal : kasus psikosis)