Anda di halaman 1dari 24

Pertemuan 11

Argentometri
Mata Kuliah
Kimia Analisis

1
Definisi
Agentomentri adalah penetapan
kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari
komponen zat uji dengan titran
larutan perak nitrat.
Karena terbentuk endapan, maka
sering disebut titrasi pengendapan.

2
Pada argentometri, ion perak
memegang peranan penting dalam
pembentukan endapan cara ini
dipakai untuk penetapan kadar ion
halida, anion yang dapat membentuk
endapan garam perak, atau untuk
penetapan kadar perak tersebut.

3
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat
digunakan untuk analisis secara titrasi jika
reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif
serta titik akhir dapat dideteksi.
Beberapa reaksi pengendapan berlangsung
lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh.
Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan
tidak dapat menunggu sampai pengendapan
berlangsung sempurna.

4
Hal yang penting juga adalah hasil kali
kelarutan harus cukup kecil sehingga
pengendapan bersifat kuantitatif dalam
batas kesalahan eksperimen.
Reaksi samping tidak boleh terjadi.
Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan
sedikit sekali indikator yang sesuai.
Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan
tipe indikator yang digunakan untuk melihat
titik akhir (Underwood, 1999)

5
Berdasarkan dari tujuan penetapan
kadar, maka dikenal 3 macam metoda
argentometri, yaitu :

1. Metode Mohr
2. Metode Volhard
3. Metode Fajans.

6
1. Metode Mohr
Kromat (CrO4 2-) sbg indikator titik akhir, akan
membentuk endapan Ag2CrO4 berwarna
merah saat bereaksi dengan ion perak.
Digunakan 1-2 ml larutan K2CrO4 5% per 100
ml larutan uji, atau larutan K2CrO4 10%
Jika terlalu besar titik akhir terjadi sebelum
titik ekivalen
Jika terlalu kecil titik akhir lambat tercapai

7
Metode ini untuk menentukan kadar halida,
terutama untuk menetapkan kadar klorida.
Kadar Iodida tidak dapat ditetapkan dengan
metode ini karena perubahan warna terjadi tidak
menentu.
Reaksi :
Saat titrasi berlangsung:
Ag+ + Cl- AgCl
(AgNO3) endapan putih

Saat titik akhir tercapai:


2 Ag+ + CrO42- Ag2CrO4
endapan merah
8
Ag+ tidak dapat dititrasi langsung
oleh Cl menggunakan indikator
CrO42-, karena Ag2CrO4 akan
terbentuk lebih awal dan melarut
lambat menjelang TE.

Untuk hal tsb dapat digunakan teknik


titrasi balik : Ag+ ditambah Cl- baku
(berlebih), kemudian Cl- sisa dititrasi
dengan larutan Ag+ baku
menggunakan indikator CrO42-. 9
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan
dengan nilai pH antara 6 10.
Dalam larutan yang lebih basa perak
oksida akan mengendap.
Ag+ + OH- AgOH

Ag2O + H2O
endapan coklat

10
Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat
akan sangat dikurangi, karena HCrO 4 hanya
terionisasi sedikit sekali.
Lagi pula hidrogen kromat berada dalam
kesetimbangan dengan dikromat :
2H+ + 2CrO42- 2H2CrO4 Cr2O72- +
H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan
menyebabkan perlunya menambah ion perak
dengan sangat berlebih untuk mengendapkan
perak kromat, dan karenanya menimbulkan
kesalahan yang besar.
Pada umumnya garam dikromat cukup dapat
larut.
11
Metode Mohr dapat juga diterapkan
untuk titrasi ion bromida (Br-) dengan
perak, dan juga ion sianida (CN- )
dalam larutan yang sedikit agak
basa.
Efek adsorpsi menyebabkan titrasi
ion iodida (I-) dan tiosianat (CNS- )
tidak layak.

12
2. Metode Volhard
Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi
balik, digunakan jika reaksi berjalan
lambat atau jika tidak ada indikator yang
tepat utk pemastian TE.
Prinsip titrasi :
Larutan perak ditambahkan berlebih ke
dalam larutan (pseudo)halida
Br- + Ag+ AgBr
berlebih endapan kuning

Setelah reaksi sempurna endapan


disaring, kemudian larutan dititrasi dengan
larutan baku tiosianat 13
Indikator Fe(III) akan membentuk senyawa
larut berwarna merah hasil reaksi Fe3+ dgn ion
tiosianat :
Fe3+ + SCN- [Fe(SCN)]2+
Indikator biasanya 1-2 ml larutan jenuh besi(III)
amonium sulfat (kira-kira 40%) per 100 ml
titrat
Reaksi harus suasana asam, karena jika basa
akan mudah sekali terbentuk endapan Fe(OH)3.
Ksp Fe(OH)3 = 2.10-39 mol3L-3

14
Metode Volhard banyak digunakan untuk reaksi Ag +
dan Cl- karena selain kelarutan endapannya kecil,
suasana asam akan mencegah hidrolisis indikator
Fe3+. Jika metode ini dilakukan dalam suasana netral
akan terganggu oleh endapan kation-kation lain.

Metode Volhard digunakan pada titrasi langsung Ag +


dengan larutan CNS- atau titrasi tidak langsung
pada penentuan kadar Cl-, Br- dan I-.

Pada titrasi tidak langsung Br- dan I- tidak terganggu


oleh CNS- karena kelarutan AgBr = kelarutan AgCNS
sedangkan kelarutan AgI < kelarutan AgCNS.

15
Kesalahan titrasi Cl- dapat terjadi jika endapan
AgCl bereaksi lanjut dengan CNS - :
AgCl(p) + CNS- AgCNS + Cl-

Karena kelarutan AgCNS < kelarutan AgCl


maka reaksi di atas akan bergeser ke arah kiri,
sehingga hasil analisis Cl- menjadi lebih kecil.
Hal tsb dapat dicegah dengan penyaringan
endapan AgCl atau dengan penambahan
nitrobenzen (racun !) sebelum titrasi dengan
CNS-.
Nitrobenzen menjadi lapis minyak yang
memisahkan endapan dari CNS-.
16
3. Metode Fajans
Titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi,
yakni senyawa organik yg teradsorpsi ke
permukaan padat endapan (koloidal) selama
proses titrasi berlangsung.

Contoh : Fluoresens sbg anion fluoresenat (hijau


kuning) bereaksi dg Ag+ membentuk endapan
merah intensif yg teradsorpsi ke permukaan
endapan koloidal krn adanya pasangan muatan
ion.

17
Adsorpsi senyawa organik berwarna pada
permukaan endapan dapat menginduksi
pergeseran elektronik intramolekuler yang
mengubah warna.
Gejala tsb digunakan untuk mendeteksi titik akhir
titrasi pengendapan garam-garam perak.

18
Suatu endapan cenderung mengadsorpsi lebih mudah
ion-ion yang membentuk senyawa tidak larut dengan
satu dari ion-ion dalam kisi endapan.

Jadi, Ag+ ataupun Cl- akan lebih mudah diadsorpsi oleh


endapan AgCl daripada oleh ion Na+ ataupun NO3-.
Anion yang ada dalam larutan akan tertarik
membentuk lapisan sekunder.

Fluoresein adalah asam organik lemah, membentuk


anion fluoreseinat yang tidak dapat diadsorpsi oleh
endapan koloidal AgCl selama Cl- berlebih. Akan tetapi
saat Ag+ berlebih akan terjadi adsorpsi anion
fluoreseinat ke lapisan Ag+ yang melapisi endapan,
diikuti dengan perubahan warna menjadi pink.

19
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih indikator adsorpsi :

1) Pada TE jangan dibiarkan AgCl menggumpal


menjadi partikel besar, karena akan
menurunkan dengan tajam daya adsorpsi
permukaan endapan terhadap indikator. Jika
itu terjadi, diatasi dengan penambahan
dextrin, sebagai koloid pelindung agar
endapan terdispersi lebih banyak. Dengan
adanya dextrin maka perubahan warna
menjadi reversibel, dan setelah lewat TE dapat
dilakukan titrasi balik dengan larutan baku Cl-.

20
2) Adsorpsi indikator harus mulai terjadi sesaat
sebelum TE dan makin cepat pada TE. Indikator
yang jelek performansinya akan teradsorpsi kuat
sehingga mensubstitusi ion-ion yang telah
teradsorpsi sebelum TE.
3) pH larutan harus terkontrol agar dapat
mempertahankan konsentrasi ion dari indikator
asam lemah ataupun basa. Misalnya,fluoresein
(Ka = 10-7) dalam larutan yang lebih asam dari pH
7 melepas fluoreseinat sangat kecil sehingga
perubahan warna tidak dapat diamati. Fluoresein
hanya dapat digunakan pada pH 7-10, sedangkan
difluoresein (Ka=10-4) digunakan pada pH 4-10.
21
4) Sebaiknya dipilih ion indikator yang
muatannya berlawanan dengan ion penitrasi.
Adsorpsi indikator tidak terjadi sebelum terjadi
kelebihan titran. Pada titrasi Ag+ dengan Cl-
dapat digunakan metil violet (garam klorida
dari suatu basa organik) sebagai indikator
adsorpsi. Kation tidak teradsorpsi sebelum
terjadi kelebihan Cl- dan koloid bermuatan
negatif. Dalam hal tersebut dapat digunakan
indikator diklorofluoresein, tetapi harus
ditambahkan sesaat menjelang TE.

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai