Argentometri
Argentometri
Argentometri
Mata Kuliah
Kimia Analisis
1
Definisi
Agentomentri adalah penetapan
kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari
komponen zat uji dengan titran
larutan perak nitrat.
Karena terbentuk endapan, maka
sering disebut titrasi pengendapan.
2
Pada argentometri, ion perak
memegang peranan penting dalam
pembentukan endapan cara ini
dipakai untuk penetapan kadar ion
halida, anion yang dapat membentuk
endapan garam perak, atau untuk
penetapan kadar perak tersebut.
3
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat
digunakan untuk analisis secara titrasi jika
reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif
serta titik akhir dapat dideteksi.
Beberapa reaksi pengendapan berlangsung
lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh.
Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan
tidak dapat menunggu sampai pengendapan
berlangsung sempurna.
4
Hal yang penting juga adalah hasil kali
kelarutan harus cukup kecil sehingga
pengendapan bersifat kuantitatif dalam
batas kesalahan eksperimen.
Reaksi samping tidak boleh terjadi.
Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan
sedikit sekali indikator yang sesuai.
Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan
tipe indikator yang digunakan untuk melihat
titik akhir (Underwood, 1999)
5
Berdasarkan dari tujuan penetapan
kadar, maka dikenal 3 macam metoda
argentometri, yaitu :
1. Metode Mohr
2. Metode Volhard
3. Metode Fajans.
6
1. Metode Mohr
Kromat (CrO4 2-) sbg indikator titik akhir, akan
membentuk endapan Ag2CrO4 berwarna
merah saat bereaksi dengan ion perak.
Digunakan 1-2 ml larutan K2CrO4 5% per 100
ml larutan uji, atau larutan K2CrO4 10%
Jika terlalu besar titik akhir terjadi sebelum
titik ekivalen
Jika terlalu kecil titik akhir lambat tercapai
7
Metode ini untuk menentukan kadar halida,
terutama untuk menetapkan kadar klorida.
Kadar Iodida tidak dapat ditetapkan dengan
metode ini karena perubahan warna terjadi tidak
menentu.
Reaksi :
Saat titrasi berlangsung:
Ag+ + Cl- AgCl
(AgNO3) endapan putih
10
Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat
akan sangat dikurangi, karena HCrO 4 hanya
terionisasi sedikit sekali.
Lagi pula hidrogen kromat berada dalam
kesetimbangan dengan dikromat :
2H+ + 2CrO42- 2H2CrO4 Cr2O72- +
H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan
menyebabkan perlunya menambah ion perak
dengan sangat berlebih untuk mengendapkan
perak kromat, dan karenanya menimbulkan
kesalahan yang besar.
Pada umumnya garam dikromat cukup dapat
larut.
11
Metode Mohr dapat juga diterapkan
untuk titrasi ion bromida (Br-) dengan
perak, dan juga ion sianida (CN- )
dalam larutan yang sedikit agak
basa.
Efek adsorpsi menyebabkan titrasi
ion iodida (I-) dan tiosianat (CNS- )
tidak layak.
12
2. Metode Volhard
Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi
balik, digunakan jika reaksi berjalan
lambat atau jika tidak ada indikator yang
tepat utk pemastian TE.
Prinsip titrasi :
Larutan perak ditambahkan berlebih ke
dalam larutan (pseudo)halida
Br- + Ag+ AgBr
berlebih endapan kuning
14
Metode Volhard banyak digunakan untuk reaksi Ag +
dan Cl- karena selain kelarutan endapannya kecil,
suasana asam akan mencegah hidrolisis indikator
Fe3+. Jika metode ini dilakukan dalam suasana netral
akan terganggu oleh endapan kation-kation lain.
15
Kesalahan titrasi Cl- dapat terjadi jika endapan
AgCl bereaksi lanjut dengan CNS - :
AgCl(p) + CNS- AgCNS + Cl-
17
Adsorpsi senyawa organik berwarna pada
permukaan endapan dapat menginduksi
pergeseran elektronik intramolekuler yang
mengubah warna.
Gejala tsb digunakan untuk mendeteksi titik akhir
titrasi pengendapan garam-garam perak.
18
Suatu endapan cenderung mengadsorpsi lebih mudah
ion-ion yang membentuk senyawa tidak larut dengan
satu dari ion-ion dalam kisi endapan.
19
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih indikator adsorpsi :
20
2) Adsorpsi indikator harus mulai terjadi sesaat
sebelum TE dan makin cepat pada TE. Indikator
yang jelek performansinya akan teradsorpsi kuat
sehingga mensubstitusi ion-ion yang telah
teradsorpsi sebelum TE.
3) pH larutan harus terkontrol agar dapat
mempertahankan konsentrasi ion dari indikator
asam lemah ataupun basa. Misalnya,fluoresein
(Ka = 10-7) dalam larutan yang lebih asam dari pH
7 melepas fluoreseinat sangat kecil sehingga
perubahan warna tidak dapat diamati. Fluoresein
hanya dapat digunakan pada pH 7-10, sedangkan
difluoresein (Ka=10-4) digunakan pada pH 4-10.
21
4) Sebaiknya dipilih ion indikator yang
muatannya berlawanan dengan ion penitrasi.
Adsorpsi indikator tidak terjadi sebelum terjadi
kelebihan titran. Pada titrasi Ag+ dengan Cl-
dapat digunakan metil violet (garam klorida
dari suatu basa organik) sebagai indikator
adsorpsi. Kation tidak teradsorpsi sebelum
terjadi kelebihan Cl- dan koloid bermuatan
negatif. Dalam hal tersebut dapat digunakan
indikator diklorofluoresein, tetapi harus
ditambahkan sesaat menjelang TE.
22
23
24