Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI OPERASI

KANTOR CABANG

Oleh:

A.A. I. TIRTAMAS WISNU WARDHANI(1206013001)

PUTU LARAS INDRAWATI (1206013002)

NI LUH OKTA MASTRIANI (1206013003)


6.1 AGEN PENJUALAN DAN KANTOR CABANG

Kegiatan agen ialah memamerkan barang dagangan dan


menangani pesanan pelanggan, mereka tidak mempunyai
persediaan untuk memenuhi pesanan pelanggan ataupun
untuk menangani kredit pelanggan. Biasanya pencatatan
akuntansi yang dibutuhkan untuk kegiatan agen ini hanya
penerimaan dan pengeluaran kas, yang diperlakukan
sama seperti sistem kas kecil (petty cash). Sebaliknya,
kantor cabang memiliki persediaan, melakukan penjualan
kepada pelanggan, menangani kredit pelanggan, menagih
piutang, mencatat biaya yang terjadi, dan kegiatan-
kegiatan lain yang dilakukan suatu perusahaan.
6.2 PEMBUKUAN AGEN PENJUALAN

Agen tidak memerlukan sistem akuntansi yang lengkap


untuk mencatat kegiatan-kegiatan nya terbatas. Apabila
informasi rinci mengenai agen tidak terlalu diperlukan
penjurnalan untuk mencatat kegiatan agen sebagai
berikut :
1.Pembentukan modal kerja agen :
Modal kerja agenRp. 5.000.000
Kas Rp. 5.000.000
(Untuk mencatat transfer kas ke agen)

2.Transfer persediaan contoh kepada agen :


Persediaan contoh-agenRp. 9.000.000
Barang dagangan (atau pembelian)Rp.
9.000.000
(untuk mentransfer barang dagangan contoh kea gen)
3.Pengantian dana modal kerja agen pada akhir bulan
atau tahun :
Biaya gajiRp. 2.200.000
Biaya utilitas 700.000
Biaya iklan 1.200.000
Biaya lain-lain 300.000
Kas Rp. 4.400.000
(Untuk mencatat biaya yang terjadi di agen dan
penggantian modal kerja)

4.Penyesuaian persediaan contoh agen pada akhir bulan


atau tahun :
Biaya iklanRp. 3.000.000
Persediaan contohRp.3.000.000
(Untuk menyesuaikan persediaan contoh dengan nilai
sebenarnya dan untuk membebankan pencatatannya
pada biaya iklan)
Ayat jurnal untuk system pencatatn agen yang
lebih luas berikut ini. Jurnal ini memperlakukan aktiva
tetap agen penjual Neon secara terpisah.
1.Membeli tanah dan bangunan untuk agen Neon :
Tanah-agen NeonRp 2.000.000
Bangunan-agen Neon 18.000.000
Kas Rp 20.000.000
(Untuk membeli fasilitas untuk agen)

2.Membentuk modal kerja agen :


Modal kerja agen NeonRp. 4.000.000
Kas Rp
4.000.000
(Untuk mencatat transfer kas ke agen Neon)
3.Transfer barang dagangan ke agen :
Persediaan contoh agen NeonRp. 8.000.000
Barang dagangan Rp 8.000.000
(Untuk mencatat transfer persediaan contoh)
4.Pembayaran gaji karyawan agen :
Biaya gaji-agen NeonRp. 3.000.000
Kas Rp 3.000.000
(Untuk mencatat pemabayaran gaji karyawan agen)
5.Pesanan penjualan dari agen telah diarsipkan dan dilakukan
penagihan :
Piutang dagang Rp. 12.000.000
Penjualan Rp
12.000.000
(Untuk mencatat penjualan kredit yang dilakukan oleh agen
Neon)
HPP-agen Neon Rp. 6.000.000
Barang dagangan Rp 6.000.000
(Harga pokok persediaan yang dijual agen Neon)
6.Penggantian modal kerja agen pada akhir tahun :
Biaya promosi-agen neonRp 1.800.000
Biaya utilitas 400.000
Biaya lain-lain agen neon 300.000
Kas Rp
2.500.000
(Untuk mencatat pengantian modal kerja agen)

7.Pencatatan penyusutan gedung agen :


Biaya peyusutan-agen NeonRp. 900.000
Akumulasi penyusutan-agen Neon Rp 900.000
(Untuk mencatat penyusutan gedung agen)

8.Persediaan contoh agen disesuaikan agar mencerminkan


pemakaian :
Biaya promosi-agen NeonRp. 1.000.000
Persediaan contoh agen Neon Rp 1.000.000
(Untuk mencatat nilai persediaan contoh pada nilai yang dapat
direalisasikan)
6.3 SISTEM AKUNTANSI KANTOR CABANG
Akuntansi kantor cabang membagi sistem akuntansi
perusahaan secara terpisah antara kantor pusat dengan
kantor cabang. Sistem kantor pusat dan kantor cabang
yang terpisah digunakan unuk tujuan akuntansi dan
pelaporan internal, tetapi laporan keuangan pusat dan
cabang harus digabung untuk memenuhi kebutuhan
akan pelaporan keuangan eksternal.

Transaksi antara Kantor Pusat dan Cabang


Transaksi antara kantor pusat dengan satuan usaha
eksternal lainnya dicatat dengan prosedor akuntansi
kantor pusat. Pembentukan kantor cabang yang baru
memerlukan pencatatan, baik dalam buku kantor pusat
maupun buku cabang. Asumsi PT Enerton mendirikan
kantor cabang di Surabaya dengan menstranfer kas
sebesar Rp 5.000.000 dan perlengkapan Rp 10.000.000
kepada manajer kantor cabang.
Ayat Jurnal pada buku kantor pusat dan cabang
masing-masing :
Buku kantor Pusat :
Cabang SurabayaRp 15.000.000
Kas Rp 5.000.000
Peralatan 10.000.000
(Untuk mencatat penerimaan kas dan peralatan
dari kantor pusat)

Buku kantor Cabang


Kas Rp 5.000.000
Peralatan 10.000.000
Kantor Pusat Rp 15.000.000
(Untuk mencatat penerimaan kiriman dari kantor
pusat)
Transaksi jenis kedua yang terjadi antara kantor pusat
dengan kantor cabang adalah transaksi pengirman barang
dagangan. Manajer kantor cabang ada yang memliki
wewenang untuk membeli pemasok luar. Apabila PT
Enervon mengirim barang dagangan ke cabang Surabaya
dengan harga pokok Rp 8.000.000, maka jurnalnya adalah
sebagai berikut :

Buku Kantor Pusat :


Cabang Surabaya Rp 8.000.000
Pengiriman ke Cabang SurabayaRp 8.000.000
(Untuk mencatat pengiriman barang pada harga pokok ke
cabang Surabaya)

Buku Kantor Cabang :


Pengiriman dari kantor PusatRp 8.000.0000
Kantor Pusat Rp
8.000.000
(Untuk mencatat penerimaan kiriman dari kantor pusat)
6.4 PENGIRIMAN BARANG DAGANGAN DI
ATAS HARGA POKOK

Banyak perusahaan menggunakan harga transfer di


atas harga pokok untuk mengirim internal ke cabang-
cabang mereka. Beberapa perusahaan menetapkan harga
transfer pada harga jual normal, sementara yang lainnya
menggunakan mark-up standar. Ada juga perusahaan yang
menetapkan harga transfer di atas harga pokok. Alasan
yang mendasari penetapan harga transfer di atas harga
pokok, antara lain adalah agar alokasi pendapatan
antarunit dalam perusahaan dilakukan dengan wajar, agar
harga persediaan ditetapkan dengan efisien dan agar
margin laba dari tiap-tiap cabang diungkapkan dengan
sebenarnya.
Pengiriman ke Cabang Dicatat pada Harga Pokok

Ketika kantor pusat mengirim barang dagangan kepada cabangnya dengan


harga transfer di atas harga pokok, pencatatan akuntansi pada buku kantor
pusat harus disesuaikan dengan biaya aktual dari barang yang dikirim. Ini
dilakukan melalui akun tambahan laba cabang atau laba yang belum
direalisasi. Sebagai contoh, kantor pusat PT Fabiola mengirim barang
dagangan sejumlah Rp 100.000.000 ke cabangnya di Tegal dengan mark
up sebesar 20% diatas harga pokok. Ayat jurnal yang harus dibuat:

Buku Kantor Pusat


Cabang Tegal Rp 120.000.000
Pengiriman ke Cabang Tegal ( harga pokok ) Rp 100.000.000
Laba belum direaliasasi cabang Tegal 20.000.000
(Untuk mencatat pengiriman ke cabang Tegal 20% dari harga pokok)

Buku Kantor Cabang Tegal


Pengiriman dari kantor pusat Rp 120.000.000
Kantor pusat Rp 120.000.000
(Untuk mencatat penerimaan persediaan dari kantor pusat)
Ketika cabang menerima barang pada harga transfer yang
mencangkup laba belum direalisasi dan menjualnya, maka HPPnya
menjadi terlalu tinggi (overstated) dan labanya terlalu rendah (understated).
Kantor pusat mencatat laba atau rugi pada cabang berdasarkan laporan
pendapatan yang dibuat oleh cabang, sehingga jika cabang dilaporkan
terlalu rendah, maka laba cabangnya yang dicatat kantor pusat menjadi
terlalu rendah juga. Penilaian laba cabang yang terlalu rendah ini dikoreksi
melalui ayat jurnal penyesuaian akhir tahun dengan mengurangkan akun
laba belum realisasi sehingga nilainya mencerminkan hasil penjualan
cabang selama periode tersebut kepada pihak luar. Misalkan saldo akun
dibawah ini muncul pada buku PT Fabiola dan cabang tanggal 31
Desember 19X1 sebelum penyesuaian:

Buku Kantor Pusat


CabangTegal Rp 120.000.00 debet
Pengiriman ke Cabang Tegal (hargapokok) Rp 100.000.000 kredit
Laba belum direaliasasi CabangTegal Rp 20.000.000 kredit
Buku Kantor Cabang Tegal
Penjualan Rp 160.000.000 kredit
Pengiriman dari Kantor Pusat Rp 120.000.000 debit
Biaya Rp 30.000.000 debit
Kantor Pusat Rp 22.000.000 kredit

Apabila Cabang Legal tanggal 31 desember 19X1 mempunyai persediaan


pada harga Transfer sebesar Rp.12.000.000, maka laba untuk priode
tersebut adalah Rp22.000.000 (penjualan) Rp160.000.000 dikurangi harga
pokok penjualan Rp108.000.000 dan biaya Rp30.000.000. Ayat jurnal
penutup pada Cabang:
Jurnal untuk menutup akun nominal dan mentransfer saldo ke akun kantor
pusat

Penjualan Rp 160.000.000
Persediaan 31 Desember19X1 12.000.000
Pengiriman dari Kantor Pusat Rp 120.000.000
Biaya 30.000.000

Kantor Pusat (Mencerminkan laba kantor cabang) 22.000.000


Informasi ini digunakan oleh kantor pusat untuk mencatat laba cabang:

Jurnal mencatat laba cabang dan memperbaharui akun cabang


Cabang Tegal Rp22.000.000
Laba Cabang Tegal Rp22.000.000

Kantor pusat juga menyesuaikan akun laba belum direalisasinya untuk


mendapatkan Rp 2.000.000 laba yang belum direalisasi pada persediaan akhir
cabang (Rp 12.000.000-{Rp 12.000.000/120%}).

Jurnal untuk menyesuaikan akun laba belum direalisasi (Rp 20.000.000 Rp


2.000.000) dan laba cabang
Laba belum direalisasi Cabang Tegal Rp18.000.000
Laba Cabang Tegal Rp18.000.000
Setelah ayat jurnal dibukukan, akun laba belum terealisasi akan memiliki saldo Rp
2.000.000,00 sama dengan saldo laba yang belum direalisasi pada persediaan
cabang tegal. Akun laba cabang menunjukkan saldo Rp 40.000.000. Jumlah ini
merupakan laba cabang berdasarkan harga pokok. Perhitungannya sebagai berikut:

Penjualan Rp160.000.000
Pengiriman ke Cabang Rp100.000.000
Dikurangi : Persediaan (harga pokok ) (Rp10.000.000) (Rp 90.000.000)
Laba kotor Rp 70.000.000
Biaya lain-lain (Rp 30.000.000)
Laba Cabang Rp 40.000.000

Dengan menambahkan Rp 40.000.000 laba cabang ke laba kantor pusat, maka


jumlah totalnya adalah laba bersih gabungan untuk perusahaan itu. Jurnal akhir tahun
adalah sama, hanya perbedaan ada pada persediaan awal pada harga transfer untuk
kantor cabang, dan Kantor pusat saldo awal pada akun "tambahan laba cabang"
yang sama dengan laba yang belum direalisasi pada persediaan awal cabang.
Pengiriman ke Cabang Dicatat pada Harga Penagihan ( Billing
Price )
Beberapa perusahaan mencatat pengiriman barang ke cabang
berdasarkan harga penagihan dan menyesuaikan akun laba belum
direalisasinya hanya pada akhir periode akuntansi. Pada saat
pendekatan ini digunakan, saldo akun laba belum direalisasi selama
periode akuntansi mencerminkan kalau laba yang belum direalisasi
pada persediaan awal cabang, dan akun pengiriman ke cabang
mencakup laba belum direalisasi untuk periode berjalan. Anggaplah
PT Fabiola mengirim barang ke cabang Tegal dengan harga
penagihan:

Buku Kantor Pusat


Cabang Tegal Rp120.000.000
Pengiriman ke Cabang Tegal Rp120.000.000
Dengan jurnal ini akun pengiriman kantor pusat dan
cabang akan memiliki saldo yang sama, tetapi diperlukan
dua ayat jurnal penyesuaian akhir tahun:

1. Jurnal menyesuaikan pengiriman dengan basis biaya


Pengiriman ke Cabang Tegal Rp20.000.000
Laba belum direalisasi Cabang Tegal Rp20.000.000

2. Jurnal menyesuaikan laba cabang atas realisasi mark-up


pada pengiriman ke cabang
Laba belum direalisasi Cabang Tegal Rp18.000.000
Laba Cabang Tegal Rp18.000.000
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai