Anda di halaman 1dari 13

PSIKIATRI FORENSIK

dr. David Santoso, T. SpKJ.MARS


I. PSIKIATRIK FORENSIK
- Gabungan dua kata psikiatrik dan forensik->
anggapan -> gabungan dua ilmu dasar yaitu Ilmu
psikiatrik dan Ilmu forensik.
- Tinjau bidang forensik lain > kimia Forensik,
kedokteran forensik atau Psikologi Forensik
kesimpulan-forensik bukanlah ilmu dasar tetapi
fungsi dari ilmu dasar- (psikiatri,
kimia,kedokteran psikologi) yaitu membantu
hukum dan peradilan.
Jadi psikiatri forensik -> merupakan sub-
spesialisasi ilmu kedokteran yang menelaah
mental manusia dan berfungsi membantu hukum
dan peradilan
Posisi Dokter :
- Posisi Medis : hubungan dokter dengan orang yang
diperiksa hubungan dokter-pasien.
- Posisi Legal : surat dari lembaga hukum ( Pengadilan,
Kejaksaan, dan Polisi) yang meminta dokter untuk
memeriksa seseorang yang telah mempunyai status
hukum tertentu : terdakwa, saksi, penggugat, dan
sebagainya. Dalam hal ini, sesungguhnya bukan sesorang
yang melaksanakan profesi dokter tetapi seorang sarjana
kedokteran ia tidak terikat pada etika profesi dokter,
tetapi lebih terikat kepada etika sebagai ilmuan, objek
telaahnya adalah manusia, memperhatikan asas-asas
profesionalisme (ilmiah dan objektif), manfaat untuk
umum, serta kehormatan dan harga diri pada orang yang
menjadi obyek penelaahan.
II. TATA LAKSANA DALAM
PERSIDANGAN DI PENGADILAN
Hakim : wasit yang pada akhir persidangan akan
menentukan keputusan.
Jaksa : petugas negara yang mewakili masyarakat umum

yang dirugikan dalam suatu perkara


Penggugat : orang yang merasa dirugikan yang mencoba

menuntut haknya melalui pengadilan


Tergugat atau terdakwa : orang yang dianggap telah

merugikan sesorang atau masyarakat secara keseluruhan.


Saksi : orang yang melihat atau mendengar sengketa

hukumnya yang kemudian memberikan keterangan


berdasarkan apa yang pernah ia lihat atau ia dengar.
Saksi ahli : seseorang yang sebenarnya tidak terlibat di
dalam satu perkara, tetapi mempunyai ilmu yang dapat
dipakai untuk menganalisa perkara dan mengemukakannya
kepada hakim sebagai bahan untuk mengambil keputusan
Aspek Hukum
Hukum mengatur hak dan kewajiban manusia dalam
kelompoknya. Manusia->mempunyai kepentingan pribadi tp
di lain pihak ia harus memperhatikan kepentingan orang
lain.Untuk tidak terjadi benturan-benturan itu > Hukum.
Dasar sebagai sumber hukum untuk suatu tempat dan
suatu periode tertentu adalah :
a. Undang-undang->yang merupakan perwujudan dari
negara hukum yang menganut asas demokrasi.
b. Traktat-> yaitu suatu perjanjian yang dibuat oleh dua
negara atau lebih.
c. Putusan putusan hakim (yurisprudensi)
d. Hukum-hukum formal yang tidak tertulis -> hukum adat
Aspek Medis
kesaksian ahli Psikiatri --> diduga terdapat gangguan
jiwa (satu pihak yang berperkara).
berbeda dari pemeriksaan medik umum :
- fungsi mental
- emosional
- perilaku
pemeriksaan klinis :
- wawancara psikiatris
- riwayat penyakit
- pemeriksaan status mental
Untuk menegakkan diagnosa yang tepatTerapi yang
efektif dan prognosis
III. VISUM ET REPERTUM
PSYCHIATRICUM
Alat bukti sah untuk memberikan keyakinan pada hakim dalam
mengambil keputusan :
- pengakuan terdakwa
- keterangan saksi / saksi ahli
- alat bukti surat
- alat bukti petunjuk
- alat bukti terdakwa
Keterangan ahli :
Lisan
Tertulis (visum et repertum) dalam bidang kedokteran
Visum Repertum : hasil pemeriksaan medis yang dilakukan oleh
dokter atau sebuah tim dokter dan ditujukan untuk kepentingan
peradilan sebagai sarana pembuktian.
Visum Repertum : paduan antara fakta dan pendapat dokter terhadap
fakta tersebut
Utk Psikiatri : Visum et Repertum Psychiatricum ( bidang psikiatri)
Visum et Repertum Psychiatricum : dibuat setelah seorang dokter memeriksa
objek (pasien, terperiksa, orang, dan barang bukti) setelah seseorang
mengalami suatu peristiwa atau sengketa hukum > post facto. Prediksi
tentang suatu keadaan yang belum terjadi ->Pre facto.
Permintaan dan yang berhak meminta Visum et Repertum Psychiatricum
adalah :
- Hakim
- Jaksa
- Polisi
- yang bersangkutan (pelaku, korban, atau walinya)
Visum et Repertum Psychiatricum :
Dokter (yang mempunyai ijin yang berpraktek di wilayah Indonesia) ( dapat
mengajukan keberatan - ada kaitan keluarga)
14 hari (observasi) jangka waktu ini dengan seijin permintaan pembuatan Visum et
Repertum Psychiatricum dapat diperpanjang 14 hari lagi setelah jangka waktu ini
Visum et Repertum Psychiatricum sudah diterbitkan, walaupun barangkali belum
dapat diambil suatu kesimpulan.
Selama observasi - diberi terapi kecuali dalam keadaan darurat (agresif, destruktif,
kecendrungan bunuh diri, sakit fisik yang gawat)
Pemberian terapi ini harus dilaporkan kepada pihak yang meminta visum dan
dilaporkan pula pada Visum et Repertum Psychiatricum
Bentuk baku Visum et Repertum Psychiatricum :
Visum et Repertum Projustitia
Identitas pemeriksa
Identitas peminta
Identitas terperiksa
Laporan hasil pemeriksaan
Anamnesis
Status internistik
Status neurologik
Status psikiatrik
Pemeriksaan tambahan
Diagnosis
Kesimpulan
Bahasa kedokteran bahasa hukum setidak-tidaknya bahasa umum yang
lebih dapat dipahami oleh ahli hukum.
Bagian penting bagi ahli hukum adalah kesimpulan (merupakan jawaban dari
pertanyaan yang tercantum didalam surat permintaan pembuatan surat
Visum et Repertum Psychiatricum).
Pertanyaan dalam surat Visum et Repertum Psychiatricum : bagaimana
kemampuan bertanggung jawab terdakwa, dapatkah saksi diajukan dalam
sidang peradilan atau apakah orang yang diminta untuk diperiksa cakap atau
berkompeten dalam lalu lintas hukum.
Kasus-kasus Hukum : pembuatan Visum et Repertum
Psychiatricum adalah kasus pidana
Kasus Pidana :

- terperiksa sebgai pelaku


- terperiksa sebagai korban
Kasus Perdata :
Pembatalan kontrak
Pengampunan atau curatelle
Hibah
Perceraian
Adopsi
Kasus-Kasus lain :
Kompetensi untuk diinterview
kelayakan untuk diajukan di sidang pengadilan
Beberapa pemeriksaan yang lazim dilaksanakan :
1. Pemeriksaan kemampuan bertanggung jawab
2. Pemeriksaan kompetensi (cakap) akan lalu lintas
hukum
3. Penentuan hubungan sebab akibat (kausalitas) antara
suatu kondisi dengan timbulnya suatu gangguan jiwa
4. Kompetensi untuk ditanya (competence to be
interviewed) dan kelayakan untuk diajukan di sidang
pengadilan (fitness to stand trial)
5. Pemeriksaan-pemeriksaan lain pemeriksaan
kemampuan bertanggung jawab
Dalam menentukan kemampuan bertanggung jawab sesorang, kita harus
menentukan hal-hal sbb :
Diagnosis : adanya gangguan jiwa pada saat pemeriksaan
Diagnosis : dugaan adanya gangguan jiwa pada saat pelanggaran hukum
Dugaan bahwa tindakan pelanggaran hukum merupakan bagian atau gejala dari
gangguan jiwanya.
Penentuan kemampuan tanggung jawab :
- tingkat kesadaran pada saat melakukan pelanggaran hukum
- kemampuan memahami nilai perbuatannya
- kemampuan memahami nilai resiko perbuatannya, dan
- kemampuannya memilih dan mengarahkan kemauannya
Tingkat-tingkat kemampuan bertanggung jawab, antara lain :
Yang tidak mampu bertanggung jawab :
Yang tidak menyadari
Tidak memahami
Tidak dapat memilih dan mengarahkan kemauannya (misal ; pelaku yang
menderita epilepsi lobus temporalis)

Yang menyadari : tetapi tidak memahami dan tidak mampu memilih dan
mengarahkan kemauanya (misal : kasus psikosis)

Anda mungkin juga menyukai